nusabali

Desa Adat Kuta Gelar Upacara Nangluk Merana

*Puluhan orang ketedunan hingga ngunying

  • www.nusabali.com-desa-adat-kuta-gelar-upacara-nangluk-merana

MANGUPURA, NusaBali - Desa Adat Kuta kembali menggelar upacara Nangluk Merana dan Pecaruan Sasih bertepatan dengan Kajeng Kliwon Uwudan Sasih Kanem pada Minggu (10/12) pagi. Upacara ini diharapkan dapat menolak bala, memberikan kesejahteraan, dan menciptakan keharmonisan bagi seluruh krama di wewidangan Desa Adat Kuta.

Ratusan warga Desa Adat Kuta terlihat memadati area lokasi upacara Nangluk Merana. Uniknya pada upacara ini ada prosesi ngunying (ngurek) menggunakan keris karena pengiring kerauhan, sehingga orang yang mengalami ketedunan (kerasukan) secara tidak sadar akan menusukkan keris ke tubuhnya.

Pantauan di lapangan, orang yang mengalami ketedunan itu berteriak, menangis hingga menari-nari di depan pelawatan barong. Terutama bagi laki-laki yang mengalami ketedunan, mereka tampak menancapkan keris ke dada, kepala, hingga pipi.

Bendesa Adat Kuta Komang Alit Ardana, menjelaskan upacara ini diadakan berdasarkan pararem dan awig-awig di Desa Adat Kuta yang telah menjadi bagian dari tradisi turun-temurun. Dijelaskannya, prosesi upacara ini sesuai dengan makna dan tujuan dari upacara Nangluk Merana dan Pecaruan Sasih. Lebih lanjut dikatakan, menurut para panglisir upacara Nangluk Merana di Sasih Kanem memiliki makna tersirat dalam lontar Sangara Gumi, sebagai Sasih Ala atau Sasih Sakit. Pada zaman Sri Aji Jaya Kasunu, Sasih Kanem menjadi waktu untuk mengatur upacara Nangluk Merana dan Amancayadnya, Pakalem di telengin segara atau di tengah laut, sehingga tujuan dari upacara ini adalah memohon waranugraha dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

“Di zaman sekarang, Sasih Kanem adalah Sasih Panca Roba, perubahan dari musim kemarau ke musim hujan. Fenomena ini seringkali diiringi dengan munculnya penyakit, seperti batuk, pilek, dan demam. Oleh karena itu, upacara ini juga diharapkan dapat membawa kesejahteraan dan keselamatan bagi warga desa, khususnya di Bali pada umumnya,” tambah Alit.

Upacara yang melibatkan seluruh warga desa itu juga melibatkan enam pelawatan yakni lima pelawatan barong dan satu pelawatan barong landung. Prosesi upacara dilakukan sesuai tradisi Desa Adat Kuta, dengan pusat pelaksanaan upacara di Catus Pata di wewidangan Desa Adat Kuta dan di batas wilayah desa. Prosesi upacara dimulai sejak pagi sekitar pukul 07.00 Wita di 13 banjar se-Desa Adat Kuta. Upacara tersebut mencakup prosesi mendak pakuluh Ida Bhatara di Pura Segara. Setelah itu, masing-masing pelawatan di lingkungan desa melaksanakan upacara di persimpangan masing-masing banjar (Catus Pata).

Untuk pelawatan Banjar Plasa berada di bagian utara di Jalan Majapahit yang mana di sana ada ciri utara dan selatan. Lalu pelawatan barong dari Banjar Pemamoran dipusatkan di depan pertigaan Pasar Seni Kuta dan timur di perempatan Desa Adat Kuta. Lalu pelawatan dari Banjar Pande Mas Kuta dipusatkan upacara taur di perempatan agung dan di sisi barat Pura Amanguan. Lalu pelawatan dari Banjar Tegal menghaturkan tawur di pertigaan Bakung Sari dan di depan Pura Dalem Khayangan.

Sementara dari pelawatan Puri Satria Kaleran dipusatkan di perempatan Blambangan atau Senggol dan Perempatan Jalan Raya Kuta. Terakhir pelawatan Ratu Ayu dan Barong Landung dipusatkan di sisi selatan tepatnya di pertigaan Wana Segara. Setelah selesai di masing-masing Catus Pata, semua para pelawatan barong dan penyungsungnya melanjutkan perjalanan ke Pura Dalem Kahyangan Pura Penataran.

“Sesuai tradisi kita di Kuta, semua pelawatan di Desa Adat Kuta berperan dalam upacara, dan kita pusatkan di Catus Pata di wewidangan Desa Adat Kuta serta di batas wilayah desa,” jelasnya.

Selama pelaksanaan upacara, penyesuaian lalu lintas juga telah diatur dengan memberikan imbauan dan pemberitahuan kepada masyarakat terkait kemungkinan gangguan lalu lintas selama berlangsungnya upacara. “Kami sudah melakukan rekayasa lalu lintas dengan cara buka-tutup, hanya sebagian jalan yang akan terpengaruh. Semua ini dilakukan agar upacara berlangsung dengan lancar tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat,” kata Alit. 7 ol3

Komentar