nusabali

Penghuni Niskala Minta Tebusan 11 Nyawa, 5 Buruh Mati Tak Wajar

  • www.nusabali.com-penghuni-niskala-minta-tebusan-11-nyawa-5-buruh-mati-tak-wajar

Saat digelar upacara pakelem di Bendungan Titab, sejumlah krama mendadak kerauhan. Saat itulah, penhuni gaib kawasan bicara melalui raga krama kerauhan bahwa banyak keluarganya hilang karena proyek bendungan, hingga mereka minta tebusan 11 nyawa.

Sementara, satu buruh proyek lainnya tewas hanyut di sungai sekitar Bendungan Titab saat mancing malam hari. Saat itu, airan air Tukad (Sungai) Saba---yang kini dimanfaatkan untuk mengairi Bendungan Titab---sebetulnya tidak terlalu deras. Tapi, korban tiba-tiba hanyut dan terseret arus sejauh 700 meter, diduga karena terpeleset saat mancing.

Sederet peristiwa mistik ini dikait-kaitkan dengan kondisi niskala kawasan, karena Bendungan Titab berada di perbatasan 6 desa bertetangga di dua kecamatan wilayah Buleleng Barat, yakni Kecamatan Busungbiu dan Kecamatan Seririt. dari 6 desa tersebut, 4 di antaranya masuk wilayah Kecamatan Busungbiu, yakni Desa Titab, Desa Kekeran, Desa Busungbiu, dan Desa Telaga. Sedangkan 2 desa lagi masuk wilayah Kecamatan Seririt, masing-masing Desa Ularan dan Desa Ringdikit.

Konon, selama pengerjaan proyek Bendungan Titab tersebut, banyak penghuni alam niskala yang kehilangan anggota keluarganya akibat digusur paksa. Mereka yang hidup di alam niskala kemudian meminta ganti rugi berupa nyawa manusia (buruh proyek).

Hal ini juga terungkap saat peristiwa niskala kerauhan (kesurupan) massal yang dialami sejumlah krama ketika digelar upacara pamelaspas lan haturkan pakelem di Bendungan Titab pada Purnamaning Kapitu, 25 Desember 2015 lalu. Saat ritual pakelem (menenggelamkan) seekor sapi, seekor kambing, seekor cicing blangbungkem, dan seekor angsa di genangan air Bendungan Titab yang sudah mulai diisi, mendadak sejumlah krama kerauhan.

Nah, saat kerauhan, penghuni alam niskala seputyar Bendungan Titab mengaku banyak kehilangan anggota keluarganya selama pengerjaan proyek. Keluhan tersebut disampaikan melalui raga krama yang kerauhan. Penunggu gaib kawasan merasa terdesak, bahkan banyak keluarganya yang hilang, karena pengerjaan proyek Bendungan Titab menggunakan alat berat dan juga dibom untuk memperluas dan memperdalam sungai. “Melalui raga krama kerauhan, penghuni alam niskala minta ganti rugi 11 nyawa manusia,” cerita Made Niasih.

Proyek Bendungan Titab sendiri mengambil lahan yang pembebasannya dilakukan di 6 desa wilayah dua kecamatan bertetangga. Total lahan yang dibabaskan dalam pembangunan proyek Bendungan Titab ini mencapai sekitar 137 hektare. Pembebasan lahan dibagi masing-masing Balai Wilayah Sungai-Bali Penida (BWS-BP) seluas 69 hektare, Pemprov Bali seluas 48 hektare plus 30 are, dan Pemkab Buleleng seluas 20 hektare plus 70 are.

Dari total lahan yang dibebasnyan mencapai 137 hektare lebih tersebut, seluas 64 hektare diplot untuk genangan Bendungan Titab. Untuk tubuh bendungan seluas 5 hektare, untuk spillway dan bangunan lainnya seluas 10 hektare, plus 69 hektare lagi peruntukannya buat kawasan sabuk hijau.

Bendungan Titab baru mulai diisi air sejak 13 Desember 2015 lalu. Saat ini baru terisi 2,5 juta meter kubik air dengan ketinggian air mencapai 30 meter. Jika diisi penuh, Bendungan Titab yang luasnya mencapai 64 hektare akan mampu menampung 12 juta meter kubuk air dengan ketinggian 60 meter. Bendungan diperkirakan akan terisi penuh 12 juta meter kubik air, Maret 2016 mendatang. * k23

Komentar