nusabali

PHRI Taat Larangan Jual Paket Wisata Nyepi

  • www.nusabali.com-phri-taat-larangan-jual-paket-wisata-nyepi

AMLAPURA, NusaBali - FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Karangasem menyerukan agar pengelola pariwisata tidak menjual paket dengan branding Nyepi. PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Karangasem siap menjalankan amanat itu. Hal itu pula telah disosialisasikan kepada wisatawan yang menginap di Karangasem. "Memang tidak ada paket dengan branding Nyepi. Apalagi kunjungan lagi sepi," jelas Ketua PHRI Karangasem I Wayan Kariasa di Amlapura, Selasa (5/3).

Kata dia, saat Nyepi, lampu di hotel dan tempat umum akan dimatikan. Mulai dari lampu kebun, lampu kolam renang, restoran dan di areal parkir. "Tetap menggunakan lampu, tetapi terbatas. Lampu hanya di dalam kamar, kan tidak terlihat dari jalan raya," jelasnya.
Wisatawan yang menginap, katanya, tidak keluar areal hotel, hanya di dalam kamar selama 24 jam. Sedangkan hunian selama Maret ini masih di bawah 30 persen. Berbeda dengan selama Januari - Februari 2024, rata-rata 30 persen.

FKUB Karangasem mengeluarkan seruan bersama Nyepi Tahun Baru Caka 1946, per 4 Maret 2024, Nomor 10/FKUB/Kr/III/2024, ditandatangani Ketua FKUB Dr Ni Nengah Rustini MAg dan Sekretaris Nyoman Adil. Salah satu isinya, agar pihak pemilik usaha penyedia akomodasi, penyedia jasa hiburan dan tempat wisata yang ada di Kabupaten Karangasem tidak diperkenankan mempromosikan usaha dengan branding hari Suci Nyepi.

Rustini mengapresiasi pihak PHRI Karangasem yang telah mematuhi dan menaati seruan bersama digagas FKUB Karangasem. "Ajak wisatawan menikmati perayaan Nyepi, dengan cara tidak keluar hotel, tidak menggelar hiburan, dan tidak menyalakan lampu berlebihan," katanya.

Sebab, kata Rustini, wisatawan yang ke Bali, untuk menikmati ritual dan budaya Bali, bukan masyarakat Bali mengikuti apa kemauan wisatawan. 

Juga berlaku larangan buat masyarakat agar tidak bepergian ke luar rumah, dilarang menyalakan petasan, menggunakan pengeras suara, mengumandangkan bunyi-bunyian, menyalakan lampu penerangan, karena selama Nyepi umat Hindu menjalankan Catur Brata panyepian, amati gni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak melakukan aktivitas), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).

Bagi umat Hindu katanya, wajib melaksanakan upacara melasti sebelum puncak Nyepi, wajib melaksanakan upacara pangerupukan sehari sebelum Nyepi, Tilem Kasanga, Redite Umanis Langkir, Minggu (10/3).

"Jadi perayaan Nyepi, agar lebih khusyuk, dan hening, sedapat mungkin mampu mengendalikan diri," tambahnya.

Walaupun selama ini ada petugas pecalang yang berjaga-jaga di sekeliling desa adat, tetapi yang lebih penting warga masyarakat mampu mengendalikan diri agar tinggal di rumah selama 24 jam. 

Begitu juga aktivitas di Pelabuhan Padangbai, Kecamatan Manggis, sebanyak 25 kapal ferry melayani penumpang dari Pelabuhan Padangbai menuju Pelabuhan Lembar atau sebaliknya dihentikan selama 24 jam. Selama ini, setiap 24 jam, sebanyak 13 kapal yang beroperasi, atau 13 trip, yang terbagi dua shift. Shift I pukul 08.00-20.00 Wita sebanyak 7 kapal, dan shift II pukul 20.00 -08.00 Wita sebanyak 6 kapal, bongkar muat di dua dermaga.

Bukan hanya kapal ferry, juga 18 fast boat dari Dermaga Rakyat Padangbai menuju Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air, Kabupaten Lombok Utara, NTB, juga aktivitas akan tutup selama Nyepi.7k16

Komentar