nusabali

Gunarsa Tinggalkan karya Lukis Terakhir Bertajuk 'Asta Brata'

  • www.nusabali.com-gunarsa-tinggalkan-karya-lukis-terakhir-bertajuk-asta-brata

Sang maestro lukis, Dr Nyoman Gunarsa, 73, meninggal hanya berselang sebulan setelah berhasil mewujudkan Museum Seni Lukis Kontemporer yang diresmikan langsung Presiden Jokowi, 4 Agustus 2017 lalu.

Berpulang Sebulan Pasca Kedatangan Jokowi


SEMARAPURA, NusaBali
Karya lukis terakhir yang digarap almarhum adalah lukisan bertajuk ‘Asta Brata’, di mana Presiden RI dari masa ke masa tergambar di dalamnya.

Karya lukis ‘Asta Brata’ (8 Kepemimpinan) yang tengah digarap almarhum Nyoman Gunarsa hingga akhir hayatnya ini berukuran 4 meter x 3 meter, dengan bahan cat minyak dan teknik kontemporer. Lukisan Asta Brata ini menggambarkan para Presiden RI dari masa ke masa, mulai dari Soekarno hingga Jokowi, juga berisi gambaran para menteri.

Dalam lukisan tersebut, Presiden Jokowi (Presiden RI ke-7) terlihat memainkan wayang, sementara Soekarno (Presiden RI ke-1) membawa kendang, BJ Habibie (Presiden RI ke-3 memainkan kendang, sedangkan Soeharto (Presiden RI ke-2) dan Megawati (Presiden RI ke-5) memainkan gender. Sebaliknya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, terlihat jadi sinden.

Di pojok bawah kanan lukisan tersebut terdapat tulisan ‘Alangkah Indahnya Jiwa para Presiden Bersatu’. “Beliau sangat berharap agar para pemimpin dan bangsa ini selalu bersatu,” ujar anak kedua sang maestro, Gede Artison Andarawatta, Minggu (10/9).

Karya lukis Asta Brata ini sempat dipajang di rumah duka yang sekaligus areal Museum Seni Lukis Klasik Bali Nyoman Gunarsa di Banjar Banda, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Minggu kemarin. Menurut Gede Artison, karya lukis Asta Brata itu dikebut pengerjaannya oleh almarhum, sejak Minggu (3/9) lalu.

“Hanya saja, lukisan terakhir itu belum jadi sepenuhnya, mengingat selama melukis, kondisi almarhum sedang sakit,” papar Gede Artison, anggota Fraksi Demokrat DPRD Klungkung 2014-2019 yang juga Ketua DPC Demokrat Klungkung 2016-2021.

Sementara itu, sebulan sebelum meniunggal dunia, sang maestro Nyoman Gunarsa mewujudkan pembangunan Museum Seni Lukis Kontemporer Indonesia, yang diresmikan langsung Presiden Jokowi, 4 Agustus 2017. Pembangunan Museum Seni Lukis Konteporer Indonesia yang dirintis almarhum sejak 2012 ini berada satu areal dengan Museum Lukis Klasik Bali yang telah dibangun sang maestro jauh sebelumnya di Banjar Banda, Desa Takmung. Museum Seni Lukis Kontemporer ini dilengkapi dengan panggung terbuka cukup megah di bagian depan yang bisa digunakan untuk pementasan karya seni.

Saat meresmikan Museum Seni Lukis Konteporer yang dibangun almarhum Gunarsa sebulan lalu, Presiden Jokowi sempat melihat aneka karya lukisan kontemporer berjumlah 400 unit. Lukisan-lukisan itu sudah dikumpulkan Gunarsa sejak tahun 1960 dari kalangan pelukis ternama di Indonesia, seperti Fajar Sidik, Hidayat, Trubus, dan Bagong.

Saking kagumnya akan karya seni tersebut, Presiden Jokowi menghabiskan waktu sekitar 30 menit di dalam museum. Menariknya, kala itu almarhum Gunarsa juga sudah memajang sebuah karya lukis yang menggambarkan Jokowi tengah minum jamu. “Saya heran Pak Nyoman (Gunarsa) tahu saya suka minum jamu. Museum ini penting untuk jagat budaya bangsa. Seni adalah roh kehidupan masyarakat Ba-li,” ujar Jokowi saat itu.

Sebelum mendirikan Museum Seni Lukis Konteporer Indonesia di tanah kelahirannya, almarhum Gunarsa sudah sempat mendirikan Museum Seni Lukis Kontemporer di Jogjakarta tahun 1987, saat dirinya menjadi dosen ISI Jogjakarta. Pendirian Museum Seni Lukis Kontemporer Indonesia di Jogjakarta itu adalah keinginan Gunarsa untuk mengoleksi karya seni lukis di Indonsia. “Museum itu untuk media edukasi saat saya mengajar seni lukis sketsa dan sejarah seni rupa,” papar Gunarsa kala itu.

Ternyata, Museum Kontemporer Seni Lukis di Jogjakarta mendapat sambutan antusias dari kalangan seniman. “Waktu itu saya sampai mengundang seniman seniman dari luar Jogjakarta, termasuk Bali, untuk melaksanakan pameran,” katanya.

Nah, setelah pensiun sebagai dosen di ISI Jogjakarta, Gunarsa memilih pulang kampung ke Banjar Banda, Desa Takmung. Gunarsa pun memindahkan Museum Seni Lukis Kontemporer dari Jogjakarta ke Banjar Banda, Desa Takmung. Namun, jauh sebelum itu, dia telah lebih dulu membangun Museum Seni Lukis Klasik Bali di Desa Takmung. *wa

Komentar