nusabali

Galungan, PHDI Ajak Umat Perkuat Rohani

  • www.nusabali.com-galungan-phdi-ajak-umat-perkuat-rohani

DENPASAR, NusaBali - Menyambut Hari Raya Galungan, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali mengajak umat Hindu untuk melakukan refleksi rohani. Galungan menjadi momentum umat untuk meningkatkan kualitas spiritual, sehingga mendapat pencerahan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Ketua Pengurus Harian PHDI Provinsi Bali, I Nyoman Kenak berpesan agar umat Hindu memaknai Galungan secara utuh. “Kita harus mengimplementasikan makna Galungan dengan perbuatan yang memang benar-benar bisa mengendalikan diri secara niskala, dan sekala melalui rasa syukur,” tutur Kenak kepada NusaBali, Senin (26/2).

Seperti disebutkan dalam Lontar Sunarigama yang merupakan sastra terkait perayaan hari-hari besar keagamaan umat Hindu di Bali. ‘Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning idep’ yang diterjemahkan, ‘Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran’.

Kenak menjelaskan, rangkaian Hari Raya Galungan telah dimulai sejak sepekan sebelumnya saat Sugihan Jawa (pembersihan Bhuana Agung atau alam semesta) dan Sugihan Bali (pembersihan Bhuana Alit atau diri sendiri). Dilanjutkan Panyekeban tiga hari menjelang Galungan. Panyekeban dimaknai guna mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan agama. Pada rangkaian inilah manusia mulai digoda oleh Sang Kala Tiga yang terdiri dari Sang Bhuta Galungan, Sang Bhuta Dungulan, dan Sang Bhuta Amangkurat.

“Kita di saat Panyekeban atau Redite Paing wuku Dungulan, kita sudah digoda oleh Bhuta Galungan. Di saat itulah kita harus bisa menguatkan diri kita, karena bhuta-bhuta atau keangkuhan kita sudah mulai menonjol,” ujar Kenak. Di hari berikutnya atau Penyajaan yang jatuh pada Soma Pon wuku Dungulan, manusia mulai digoda oleh Sang Bhuta Dungulan. Dungul berarti sifat ego atau sifat ingin menang sendiri yang selalu muncul. Itulah fungsi kita mengalahkan musuh kita, karena musuh paling kuat ada pada diri kita sendiri. Kita harus bisa menguatkan diri, memuja Bhatara Siwa agar terhindar dari sifat-sifat buruk.

Sehari sebelum Galungan, umat Hindu menemui Penampahan Galungan dan digoda oleh Sang Bhuta Amangkurat. Secara simbolis, Penampahan Galungan identik dengan prosesi memotong babi yang bermakna memotong sifat-sifat malas atau kebodohan, sekaligus menghilangkan ego kita. Hal ini dilakukan agar kita selalu berenergi, tidak malas, dan berbuat kebaikan untuk dunia maupun diri sendiri.

Pada Buda Kliwon Dungulan tibalah Hari Raya Galungan. Hari Raya Galungan menjadi momentum bersatunya rohani. “Itu pesta rohani sebenarnya, yang dilakukan kemarinnya itu dari Penyajaan sampai Penampahan untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran,” jelas mantan Ketua Pengurus Harian PHDI Kota Denpasar ini. Kenak menuturkan, perayaan kemenangan Dharma melawan Adharma kali ini juga dapat dimaknai sebagai momen mengikat kembali penyamabrayaan yang mungkin sempat renggang akibat berbeda pilihan politik pada perhelatan Pemilu serentak 14 Februari 2024 lalu.

Kenak mengingatkan, pasca pemilu umat sedharma agar menjaga kerukunan dan kedamaian. Jikapun satu pihak menemukan adanya pelanggaran dalam proses pemilu hendaknya dilaporkan melalui jalur-jalur konstitusional. Umat Hindu diminta untuk selalu terbuka menerima perbedaan dan memperkukuh persahabatan. “Jangan sampai ada gesekan. Kalaupun ada pelanggaran, silakan diproses hukum,” tandasnya. 7 a

Komentar