nusabali

PHDI: Pengarakan Ogoh-Ogoh 2024 Akan Dibahas Stakeholder, Pastikan Ada Ruang Kreatif untuk Yowana

  • www.nusabali.com-phdi-pengarakan-ogoh-ogoh-2024-akan-dibahas-stakeholder-pastikan-ada-ruang-kreatif-untuk-yowana

DENPASAR, NusaBali.com - Pangrupukan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946 jatuh pada 10 Maret 2024 atau kurang dari sebulan pasca Pemilu Serentak 2024. Pada situasi Pemilu sebelumnya, pengarakan ogoh-ogoh biasanya ditiadakan karena faktor kondusivitas.

Momen Hari Suci Nyepi dan pemilu pada 2024 nanti sedikit berbeda dari 2019 silam. Lima tahun lalu, Nyepi mendahului yakni 7 Maret 2019 dan Pemilu pada 17 April 2019. Tahun depan Pemilu mendahului pada 14 Februari 2024 dan Nyepi pada 11 Maret 2024.

Hanya saja, situasi rangkaian Pemilu 2024 diprediksi jauh lebih kompleks lantaran Pilpres dan Pileg dilaksanakan serentak. Kemudian, di tahun yang sama secara terpisah jelang akhir tahun juga dilaksanakan Pilkada serentak.

Lalu, apakah pengarakan ogoh-ogoh saat pangrupukan atau pada malam Nyepi tahun depan bisa tetap digelar? Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali selaku salah satu pemangku kepentingan (stakeholder) belum dapat memberikan kepastian.

I Nyoman Kenak, Ketua Pengurus Harian PHDI Bali menuturkan, pihaknya perlu berkoordinasi dulu dengan stakeholder lain. Terutama stakeholder yang membidangi kamtibmas yakni Polri dibantu TNI dan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali.

"Pada prinsipnya setiap kegiatan harus merujuk kepada aturan yang berlaku dan mengedepankan aspek keamanan dan ketertiban," ujar Kenak ketika dihubungi pada Kamis (26/10/2023).

Oleh karena itu, keputusan ini tidak bisa diambil sepihak namun harus berupa kesepakatan bersama. Kenak menekankan pentingnya kesadaran menjaga Pulau Dewata agar tetap aman dan damai dalam situasi pesta demokrasi.

Sementara itu, ogoh-ogoh bukanlah sesuatu yang wajib pada ritual Tawur Agung Tilem Sasih Kasanga. Ogoh-ogoh adalah aktivitas budaya dan menjadi bagian dekoratif atau pelengkap ritual. Kenak menyebutkan, ogoh-ogoh adalah sebuah kreativitas yowana.

Untuk itu, Kenak berpendapat, terlepas dari keputusan dan kesepakatan yang diambil stakeholder, kreativas ini harus diwadahi dan diberi ruang. Secara pribadi, ia bahkan berharap agar pengarakan ogoh-ogoh tetap bisa dilakukan dengan catatan kesadaran untuk menjaga kondusivitas.

"Ogoh-ogoh adalah produk kreatif generasi muda. Maka momen ini, pengarakan ogoh-ogoh sebaiknya tetap dilakukan. Dengan catatan, semua pihak harus menaati aturan yang berlaku," tandas Kenak.

Sebagai catatan, melihat kasus serupa pada tahun sebelumnya termasuk pada saat pandemi Covid-19, stakeholder dan pemerintah biasanya mengambil jalan tengah. Pengarakan ditiadakan namun pembuatan ogoh-ogoh tetap diizinkan untuk lomba ogoh-ogoh tanpa festival pengarakan. *rat

Komentar