nusabali

Area Multi Fungsi, Dambakan Penataan

  • www.nusabali.com-area-multi-fungsi-dambakan-penataan

Museum Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB) di tengah Lapangan Puputan Margarana juga harus disinergikan sebagai daya tarik bagi warga. Apalagi saat ini minat masyarakat mengunjungi museum sebagai lembaga pendidikan masih sangat rendah.

DENPASAR, NusaBali
Pemprov Bali tengah merencanakan redesain Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Renon,  Denpasar, tahun 2024. Tahapan kini sudah mulai memasuki pembuatan detail engineering design (DED).

Proses renovasi lapangan yang dikelola Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali rencananya akan dimulai dengan penambahan lebar jogging track.  Lapangan Puputan Margarana yang lebih dikenal masyarakat Bali sebagai Lapangan Renon setiap hari Minggu ramai dikunjungi Masyarakat. Karena kawasan tersebut digunakan sebagai ajang Car Free Day (CFD).

Kepala Disbud Bali I Gede Arya Sugiartha mengungkapkan penambahan lebar jogging track tersebut akan mulai dilakukan pada sekitar bulan Maret 2024. “Akan ada track cepat dan lambat,” kata Arya Sugiartha, Sabtu (20/1).

Sebagai tempat milik publik, Disbud Bali bekerja sama dengan Warmadewa Research Center (WaRC) telah melakukan survei terhadap tanggapan masyarakat dengan rencana redesain Lapangan Puputan Margarana yang memiliki luas 13,8 hektare itu.

Menurut mantan Rektor ISI Denpasar, masyarakat sangat setuju dengan rencana renovasi Lapangan Puputan Margarana. Sejalan dengan keinginan masyarakat, Pemprov Bali akan membangun sejumlah sarana prasarana baru di Lapangan Puputan Margarana. Di antaranya, pembangunan tempat bermain sepatu roda (skateboard), playground, dan taman air mancur. Selain itu, fasilitas yang sudah ada sebelumnya seperti lapangan sepakbola, basket, dan voli disebut juga akan diperbaiki.


Sedangkan, fasilitas penunjang seperti tempat duduk, tempat sampah, juga menjadi perhatian dalam penyusunan DED. “Redesain ini supaya lapangan multifungsi, rekreasi, olahraga, baik anak-anak maupun orang dewasa,  anak muda, dibuatkan fasilitasnya,” kata Sugiartha.

Dia menambahkan, Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya sangat concern dengan progres rencana redesain Lapangan Puputan Margarana ini. Bahkan secara aktif mengupayakan dalam upaya pendanaan. Namun, Arya Sugiartha belum berani menyebut jumlah anggaran yang dibutuhkan karena masih dilakukan penghitungan DED.

Renovasi taman kota banyak dilakukan pemerintah kabupaten/kota dalam beberapa tahun terakhir. Pemkab Gianyar, Bangli, Buleleng,Tabanan, dan Pemkot Denpasar telah melakukan perbaikan terlebih dahulu terhadap taman kota yang ada di wilayahnya.

Pemerhati tata ruang Prof Dr Ir Putu Rumawan Salain MSi menyambut gembira upaya yang dilakukan pemerintah daerah merevitalisasi ruang terbuka hijau. Khusus Lapangan Puputan Margarana, Rumawan menyebut perbaikan sangat dibutuhkan mengingat lapangan tersebut menjadi salah satu tempat favorit warga untuk melakukan berbagai macam aktivitas.

Menurutnya, lapangan yang dibuka secara resmi pada 2004 terkesan semrawut ketika mengadakan event seperti CFD maupun konser musik yang belakangan ramai dilakukan.

Ruang publik semacam Lapangan Puputan Margarana, jadi pilihan masyarakat untuk berekreasi secara murah, mudah, dan aman. Rumawan mengaku salah satu warga yang memanfaatkan keberadaan Lapangan Puputan Margarana secara rutin.


Selain itu, Lapangan Puputan Margarana sebagai salah satu ruang terbuka hijau di tengah kota berfungsi menyerap air hujan dan pepohonan yang tumbuh di atasnya mampu memberi kesejukan. “Itu adalah public space (ruang public),” ujar Rumawan.

Menurutnya, memang diperlukan penataan ulang lapangan, dengan terus meningkatnya jumlah warga yang datang. Bahkan menurutnya, dengan jumlah kunjungan tersebut dapat dikelola untuk meraih retribusi yang tidak sedikit buat pemerintah daerah.

Untuk itu fasilitas yang ada harus terus diperbaiki agar warga semakin betah berada di dalamnya. Ia mengungkapkan, sudah banyak kajian terkait kawasan Niti Mandala termasuk Lapangan Puputan Margarana di dalamnya, yang dilakukan oleh para peneliti kampus-kampus di Bali.

Selain menerima masukan masyarakat, Rumawan meminta pemerintah juga melihat kajian-kajian tersebut. Guru besar Universitas Udayana ini sendiri melihat Lapangan Puputan Margarana sebagai sebuah satu kesatuan dengan ruang di sekitarnya. Menurutnya penataan di sekitar lapangan juga harus sejalan dengan penataan gedung-gedung yang ada di sekitarnya. Seperti diketahui ada Gedung Kantor Gubernur Bali, Gedung DPRD Bali, dan gedung-gedung pemerintahan lainnya di sekitar Lapangan Puputan Margarana.

“Tolong keagungan dan kewibawaan di sekitar taman harmonis dan serasi, tidak saling bertolak belakang dan menampilkan identitas Bali,” ujar Rumawan.

Jelas Rumawan, keberadaan Museum Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB) di tengah Lapangan Puputan Margarana juga harus disinergikan sebagai daya tarik bagi warga. Apalagi saat ini minat masyarakat mengunjungi museum sebagai lembaga pendidikan masih sangat rendah.

Pertunjukan seni di pelataran monumen yang lebih dikenal sebagai Monumen Bajra Sandhi juga diharapkan lebih rutin dilakukan. “Bila perlu anak-anak sekolah digratiskan,” ucapnya.

Rumawan mengatakan Lapangan Puputan Margarana merupakan taman kota terbesar di Bali. Karena itu akan menjadi role model penataan taman kota di seluruh Bali. Taman kota sebagai ruang publik dan ruang terbuka hijau menjadi salah satu komponen penting dalam pembangunan kawasan perkotaan saat ini.

Rumawan menyebutkan, taman di kota-kota besar dunia menjadi salah satu identitas kota tersebut. Karena itu renovasi Lapangan Puputan Margarana juga harus mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal. “Inilah Bali yang akan menyambut tuntutan ke depan,” ujarnya.7cr78

Komentar