nusabali

Didominasi Arsitektur Bali, Jadi Simbol Toleransi dan Akulturasi Budaya

Melihat Keunikan Masjid Al Hikmah di Jalan Soka Nomor 18, Kesiman Kertalangu, Kota Denpasar

  • www.nusabali.com-didominasi-arsitektur-bali-jadi-simbol-toleransi-dan-akulturasi-budaya
  • www.nusabali.com-didominasi-arsitektur-bali-jadi-simbol-toleransi-dan-akulturasi-budaya
  • www.nusabali.com-didominasi-arsitektur-bali-jadi-simbol-toleransi-dan-akulturasi-budaya

Selain gapura, di sejumlah titik juga terdapat patung naga, kepala burung, patung pria bersila, dan bunga yang dipahat dengan indah, sehingga mempercantik masjid.

DENPASAR, NusaBali
Masjid Al Hikmah di Jalan Soka Nomor 18, Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar mengusung semangat toleransi dan akulturasi budaya. Masjid yang dirikan tokoh Muslim bernama Haji Abdurrahman pada tahun 1978 ini awalnya bangunannya sederhana, berbahan kayu. Namun, pada tahun 1995, masjid ini direnovasi besar-besaran, termasuk mengubah konstruksi bangunannya. Arsitektur bangunannya pun didominasi ornamen khas Bali.

Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, HM Suwarno menjelaskan bahwa renovasi tersebut diprakarsai oleh seorang dermawan kaya asal Trenggalek, Jawa Timur bernama Sunarso. Sunarso memiliki visi untuk memadukan kekayaan budaya lokal dengan arsitektur khasnya. Hasilnya, masjid ini dibangun dengan gaya arsitektur Bali yang khas, dan dipadukan dengan sentuhan seni Jawa dan lengkungan Timur Tengah. 

“Kami merasa warga minoritas yang harus mengangkat budaya asli Bali, di mana bumi dipijak di situ bumi dijunjung sehingga dari tahun 1978 sampai saat ini, Alhamdulilah situasi terjaga dengan aman bahkan persaudaraan semakin hari semakin dekat,” kata Suwarno saat ditemui di Masjid Al Hikmah, Jumat (5/4). “Ide dan desain renovasi ini adalah dari Bapak Sunarso, lalu pengerjaan detail ukiran-ukiran oleh Wayan Kasim, warga Bali asal Desa Pegayaman, Buleleng. Keseluruhan bangunan ini dibangun dengan mengedepankan model alkulturasi budaya untuk menjaga keseimbangan, mengingat masjid ini berdiri di tengah-tengah masyarakat Hindu Bali,” ujar pria yang sudah menjabat Ketua Takmir Masjid Al Ikhlas sejak tahun 2010 ini.

Patung naga, kepala burung, patung pria bersila, dan bunga yang dipahat dengan indah mempercantik beberapa titik di dalam masjid. Semua ini adalah wujud dari akulturasi budaya yang menjadikan Masjid Al Hikmah sebagai tempat ibadah yang mempesona sekaligus mewakili toleransi agama yang kuat di Bali. Uniknya masjid ini juga memiliki gapura mirip seperti Pura umat Hindu Bali lengkap dengan ukirannya.


Selain itu, ukiran yang mengelilingi bangunan masjid dengan daun, bunga, dan buah yang berbentuk cembung dan cekung merupakan ciri khas dari seni ukir Bali. Setiap detail di dalam dan di luar bangunan masjid ini menggambarkan keindahan budaya Bali yang kaya dan beragam. Suwarno menegaskan bahwa masjid ini merupakan simbol pemersatu, yang menggambarkan kesatuan antara berbagai budaya, mulai dari Bali, Jawa, hingga Timur Tengah. Hal ini menunjukkan sikap saling menghargai dan toleransi antarumat beragama di Bali yang terkenal harmonis.

Meskipun gaya arsitektur masjid ini memadukan banyak elemen, Suwarno menekankan bahwa yang terpenting adalah pesan kebersamaan dan saling menghormati perbedaan. Sejak awal berdirinya, Masjid Al Hikmah dengan luas 800 meter persegi ini telah menjadi tempat ibadah bagi komunitas Muslim di wilayah Denpasar Timur dengan kapasitas mencapai sekitar 1.000 orang. Selain itu, masjid ini juga menjadi pusat pendidikan Al Quran bagi anak-anak serta tempat untuk berbagai kegiatan keagamaan seperti kajian rutin dan perayaan hari besar Islam.

Dia menambahkan Masjid Al Hikmah dibangun di atas tanah wakaf, yaitu tanah yang diberikan oleh pemiliknya kepada pengurus masjid. Tanah ini diserahkan kepada nadzir wakaf yang terdiri dari Haji Nahrowi, Supriyo, Haji Suwarno, Supandi, Sahrosi, dan Basuki. Mereka telah menerima legitimasi dari pemerintah untuk menjaga, mengelola, dan mengamankan masjid ini.

Suwarno menambahkan bentuk toleransi juga dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika Hari Raya Idul Adha, pihak masjid akan membagikan daging kurban kepada warga sekitar tanpa memandang agama. Suwarno mengatakan, gaya arsitektur Bali di Masjid Al Hikmah ini memang banyak diapresiasi. Namun, tak jarang ada juga dipertanyakan seperti mengapa masjid ini mirip pura. Menurutnya, bangunan dan arsitektur ini hanya sebuah seni dan ornamen. Sementara tujuan utama di dalam masjid adalah berdoa kepada Tuhan. 

“Dengan nilai-nilai keberagaman dan toleransi yang dijunjung tinggi, Masjid Al Hikmah memancarkan semangat untuk terus memperkuat hubungan harmonis antarumat beragama di Bali dan untuk jamaah di sini tidak memiliki hak untuk komplain, tidak punya hak untuk koreksi tentang arsitektur ini. Harus bersyukur dengan apa yang ada. Ini kenang-kenangan oleh sesepuh-sesepuh kita,” imbuh Suwarno. 7 cr79

Komentar