nusabali

Penebaran Nyamuk Wolbachia di Kota Denpasar Ditunda

Tunggu Rekomendasi dari Kementerian Kesehatan

  • www.nusabali.com-penebaran-nyamuk-wolbachia-di-kota-denpasar-ditunda

DENPASAR, NusaBali - Penebaran nyamuk Wolbachia di Kota Denpasar yang rencananya dilaksanakan pada Senin (13/11) dibatalkan. Penebaran tersebut ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan dengan alasan masukan dari sejumlah masyarakat.

Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan penebaran Wolbachia tersebut merupakan kerja sama dengan pihak ketiga. Kegunaan nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia ini adalah untuk menekan kasus demam berdarah dengue (DBD).

Meski demikian, Walikota juga menampung berbagai masukan dari tokoh dan ahli terkait penebaran Wolbachia. Menurut Walikota Jaya Negara, pemkot akan menunggu rekomendasi Kementerian Kesehatan RI. Meskipun saat ini nyamuk ini sudah ditebarkan di Jogjakarta dan menunjukkan hasil positif.

“Kami dapat banyak masukan dari masyarakat agar rencana tersebut (penebaran nyamuk Wolbachia) ditunda. Kami belum menerapkannya sebelum benar-benar mendapat rekomendasi dari Kemenkes. Nanti akan dilakukan apabila ada rekomendasi dari Kemenkes,” ujar Walikota Jaya Negara.

Diberitakan sebelumnya, Pemkot Denpasar bekerjasama dengan World Mosquito Program dari Australia untuk pengembangan bakteri Wolbachia. Dengan menginfeksi nyamuk penyebab DBD dengan bakteriWolbachia ini, akan bisa menekan kasus.

“Jangka waktu untuk melihat perkembangan nyamuk Wolbachia ini lima tahun. Di Jogjakarta selama lima tahun bisa menekan DBD hingga 77 persen,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr Anak Agung Ngurah Gede Dharmayuda.

Untuk di Kota Denpasar rencananya akan dimulai pada November 2023 ini. Diharapkan di 2024 bisa menekan kasus 20 persen.

Selanjutnya, tahun berikutnya menekan kasus 50 persen, dan hingga 75 sampai 80 persen. “Kami harap lima tahun ke depan bisa menekan 75 sampai 80 persen. Kalau masih ada kasus 5 sampai 10 persen itu masih bisa ditoleransi,” kata Agung Dharmayuda. 7 mis

Komentar