nusabali

Tubuhnya Lemas, Hanya Tergolek di Tempat Tidur

  • www.nusabali.com-tubuhnya-lemas-hanya-tergolek-di-tempat-tidur

Kondisi menyedihkan dialami Ni Wayan Debi Giskayani, 5, balita asal Banjar/Desa Abuan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Dia hanya bisa tergolek di tempat tidur. 

Debi Giskayani Balita Penderita Hydrocephalus di Desa Abuan, Kintamani 

BANGLI, NusaBali
Penyakit hydrocephalus yang dideritanya mengakibatkan kondisi gadis kecil ini tak bisa bergerak, nyaris seperti lumpuh. Padahal jika kondisinya normal, Debi semestinya sudah masuk PAUD.

I Nengah Kadrek, 42, dan Ni Nyoman Nariani, 36, pasutri orangtua Debi tentu saja sangat sedih mendapati keadaan anak semata wayang mereka. Ditemui di rumahnya di Banjar/Desa Abuan, Kecamatan Kintamani, Minggu (31/1), Kadrek bersama istrinya Nariani, menuturkan awal sakit yang diderita Debi. Bermula ketika Debi lahir 8 Maret 2011. Ketika lahir Debi tak tak menangis sebagaimana bayi baru lahir umumnya. Beberapa saat setelah lahir, Debi mengalami kejang-kejang. Karena kondisinya mengkhawatirkan, Debi dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar. 

“Besoknya, tanggal 9 Maret langsung dikirim ke Sanglah,” ujar Kadrek. 
Debi lahir di RSU Bangli. Dari RSU Bangli, Debi dirujuk ke RSUP  Sanglah. Dari pemeriksaan medis di RSUP Sanglah, Kadrek mengetahui anaknya menderita hydrocephalus, yakni ada cairan di kepala. Walau sudah mendapat perawatan medis, kondisi Debi tidak normal. Selain tak bisa bicara anggota tubuhnya, lengan kanan dan kaki kanan nyaris tak bisa digerakkan, seperti lumpuh. Jangankan berdiri, duduk saja Debi tak bisa. Sementara untuk mengatasi cairan dari kepala Debi, Kadrek menuturkan pihak medis memasang semacam selang pada tubuh Debi.

Selain lewat pengobatan medis, Kadrek mengaku juga melakukan pengobatan tradisional, termasuk menempuh upaya niskala (nunas bawos). Namun hasilnya belum sesuai yang diharapkan Kadrek dan istrinya. Kondisi Debi seperti tak ada perubahan, tetap lemah. “Kadang tiyang pasrah juga,” kata Kadrek getir. Meski demikian Kadrek tetap berharap anaknya bisa disembuhkan, sehinga menjadi anak normal.

Akibat kondisi anaknya sakit, Kadrek dan istrinya tidak bisa bekerja maksimal.Yang bekerja hanya Kadrek saja, yakni membuat patung kayu. Patung kayu tersebut seperti patung klepuk (burung hantu) yang dijual Kadrek ke pemasok di Tegallalang (Gianyar). Hasilnya tak banyak, hanya Rp 30 ribu per hari. “Cukup tidak cukup tiyang cukupkan,” lanjut Kadrek. Sedang Nariani, istrinya nyaris tak bisa kerja. Keseharian hanya menggendong Debi. Sesekali Kadrek menggantikan menggendong Debi, jika istrinya melakukan kegiatan lain yang bersifat sementara. Seperti ke dapur untuk memasak.

Kadrek memang  punya tegalan seluas 10 are. Hasil ladang (kebun) tentu saja tak cukup untuk menghidupi keluarganya. Apalagi biaya untuk pengobatan anaknya. “Hasil kebun kan belum tentu setahun,” kata Kadrek.

Dari pantauan, kondisi Debi memang memperihatinkan. Anak tersebut tampak lemet (lemah). Kadang dia bicara, namun suaranya tak jelas. Jika payah menggendong atau memangkunya, Debi ditidurkan di dalam kamar di rumah mereka yang juga sederhana. Itulah yang sudah berlangsung dan dialami Debi sejak 5 tahun. “Mudah-mudahan ada yang bisa membantu,” ucap Kadrek yang sesungguhnya juga merasa malu dan kasihan menuturkan penderitaan Debi. 7 k17 

Komentar