nusabali

Pengkab ABTI Ngadu ke KONI Badung

Kecewa Perwakilan Hanya Satu Orang Masuk Tim PON 2024

  • www.nusabali.com-pengkab-abti-ngadu-ke-koni-badung

Atlet Badung yang lolos PON sebanyak 10 orang untuk putri dari 12 atlet dan 7 atlet putra dari 12 atlet. Sehingga keseluruhan ada 17 atlet ABTI Badung lolos PON mewakili Bali. Tapi Pengprov hanya menunjuk satu pelatih asal Badung.

MANGUPURA, NusaBali
Pengurus Kabupaten (Pengkab) Asosiasi Bola Tangan Indonesia (ABTI) Badung kecewa dengan keputusan Pengurus Provinsi (Pengprov) ABTI Bali. 

Hal ini karena anggota tim ofisial yang diberangkatkan ke Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 Aceh-Sumatera Utara tidak melibatkan figure yang lebih banyak dari Badung.  Padahal, nyaris seluruh PON Bali berrasal dari Badung. Kekecewaan jajaran pengurus ini disampaikan ke Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Badung.

Ketua Harian Pengkab ABTI Badung, I Gusti Agung Ngurah Dedy Priyatno mengakui kekecewaan pihaknya terkait penentuan team pendamping kontingan ABTI Bali menuju PON 2024 Aceh dan Sumatra Utara pada September nanti. Sebab, sebagian besar ofisial seperti manajer dan pelatih dimonopoli pengurus provinsi, sehingga menimbulkan ketidakpuasan dari pihaknya di kabupaten. 

"Kami di Pengkab Badung sangat tidak puas dengan susunan tim yang dikirim mendampingi atlet PON. Bahkan, ini sudah dituangkan dalam keputusan pengurus provinsi," kata Ngurah Dedy, di kantor KONI Badung, Rabu (7/2).

Dijelaskannya, dalam keputusan pengurus provinsi ABTI Bali Nomor 014 Tahun 2024 tertanggal 02 Februari tentang penentuan official seperti manajer dan pelatih atlet ABTI ke PON. Dalam keputusan itu, Pengprov ABTI hanya menunjuk satu pelatih asal Badung dari 10 anggota tim ofisial/pendamping, termasuk manajer dan pelatih. Sedangkan sisanya diambil atas nama pengurus provinsi. Bahkan, ada nama sebagai pelatih yang ditunjuk dan tidak memiliki atlet serta belum pernah jadi pelatih. 

"Padahal, atlet Badung yang lolos PON sebanyak 10 orang untuk putri dari 12 atlet dan 7 atlet putra dari 12 atlet. Sehingga keseluruhan ada 17 atlet ABTI Badung lolos ke PON mewakili Bali. Tapi Pengprov hanya menunjuk satu pelatih asal Badung. Jadi ini sangat miris," keluh Ngurah Dedy. 

Pria yang akrab disapa Gung Dedy itu, saat mengadu ke KONI Badung itu didampingi Sekretaris Agus Aditya, Humas Gede Putrawan, dan Agus Sedana, Kordinator Wasit ABTI Badung. Mereka diterima Ketua KONI Badung, I Made Nariana dan Wakil Ketua Ketut Widia Astika, Bidang Hukum Made Subagiadnya dan KTU Gung Rawat Dwaja. 

Gung Dedy pun mempertanyakan keadilan atas keputusan dari Pengprov itu yang mengesampingkan pelatih dari Badung. Dia pun berharap KONI Badung dapat memperjuangkan melalui KONI Bali supaya ada keseimbangan yang wajar, menyangkut official tersebut. 

Sementara, Made Nariana yang menerima rombongan Pengkab ABTI Badung mengaku, dirinya dalam setiap rapat dengan KONI Bali dan Pengurus Cabang Olahraga Provinsi selalu berharap pengiriman kontingan Bali ke PON beserta ofisial khususnya pelatih, supaya lebih proporsional. Atlet Bali harus mendapat dukungan atlet kabupaten seluruh Bali, maka Pengurus Provinsi hanya mengkoordinasikan atlet dari semua kabupaten dan kota. 

Nariana berharap Pengurus Provinsi Cabor terkait jangan sewenang-wenang apalagi terkesan rakus. Dia pun mencontohkan kalau atletnya lebih banyak dari salah satu kabupaten, maka pelatihnya sebanyak mungkin yang mendampingi seharusnya dari kabupaten itu juga. Hal itu supaya ada hubungan batin dan chemistry antara atlet dan pelatih.

"Kalau ofisial sampai puluhan orang, masak Badung hanya dijatah satu orang. Ini namanya keterlaluan. Terlalu rakus dan tidak memikirkan jangka panjang," kata Nariana.

Nariana mengatakan, seharusnya Ketua Umum KONI Bali dapat melakukan intervensi terhadap persoalan seperti ini. Pengurus Provinsi Cabor hanya mengakomodasikan atlet-atlet yang disumbangkan kabupaten/kota. Karena itu, harus dapat menempatkan diri dan legowo cukup sebagai pimpinan kontingen. Sedangkan bagian teknis seperti pelatih diserahkan sepenuhnya kepada pelatih dari asal atlet itu berasal. 

"Saya akhirnya patut menduga kalau cara monopoli seperti ini diterapkan, ada khawatir arena PON dianggap hanya sekadar formalitas untuk 'dolan-dolan'. Bukan berjuang dan bertanding mati-matian membela Bali untuk meraih prestasi," kata Made Nariana yang juga mantan Ketua KONI Bali ini. dar

Komentar