nusabali

Sekeluarga Disambar Petir, 2 Tewas, 7 Selamat

  • www.nusabali.com-sekeluarga-disambar-petir-2-tewas-7-selamat

Korban tewas adalah I Wayan Tebeng dan anaknya, Ni Nyoman Bawak, sementara 7 orang yang selamat merupakan anak dan cucu dari I Wayan Tebeng

Musibah Maut Saat Panen Kacang Tanah di Desa Tulamben


AMLAPURA, NusaBali
Sembilan (9) orang dari satu keluarga disambar petir saat kegiatan panen kacang tanah di kebun kawasan Banjar Tulamben, Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Karangasem, Minggu (25/2) siang. Dalam musibah maut ini, 2 korban diduga langsung tewas mengenaskan di lokasi TKP, sementara 7 lainnya selamat dari maut dengan kondisi luka bakar.

Para korban berjumlah 9 orang ini tersambar petir ketika tengah berteduh di dalam gubuk di kebun milik keluarga I Wayan Tebeng, 70, karena turun hujan lebat disertai petir menyambar-nyambar, Minggu siang sekitar pukul 14.30 Wita. Dua korban yang tewas di lokasi TKP, masing-masing I Wayan Tebeng (pemilik tegalan) dan Ni Nyoman Bawak, 35 (anak dari Wayan Tebeng). Bapak dan anaknya ini berasal dari Banjar Beluhu Kauh, Desa Tulamben.

Sedangkan 7 korban selamat, juga semuanya masih satu keluarga asal Banjar Beluhu Kauh, Desa Tulamben, masing-masing I Nyoman Jenek, 35 (anak korban tewas Wayan Tebeng), Ni Ketut Sari, 30 (anak korban tewas Wayan Tebeng), I Ketut Tika, 32 (menantu korban tewas Wayan Tebeng), Ni Ketut Purnami, 13 (cucu dari korban tewas Wayan Tebeng), Putu Mae Anggraini, 12 (cucu dari korban tewas Wayan Tebeng), Kadek Denik, 8 (cucu dari korban tewas Wayan Tebeng), dan Komang Erik, 2 (cucu dari korban tewas Wayan Tebeng),

Informasi di lapangan, sebelum musibah maut tersambar petir, 9 korban sekeluarga ini berangkat dari rumahnya Banjar Beluhu Kauh, Desa Tulamben menuju kebun kacang tanah, Minggu pagi pukul 08.00 Wita. Mereka berangkat bersama-sama untuk memanen kacang tanah seluas 2 hektare yang berlokasi di tegalan kawasan Banjar Tulamben. Desa Tulamben, yang berjarak sekitar 10 kilometer arah selatan dari rumahnya.

Setibanya di tegalan yang berada sekitar 200 meter sebelah barat Hotel Emerald Tulamben, satu keluarga yang terdiri dari bapak, anak, dan cucu ini langsung berpencar memanen kacang tanah. Tepat pukul 12.00 Wita, mulai turun hujan lebat, padahal panen kacang tanah belum selesai.

Maka, kacang tanah yang belum dilepas dan masih jadi satu dengan batang dan daunnya pun ditinggal berserakan di kebun. Para korban semua berteduh di gubuk yang lokasinya di tengah kebun dengan posisi paling tinggi. Selama hujan, petir terus menyambar-nyambar.

Sekitar 2,5 jam kemudian, tepatnya pukul 14.30 Wita, 9 korban sekeluarga yang masih berteduh di dalam gubuk ini tiba-tiba tersambar petir. Mereka semuanya terjengkang terkapar dalam kondisi basah kuyup. Tak ada yang tahu persis kejadian maut ini. Peristiwa maut ini baru diketahui tak lama berselang, ketika seorang saksi, I Wayan Sujana, 24, asal Banjar Beluhu Kauh, Desa Tulamben melintas di lokasi, karena hendak mengambil ternak sapinya.

Saksi Wayan Sujana terkejut menyaksikan 9 korban sekeluarga yang berasal dari satu kampung, dalam kondisi bergelimpangan di sekitar gubuk. Dari 9 korban, hanya Ketut Sari yang mampu bicara dan menyampaikan kalau mereka habis disambar petir kepada Wayan Sujana.

Selanjutnya, saksi Wayan Sujana memberitahukan musibah ini kepada I Wayan Sutama, 45, juga warga Banjar Beluhu Kauh, Desa Tulamben. Kemudian, Wayan Sutama mengontak Kadek Suastika, 30, guru honorer dari Banjar Beluhu Kauh, untuk datang ke lokasi TKP di kebun kacang tanah.

Trio Wayan Sujana, Wayan Sutama, dan Kadek Suastika yang terjun ke lokasi TKP kemudian mengantar 7 korban selamat ke Puskesmas Kubu I di Desa Tulamben. Dari 7 korban selamat ini, satu di antaranya harus dirujuk ke RSUD Karangasem di Amlapura, karena kondisi luka bakarnya cukup serius, yakni I Nyoman Jenek.

Sementara, dua korban tewas, I Wayan Tebeng dan Ni Nyoman Bawak, hingga kemarin sore belum dievakuasi dari lokasi tersambar petir di kebun kacang kawasan Banjar Tulamben, Desa Tulamben. Konon, atas permintaan keluarga, jasad kedua korban masih menunggu lewat tengah malam pukul 24.00 Wita untuk memastikan mereka sudah tewas. Padahal, menurut keterangan medis, kedua korban yang merupakan ayah dan anak itu mengalami luka lebam sangat parah dan dipastikan telah meninggal. Kapolsek Kubu, AKP Made Suadnyana sempat terjun ke lokasi TKP bersama petugas medis Puskesmas Kubu I.

Kepala Puskesmas Kubu I, dr Kadek Ari Hartati, mengaku pihaknya hanya menerima titipan korban 7 korban selamat. Satu di antara mereka telah dirujuk ke RSUD Karangasem. "Satu korban telah kami rujuk ke RSUD Karangasem, sementara 6 korban tersambar petir lainnya yang kami tangani telah dibolehkan pulang dari Puskesmas," ungkap dr Ari Hartati saat dikonfirmasi NusaBali, tadi malam.

Sementara itu, korban Nyoman Jenek mengaku dia bersama ayah, saudara, dan keponakan berteduh di dalam gubuk sejak siang pukul 12.00 Wita, karena hujan lebat disrtai petir menyambar-nyambar. “Saat tersambar petir, kami semua berjatuhan. Hanya 7 orang yang bisa bangun," cerita Nyoman Jenek di RSUD Karangasem, tadi malam. Nyoman Jenek sendiri mengaku masih sakit dan nyeri di bagian pundak.

Sedangkan kakak iparnya, I Nengah Daun, 40, yang semalam menunggui Nyoman Jenek di rumah sakit, mengatakan sesuai keyakinan warga di Banjar Beluhu Kauh, Desa Tulamben, korban tersambar petir tidak dibolehkan langsung dievakuasi. “Sebab, sebelumnya sempat beberapa kali terjadi kasus di mana korban lama terkapar akibat tersambar petir, tapi akhirnya bisa bangun dan selamat," jelas Nengah Daun. *k16

Komentar