nusabali

Pasutri Sulinggih Asal Kesimpar Langsung Dibuatkan Tenda Pengungsian

  • www.nusabali.com-pasutri-sulinggih-asal-kesimpar-langsung-dibuatkan-tenda-pengungsian

Satu tenda khusus dibangun untuk tempat upacara ritual Surya Sewana, sementara kamar tidur dan penyimpanan wiwakrana bagi pasutri sulinggih Ida Sri Begawan Widiasa dan Ida Istri Sri Begawan disediakan di bekas ruangan Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang

Sehari Setelah Berhasil Dibujuk Relawan PMI Provinsi Bali Agar Bersedia Mengungsi Kembali


AMLAPURA, NusaBali
Relawan PMI Provisi Bali langsung bergerak membangun tiga tenda pengungsian, setelah dua kepala keluaga (KK) dan pasangan suami istri (pasutri) sulinggih asal Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem bersedia  mengungsi kembali. Tiga tenda tersebut dibangun di areal Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang kawasan Banjar Singerata, Desa/Kecamatan Rendang, Selasa (30/1), sehari pasaca pasuyri sulinggih menyatakan bersedia mengungsi.

Dua tenda pengungsi masing-masing dibangun untuk keluarga I Wayan Wenten dan keluarga I Nyoman Tanggu. Sementara satu tenda lagi dibangun khusus untuk tempat upacara ritual Surya Sewana pasutri sulinggih Ida Sri Begawan Widiasa, 58, dan Ida Istri Sri Begawan, 54. Sedangkan tempat tidur dan menyimpan siwakrana pasutri sulinggih ini, telah disediakan di bekas ruangan Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang.

Kegiatan membangun tiga tenda untuk pasutri sulinggih dan dua KK asal Banjar Kesimpar, Desa Besakih di areal Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang, Selasa kemarin, dipimpin langsung Koordinator Reawan PMI Provinsi Bali, I Wayan Aryawan. Hari itu juga, ketiga tenda rampung dibangun berikut sarana pendukungnya.

Hanya saja, setelah tenda untuk ritual Surya Sewana dan ruangan istirahat siap, pasutri sulinggih Ida Sri Bagawan Widiasa dan Ida Itri Sri Begawan belum bersedia buru-buru mengungsi ke areal Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang. Alasannya, masih ada piodalan di Banjar Kesimpar, Desa Besakih. "Kami masih melayani umat sehubungan ada piodalan pada Anggara Kliwon Perangbakat (Selasa, 30 Januari 2018, Red)," jelas Ida Sri Begawan Widiasa saat dihubungi NusaBali, Selasa kemarin.

Walhasil, pasutri sulinggih tersebut baru akan masuk ke tenda pengungsian di Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang, Rabu (31/1) ini. Mereka akan masuk tenda pengungsian bersamaan dengan keluarga I Wayan Wenten dan keluarga I Nyoman Tanggu.

“Sebetulnya, mereka kita harapkan sudah mulai mengungsi hari ini (kemarin), tapi belum mau. Pasutri sulinggih itu masih muput upacara sehubungan ada piodalan. Jadi, besok (hari ini) kami akan jemput mereka ke Banjar Kesimpar, Desa Besakih,” ungkap Wayan Aryawan.

Wayan Aryawan mengatakan, selain menyediakan ruangan untuk tempat tidur dan barang-barang milik pasutri sulinggih, pihaknya juga menyediakan tenda khusus buat upacara ritual Surya Sewana setiap pagi. Dengan tersedianya tempat upacara ritual tersebut, pasutri sulinggih tidak ragu lagi mengungsi.

Pasutri sulinggih Ida Sri Begawan Widiasa dan Ida Istri Sri Begawan sendiri awalnya enggan mengungsi, meskipun mereka tinggal di Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III dalam radius 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. Alasannya, mereka belum menemukan tempat pengungsian yang dianggap representatif.

Sebenarnya, pasutri sulinggih ini serta keluarga Wayan Wenten dan Nyoman Tanggu sudah sempat mengungsi di Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang, sejak Status Awas Gunung Agung diberlakukan 22 September 2017. Namun, sejak radius bahaya Gunung Agung diciutkan menjadi 6 kilometer, 4 Januari 2018 lalu, mereka balik ke kampung halamannya. Padahal, penduduk di Banjar Kesimpar wajib mengungsi.

Karena pasutri sulinggih dan dua keluarga lainnya masih enggan mengungsi, Relawan PMI Provinsi Bali pun berupaya memberikan edukasi dan membujuk mereka agar bersedia mengungsi kembali. Relawan PMI Provinsi Bali yang dikoordinasikan Wayan Aryawan secara khusus mendatangi kediaman pasutri sulinggih di Banjar Kesimpar, Desa Besakih, Senin (29/1). Mereka didampingi Kelian Banjar Kesimpar, I Nengah Sama.

Setelah diberikan pemahaman, akhirnya pasutri sulinggih dan dua KK tadi bersedia mengungsi kembali. Maka, Relawan PMI Bali pun langsung tancap gas membangun tiga tenda, Selasa kemarin.

Sementara itu, Kelian Banjar Kesimpar, Desa Besakih, I Nengah Sama, mengapresiasi perjuangan Relawan PMI Bali yang telah mampu meyakinkan warganya dan pasutri sulinggih hingga mau mengungsi lagi. Pasalnya, Banjar Kesimpar masuk radius bahaya 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. "Nanti mereka kami ajak mengungsi bersama di areal Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang," ujar Nengah Sama, Selasa kemarin.

Menurut Nengah Sama, penduduk Banjar Kesimpar berjumlah 574 jiwa. Dari jumlah itu, hanya 7 jiwa anggota keluarga Wayan Wenten dan Nyoman Tanggu plus pasutri sulinggih yang belum mengungsi. “Nantinya, semua warga kami akan mengungsi,” katanya.

Selama ini, lokasi pengungsian di areal Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang telah dihuni 665 pengungsi, terbagi dalam 195 tenda. Pengungsi tersebut terdiri dari 334 laki-laki dan 331 perempuan. Dari jumlah itu, 26 orang di antaranya masih balita, 22 orang lansia, dan 4 orang menderita cacat fisik. *k16

Komentar