nusabali

Lulut Emas Muncul di Desa Ababi, Karangasem

  • www.nusabali.com-lulut-emas-muncul-di-desa-ababi-karangasem

AMLAPURA, NusaBali - Lulut emas atau larva serangga mirip cacing muncul di tembok rumah warga di Banjar/Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem, Jumat (29/12) pukul 08.00 Wita.

Pemilik rumah, I Wayan Siwi yang menemukan lulut emas itu di tembok dekat kamar mandi rumahnya. Munculnya lulut emas ini tentu saja menjadi perhatian warga, sebab sebagian masyarakat memandang kemunculan lulut emas ini sebagai pertanda tertentu dari sisi niskala.

Lulut emas muncul bergerombol membentuk barisan sepanjang 1,5 meter. Sepintas lulut emas itu merupakan kumpulan larva berwarna emas, bergerombol dengan ukuran larva sekitar 2 cm. “Lulut emas tiba-tiba muncul, saya tidak punya firasat apa-apa, terkait kemunculan lulut emas ini,” jelas I Wayan Siwi, pemilik rumah di Banjar Ababi.

Hanya saja kata Siwi, beberapa jam kemudian, gerombolan lulut emas perlahan-lahan menghilang. Sekitar tiga jam kemudian semuanya hilang tanpa bekas.

Kemunculan lulut emas ini katanya baru pertama kali terjadi, padahal tembok tidak ada lubang, tetapi secara ajaib terus bermunculan, sehingga menjadi satu gerombolan.

Lulut emas dengan nama latin fungus gnat larvae atau disebut muring atau nyit-nyit istilah Bali. Bentuk kepalanya mirip kapsul. Lulut emas tidak perlu dimatikan, karena akan hilang sendiri. Sebelumnya lulut emas muncul di Desa Sibetan, Kecamatan Bandem, 21 Mei 2020. Sekretaris Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Karangasem, I Komang Cenik mengatakan lulut emas itu, sejenis ulat yang muncul saat musim hujan.

“Itu bukan hama, kemunculannya bergerombol dan mengeluarkan cairan,” katanya. Jika cairannya mengenai kulit, lanjut I Komang Cenik, bisa menyebabkan gatal. “Lulut emas tidak tahan muncul di permukaan, beberapa saat kemudian akan hilang, mati kena sinar matahari,” lanjut birokrat asal Banjar Juuk Legi, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem ini.

Sebagian masyarakat di Bali mungkin menganggap kejadian tersebut sebagai fenomena alam biasa (sekala) sehingga menganggap kehadiran lulut emas tidak perlu dibesar-besarkan.

Namun, sebagian lagi melihat fenomena tersebut dari sisi niskala, meyakini kehadiran lulut emas harus dibarengi dengan upacara tertentu untuk menghindari malapetaka yang mungkin menimpa. Penekun spiritual, Jro Gede Krisna Adi Widana, asal Banjar Tengah, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem mengungkapkan sesuai amanat Lontar Bhama Kertih, kemunculan lulut emas sebagai pertanda kurang baik.

Menurutnya pemilik pekarangan mestinya menggelar upacara, berupa segehan manca warna di tempat ditemukannya lulut emas. Lalu lulut diambil gunakan sidu (sendok dari janur) dimasukkan ke bungkak nyuh gading, lalu dibungkus kain putih, kemudian dibuang ke laut atau ke sungai. “Selanjutnya dilaksanakan upacara pacaruan, caru jigra maya, untuk menetralisir unsur negatifnya,” ujar Jro Gede. 7 k16

Komentar