nusabali

Tradisi Budaya Dongkrak Wisata Paksebali

  • www.nusabali.com-tradisi-budaya-dongkrak-wisata-paksebali

Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung, memiliki sejumlah warisan budaya yang unik.

SEMARAPURA, NusaBali
Di antaranya, tradisi sakral Dewa Masraman. Tradisi ini digelar di Pura Panti Timbrah, setiap Saniscara Kliwon, Wuku Kuningan, Sabtu (11/11). Selain itu, pada Tilem Sasih Kasanga atau Pangrupukan, sehari menjelang perayaan Hari Raya Nyepi, Krama Puri Satria Kawan, Desa Paksebali, menggelar tradisi Lukat Gni atau perang api.

Keberadan tradisi sakral itu tentu memberikan daya tarik tersendiri baik warga sekitar, hingga wisatawan mancanegara. Karena keberadaan tradisi ini sudah mendudia, terlebih dengan pesatnya informasi media. Sehingga secara otomatis bisa mendongkrak Desa Wisata Paksebali.

Hal itu diakui Perbekel Paksebali I Putu Ariadi. “Tradisi ini sangat mendongkrak Desa Wisata Paksebali, karena menjadi kolaborasi antara potensi alam, kreativitas kesenian dan budaya,” ujar Ariadi kepada NusaBali, Minggu (12/11).

Kata dia, seperti halnya saat ritual Dewa Masraman, yang digelar di Pura Panti Timbrah, setiap Saniscara Kliwon, Wuku Kuningan, Sabtu lalu. Para wisatawan datang untuk menyaksikan agar melihat secara langsung prosesi upacaranya. Bahkan bercermin dari pengalaman sebelumnya, selain mengambil dokumentasi berupa foto, juga ada wisatawan yang ikut dalam prosesi ritual itu tentu dengan menggunakan pakaian adat. “Tradisi ini sudah mendunia,” ujar Ariadi.

Untuk tradisi sakral tersebut tidak hanya bisa disaksikan saat hari-hari tertentu. Pantauan di lokasi nampak ratusan krama maupun wisatawan asing, berjejal menonton tradisi Dewa Masraman. Tidak sedikit dari mereka hingga rela naik ke atas tembok dan pohon kamboja untuk menyaksikan dan mengambil foto. Sedangkan krama yang mengusung pralingga Ida Bethara, juga nampak kerauhan. Ritual Dewa Masraman hanya berlangsung selama satu jam, sekitar pukul 18.30-19.30 Wita.

Kata Perbekel Ariadi, Dewa Masraman secara niskala bisa diartikan bertemu atau berkumpulnya Ida Bhatara Sasusuhan. Sementara secara sakala; berkaitan dengan pawongan (warga) berkumpulnya krama dengan tujuan menyatakan bakti kepada Sang Pencipta, bakti kepada leluhur dan para rsi.  “Masraman ini memiliki makna kemesraan,” ujarnya

Sementara itu, untuk aktivitas sehari-hari di Desa Wisata Paksebali pihaknya tetap fokus mengelola objek wisata alam. Di antaranya objek wisata Kali Unda, dan potensi wisata alam lainnya. Untuk mengembangkan desa wisata ini memang butuh proses secara bertahap. “Kami juga gunakan dana desa untuk pembangunan di Desa Wisata, pada 2016 kami anggarkan Rp 200 juta, 2017 Rp 210 juta,” ujar Ariadi. *wa

Komentar