nusabali

Dokter: Hati-hati Mencoba Konsumsi Zat Pemicu Alergi

  • www.nusabali.com-dokter-hati-hati-mencoba-konsumsi-zat-pemicu-alergi

INDIVIDU dengan reaksi alergi berat harus hati-hati jika ingin mengkonsumsi makanan pemicu alergi. Karena hal ini bisa mengakibatkan anafilaksis yang menimbulkan sesak napas atau syok yang mengancam nyawa.

Dokter spesialis penyakit dalam dari RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Anshari Saifuddin Hasibuan SpPD-KAI mengatakan bahwa individu dengan alergi yang ingin mencoba melakukan desensitisasi makanan harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan memperhatikan nasihat dokter.

Desensitisasi makanan adalah tindakan mengonsumsi zat pemicu alergi dengan jumlah sedikit dan terkendali secara berangsur untuk membuat tubuh terbiasa dengan zat tersebut dan mengurangi potensi munculnya reaksi alergi. Desensitisasi alergi juga dilakukan dengan menyuntikkan zat alergen pada kulit.

“Namun, hal itu ada tekniknya sendiri dan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Misalnya, diatur berapa diberikan makanannya dan berapa lama intervalnya,” kata Anshari dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (9/11/2023).

Dia mengatakan, meskipun cara mencegah alergi pada dasarnya adalah dengan menghindari zat pemicunya, tidak dapat dipungkiri banyak dari individu dengan alergi yang masih ingin menikmati makanan meskipun dapat menimbulkan reaksi alergi.

Apabila reaksi alergi yang muncul masih ringan, desensitisasi makanan bisa dipertimbangkan meski harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Konsultasi dokter juga diperlukan apabila ingin mencoba langkah tersebut, kata Anshari.

“Kalau reaksi alerginya berat sebaiknya jangan lakukan, dan di kasus tertentu bahkan tidak boleh,” ucap dia.

Dokter yang menyelesaikan pendidikannya di Universitas Indonesia itu mengatakan, zat alergen harus tetap dihindari individu dengan reaksi alergi berat. Dikhawatirkan, konsumsi pemicu alergi oleh mereka justru menyebabkan anafilaksis yang menimbulkan sesak napas atau syok yang mengancam nyawa.

Meski demikian, Anshari mengatakan bahwa alergi tetap bisa dikendalikan dengan menjaga pola hidup, seperti dengan menghindari pemicunya, dan mengonsumsi obat-obatan yang dapat meredam reaksi alergi.

“Alergi mungkin tidak bisa dibilang bisa sembuh total, tapi bisa dikontrol dengan pola hidup atau obat-obatan,” ucap dokter yang menyelesaikan pendidikan spesialisnya di Universitas Indonesia itu.

Selain itu, lingkungan rumah juga harus dijaga tetap bersih dan bebas dari polusi untuk mencegah penghuninya, terkhusus anak-anak, mengidap alergi. 

Anshari mengatakan bahwa individu dengan alergi harus memerhatikan konsumsi obat-obatannya untuk mencegah timbulnya reaksi alergi. Salah satu hal yang harus dilakukan individu dengan alergi adalah mencatat dengan teliti obat-obatan dan makanan apa saja yang tidak dapat mereka konsumsi karena memicu reaksi alergi.

“Sangat penting untuk dicatat obat-obat apa saja yang menyebabkan reaksi alergi dan bentuk reaksi itu seperti apa, sehingga nanti bisa disampaikan kepada dokter saat berkonsultasi,” ucap Anshari.

Akan sangat menyulitkan bagi dokter apabila individu tersebut tidak ingat obat seperti apa yang menyebabkan reaksi alergi muncul, padahal mereka tahu punya alergi pada obat tertentu.

Anshari menyebutkan beberapa obat yang dapat memicu reaksi alergi seperti asam mefenamat sebagai obat nyeri yang dapat menyebabkan mata bengkak atau bentol dan allopurinol sebagai obat asam urat yang dapat memicu reaksi alergi berat.

"Obat antibiotik penisilin dan golongannya juga sering memicu reaksi alergi seperti gatal-gatal dan ruam merah di kulit," kata dia.

Oleh karena itu, dengan mengetahui apa saja obat atau makanan yang menyebabkan alergi, dokter bisa menghindari memberi obat-obatan pemicu alergi dan memberikan alternatif obat yang tidak menimbulkan reaksi alergi.

Selain itu, Anshari menyoroti perlunya diagnosis dari dokter untuk menentukan apakah reaksi tidak nyaman pada tubuh yang dirasakan setelah mengonsumsi makanan tertentu, termasuk obat, adalah benar karena alergi atau bukan.

Diagnosis diperlukan untuk mencegah menghindari obat-obatan yang sebenarnya lebih manjur atau mungkin lebih diperlukan karena alasan alergi, meskipun penyebab tidak nyaman yang dilaporkan rupanya bukan karena alergi. 7 ant

Komentar