nusabali

Jukung Tanpa Awak Terbalik di Pantai Melaya

  • www.nusabali.com-jukung-tanpa-awak-terbalik-di-pantai-melaya

Jukung dalam kondisi tiang kayu layar bagian depan patah dan ikatan katir terlepas

Kasus Kedua di Bulan Agustus


NEGARA, NusaBali
Warga Banjar Klatakan, Desa/Kecamatan Melaya, Jembrana, dikejutkan dengan penemuan jukung tanpa awak dalam posisi terbalik di Pantai Melaya, Senin (21/8). Diduga, jukung yang belum diketahui pemiliknya ini dihantam gelombang tinggi saat melaut. Ini merupakan kasus kedua di bulan Agustus pasca-penemuan rakit tanpa awak di Pantai Melaya.

Jukung tanpa awak itu pertamakali ditemukan security PT Ocean Blue Mutiara (OBM), Putu Artama, 50, warga Banjar/Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana, sekitar pukul 04.00 Wita. Ketika itu, Artama yang kebetulan sedang mengecek keramba tidak sengaja melihat jukung kayu berawarna putih dengan posisi terbalik tersangkut tali keramba. Jukung itu ditemukan sekitar 500 meter dari bibir pantai. Saksi mengecek di sekitar jukung tersebut, namun pengemudi jukung tidak ada.

Saksi kemudian mengabarkan temuan jukung terdampar itu kepada nelayan sekitar. Hanya saja nelayan setempat tidak satu pun mengenali jukung tersebut. Mereka akhirnya berinisiatif menepikan jukung sekitar pukul 08.00 Wita. Selanjutnya temuan itu dilaporkan ke Polsek Melaya dan Sat Pol Air Polres Jembrana. Penjabat (Pj) Kasat Polair Polres Jembrana, Iptu H Eddy Waluyo mengatakan, ciri-ciri jukung tanpa awak yang ditemukan dalam posisi terbalik itu terbuat dari kayu dan dicat putih, berkatir dua, menggunakan mesin satu sumbu, dan  layar terpal warna biru. Tiang kayu layar bagian depan dalam keadaan patah dan bagian ikatan katir terlepas. “Tidak ada jukung macam itu di sini. Dari informasi nelayan-nelayan sekitar Melaya, belum ada yang mengelani,” katanya.

Informasi temuan jukung tanpa awak itu sudah disebarluaskan lewat media sosial, termasuk dikoordinasikan dengan pihak kepolisian dan sejumlah instansi terkait. “Dari koordinasi belum diketahui pemiliknya. Jika ada yang mengenali jukung itu, kami harap melapor ke polisi,” pintanya. Sementara Kelian Banjar Klatakan, Abdul Sakur, dikonfirmasi secara terpisah memastikan jukung yang mengalami kerusakan dan terbalik itu akibat dihantam gelombang. Kemungkinannya, ketika dihantam gelombang, jukung yang ditemukan lengkap dengan mesin serta layarnya ini sedang dibawa melaut. “Tadi siang, ada orang mengaku dari Banyuwangi (Jawa Timur) sempat menelpon warga kami yang kebetulan menyebar informasi lewat media sosial. Dia bilang mengenali jukung itu. Tetapi sampai sore ini, belum ada kabar lagi,” ungkapnya.

Sebelumnya, Nelayan dari Banjar Melaya Pantai, Desa/Kecamatan Melaya, Jembrana, Abdulah, 60, dilaporkan hilang saat akan melaut, Selasa (15/6). Abdulah diduga tenggelam akibat rakitnya dihantam gelombang. Korban naik rakit berbahan stryrofoam untuk mengambil jukung yang terparkir di pantai Melaya.

Dugaan Abdulah kecelakaan di laut dan dinyatakan hilang berawal dari penemuan rakit yang terombang-ambing di tepi pantai Melaya, sekitar pukul 07.00 Wita. Waktu itu, seorang nelayan setempat, Usman, 40, sedang bersihkan jukung di tepi pantai Melaya. Saat itulah Usman melihat rakit terombang-ambing tanpa awak di pinggir pantai. Rakit berbahan styrofoam itu biasanya digunakan nelayan setempat untuk mengambil jukung yang terparkir di pinggir pantai. Saksi kemudian mengecek rakit itu dan di atas rakit ada perbekalan berupa nasi bungkus, alat-alat pancing, dan tangki berisi bensin.

Setelah menghilang selama 4 hari, Abdulahakhirnya ditemukan, Jumat (18/8) pagi. Namun sayang, nelayan ini dalam kondisi tak bernyawa. Mayat korban ditemukan mengapung di pantai Melaya, Banjar Klatakan, Desa/Kecamatan Melaya, sekitar pukul 07.30 Wita. Mayat korban pertamakali ditemukan oleh Jumilah, 48, warga Banjar Klatakan, yang kebetulan sedang lewat pantai sepulang dari mencari daun kelapa kering. *ode

Komentar