nusabali

'Festival Rurung Peliatan 2017', Rekatkan Masyarakat Lewat Rurung

  • www.nusabali.com-festival-rurung-peliatan-2017-rekatkan-masyarakat-lewat-rurung

Sebuah festival yang tidak biasa akan digelar di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Kams (22/12) besok.

DENPASAR, NusaBali

Tak biasa karena festival ini dihelat di tepi jalanan atau dalam istilah Bali disebut ‘rurung’ selama tiga hari hingga 24 Desember 2017. Festival Rurung, nama dari even ini merupakan ide kreatif untuk membangkitkan komunikasi masyarakat Bali lewat rurung. Dulunya, rurung di pedesaan tidak hanya sebuah jalan, tetapi tempat masyarakat saling bertegur sapa dan membangun komunikasi yang akhirnya merekatkan mereka. Dari sana pemikiran, ide, dan hangatnya rasa menyabraya tumbuh.

Kali ini, Festival Rurung akan dipusatkan di Pura Beji Belong, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud Gianyar yang diisi dengan beragam kegiatan tradisi.

Menurut Panitia Festival Rurung Peliatan, I Wayan Sudiarsa alias Pacet, awalnya Festival Rurung hanya dilakukan di depan rumahnya sejak tahun 2012. Selama tiga tahun sempat berlangsung, Festival Rurung sempat tidak digelar tahun 2015 dan 2016. Hingga akhirnya pihak Desa Peliatan yang mencarinya untuk membangkitkan lagi Festival Rurung dengan konsep yang lebih besar.

“Pihak desa mencari saya dan mengajak untuk membangkitkan lagi Festival Rurung ini, karena dirasa ikut mengajak masyarakat berpartisipasi. Sebagai contoh, dalam festival tahun ini kami mengundang masyarakat di sekitar Pura Beji Belong yang rumahnya dilalui oleh pengunjung festival untuk berjualan. Namun dengan catatan menjual makanan tradisional,” ungkapnya di Rumah Penggak Men Mersi, Denpasar, Rabu (20/12).

Festival Rurung Peliatan mengangkat tema Maha Hrdaya Darani yang mengandung makna kemenangan besar dalam hati. Penentuan tema ini juga sebagai sebuah doa, yang mana harapanya adalah setiap orang memiliki dan mengekspresikan kemurnian hati, kejujuran dalam mendambakan keharmonisan, kedamaian dan keindahan. “Artinya orang yang datang semua berekspresi sesuai kehendak hatinya. Semua orang berperan di sana,” imbuhnya.

Adapun selama tiga hari agenda festival akan diisi dengan aktifitas mengukir tebing, pagelaran seni, permainan tradisional, wokshop tentang budaya, baleganjur, tektekan, band akustikan, gamelan kontemporer, dan puncaknya akan menghadirkan musik kolaborasi (Penggak Men memrsi, Gung Bona Alit, Palawara, Cahya Art, GSGS). Pacet menegaskan, konsep ini bukan untuk jualan pariwisata namun untuk merekatkan kembali masyarakat lewat media jalanan yang disebut rurung itu. “Intinya festival ini untuk merekatkan hubungan masyarakat desa, membangkitkan komunikasi seperti yang dulu, sehingga masyarakat lebih mengenal lingkungannya,” tandasnya. *ind

Komentar