nusabali

Musim Hujan di Kabupaten Jembrana, 21 Desa Rawan Longsor dan Banjir

  • www.nusabali.com-musim-hujan-di-kabupaten-jembrana-21-desa-rawan-longsor-dan-banjir

Dari 21 desa/kelurahan rawan longsor dan banjir, 9 desa masuk wilayah rawan longsor dan 12 desa wilayah rawan banjir.

NEGARA, NusaBali
Musim hujan yang diperkirakan akan berlangsung mulai bulan November ini, berpotensi menyebabkan sejumlah bencana alam. Sesuai pemetaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jembrana, ada 21 desa/kelurahan di Gumi Makepung yang masuk sebagai wilayah rawan longsor dan banjir.

Dari 21 desa/kelurahan rawan longsor dan banjir, 9 desa masuk wilayah rawan longsor dan 12 desa wilayah rawan banjir. Sembilan desa rawan longsor itu, tersebar di 4 kecamatan. Diantaranya di Kecamatan Negara di 2 desa, yakni Desa Berangbang dan Kelurahan Baler Bale Agung. Di Kecamatan Jembrana di 2 desa, yakni Desa Batuagung dan Kelurahan Pendem. Di Kecamatan Mendoyo di 2 desa, yakni Desa Yehembang dan Desa Pohsanten. Dan di Kecamatan Pekutatan di 3 desa, yakni Desa Asah Duren, Desa Pengeragoan dan Desa Manggissari.

Sedangkan 12 desa rawan longsor, tersebar di 3 kecamatan. Diantaranya di Kecamatan Negara di 5 desa, yakni Desa Kaliakah, Desa Tegal Badeng Barat, Kelurahan Loloan Barat, Desa Pengambengan dan Kelurahan Lelateng. Di Kecamatan Jembrana di 4 desa, yakni Kelurahan Dauhwaru, Kelurahan Pendem, Kelurahan Sangkaragung dan Kelurahan Loloan Timur. Dan di Kecamatan Pekutatan di 3 desa, yakni Desa Gumbrih, Desa Medewi dan Desa Pulukan.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jembrana I Putu Agus Artana Putra, Kamis (16/11), mengatakan, telah melakukan sejumlah upaya antisipasi untuk menghadapi potensi bencana jelang musim hujan ini. Selain memetakan wilayah rawan bencana, jajarannya belakangan turun melakukan sosialisasi ke sejumlah desa rawan bencana. "Sosialisasi terkait mitigasi bencana. Kami harap para perangkat desa dan masyarakat paham mengenai mitigasi bencana, kesiapsiagaan. Termasuk soal kesadaran penaggulangan bencana dan pelaporan ketika terjadi bencana," ujar Agus Artana.

Di samping itu, Agus Artana mengaku, juga akan menyiagakan sejumlah alat-alat penanganan bencana di sejumlah wilayah rawan bencana. Alat-alat seperti rubber boat, perahu fiber dan mesin sedot air, akan disiagakan di kantor desa ataupun kantor camat. 

"Itu kami lakukan untuk mempercepat penanganan. Karena dari pengalaman sebelumnya, seperti waktu banjir di Desa Gumbrih, petugas kita kesulitan membawa alat karena terjebak macet. Tapi kalau alat sudah standby di lokasi terdekat, tentunya bisa lebih cepat. Petugas bisa ke lokasi lebih cepat dengan bawa motor," ucapnya.

Menurut Agus Artana, berbagai upaya mitigasi ataupun kesiap siagaan dalam menghadapi potensi bencana jelang musim hujan itu, telah disiapkan sejak awal menghadapi kekeringan. Sementara dari prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Agus Artana menyatakan, bahwa hujan yang mulai terjadi di bulan November ini masih permulaan. "Perkiraan (hujan) mulai meningkat di Desember. Kemudian puncaknya diperkirakan sekitar Februari 2024 nanti," ucap Agus Artana. 7ode

Komentar