nusabali

Kabut Tebal Selimuti Pesisir Selatan Bali

BBMKG Sebut Sebagai Fenomena Kabut Adveksi

  • www.nusabali.com-kabut-tebal-selimuti-pesisir-selatan-bali

Kabut di kawasan pesisir dipicu pertemuan masa udara hangat dari daratan dan masa udara dingin dari lautan, sehingga memicu kabut yang dinamai kabut adveksi

MANGUPURA, NusaBali
Kemunculan kabut di sejumlah wilayah pesisir, utamanya di Badung selatan menjadi sorotan di media sosial dalam tiga hari belakangan ini. Hal ini dikarenakan kemunculan kabut itu sangat jarang terjadi dan menyebar di beberapa titik seperti di kawasan Uluwatu, Ungasan dan juga Seminyak. Tak hanya di pesisir wilayah Badung selatan, sejumlah pantai di Tabanan juga diselimuti kabut sejak Minggu (22/10) hingga Senin (23/10).

Terkait fenomena ini, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengungkapkan kabut tersebut dipicu pertemuan masa udara hangat dari daratan dan masa udara dingin dari lautan, sehingga memicu kabut yang dinamai kabut adveksi. Kabid Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar, I Nyoman Gede Wirajaya mengatakan fenomena kabut yang terjadi di beberapa pantai di wilayah Bali masuk dalam jenis kabut adveksi. Berdasarkan analisis dari data pengamatan udara atas di Stasiun Meteorologi I Gusti Ngurah Rai, kondisi ini dapat terjadi karena terbentuknya lapisan inversi dekat permukaan.

"Lapisan inversi merupakan lapisan batas antara dua masa udara yang memiliki perbedaan suhu," jelas Wirajaya, Senin kemarin. Adapun mekanismenya, kata Wirajaya yaitu masa udara yang hangat dari darat bersinggungan dengan masa udara yang lebih dingin dari laut. Sehingga terjadi kondensasi atau pengembunan dari uap air tersebut dan membentuk kabut. Hal ini juga didukung oleh kondisi angin permukaan yang lemah di sekitar lokasi, sehingga kabut dapat bertahan dan teramati dengan jelas.

"Fenomena kabut ini merupakan fenomena yang wajar sehingga masyarakat tidak perlu terlalu khawatir," imbau Wirajaya lagi. Wirajaya juga memastikan bahwa dampak yang ditimbulkan juga bersifat sementara, yakni saat terjadinya kabut saja berupa terbatasnya jarak pandang. Masyarakat diimbau perlu berhati-hati jika berada dalam area yang tertutup kabut sebab dapat mengurangi jarak pandang mendatar. Dia juga menggarisbawahi, kemunculan kabut itu juga perlu dipastikan bahwa di sekitar lokasi terjadinya kabut tidak terdapat area kebakaran, sebab kabut juga dapat berupa kabut asap.

"Biasanya kabut asap memiliki aroma khas terbakar dan menyesakkan. Berbeda dengan kabut yang berasal dari pengembunan uap air yang rasanya cenderung dingin dan lebih segar," pungkasnya. Sementara fenomena kabut di pagi hari membuat heran sejumlah warga. Seperti yang terjadi di pesisir pantai wilayah Kabupaten Tabanan sejak Minggu hingga Senin kemarin. Wilayah pantai yang berselimut kabut terutama di pagi hari terlihat Pantai Kedungu, Pantai Tanah Lot, Pantai Yeh Gangga hingga pesisir pantai di wilayah Selemadeg Barat, Tabanan. Suasana pantai yang berbeda dari biasanya ini pun ramai-ramai diunggah masyarakat ke media sosial. Bahkan kejadian ini pun tak hanya terjadi di Bali melainkan juga terjadi di luar wilayah Bali.

Foto: Suasana pantai di Tabanan yang berkabut, Senin (23/10). -IST

Manager DTW Tanah Lot, I Putu Tony Wirawan mengatakan kawasan Pantai Tanah Lot pada Minggu pagi sekitar pukul 06.00 Wita memang sempat berkabut seperti yang biasa terdapat di kawasan Baturiti. Hanya saja kabut tidak berlangsung lama. "Staf melaporkan pagi itu berkabut dan sekarang (kemarin) tidak ada. Cuaca cerah," akunya.

Meskipun adanya kabut tak sampai mengganggu pemandangan terutama ikon Pura Tanah Lot. Sebab kabut tebal terjadi di selatan pura. "Jarak pandang sedikit terganggu. Tapi tidak sampai mengganggu pemandangan pura," katanya. Munculnya kabut di Pantai ini pun ramai menjadi perbincangan netizen. Sebab fenomena tersebut jarang terjadi. Bahkan akibat munculnya kabut cuaca pantai terasa lebih dingin.

Sementara kabut yang menyelimuti sejumlah wilayah di Badung selatan, terutama di kawasan pesisir pantai dalam beberapa hari belakangan ini turut menjadi atensi Angkasa Pura (AP) I. Kemunculan kabut tersebut dikhawatirkan bisa memicu terganggunya operasional penerbangan di Bandara Ngurah Rai. Untungnya, dari hasil pengamatan, kabut adveksi itu tidak sampai mempengaruhi operasional.

General Manager Angkasa Pura I, Handy Heryudhitiawan mengaku kalau kabut di sejumlah pesisir wilayah Bali memang menjadi atensi oleh pihaknya. Selaku pengelola bandara, Angkasa Pura I terus memantau dan berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait.

"Kami ikut memantau juga perkembangan fenomena kabut yang muncul beberapa hari belakangan ini. Sejauh ini semuanya aman dan tidak mengganggu penerbangan," katanya. Pihaknya juga telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait, mulai dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG), Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai dan Perum LPPNPI (AirNav), untuk memantau perkembangan atas fenomena kabut tersebut. Selain itu, dilakukan analisa terkait dampaknya pada operasional penerbangan di Bandara Ngurah Rai.

"Sampai saat ini, kabut tersebut tidak berpengaruh terhadap penerbangan di Bandara Ngurah Rai. Semua aspek operasional penerbangan berjalan dengan aman dan lancar," tegasnya. Disinggung terkait pergerakan penumpang pada dua hari terakhir, Handy mengungkapkan bahwa masih berada pada angka belasan ribu. Baik itu untuk penumpang keberangkatan dan kedatangan domestik maupun keberangkatan dan kedatangan internasional. "Pada tanggal 22 Oktober, domestik kedatangan 13.436 penumpang, domestik keberangkatan 18.965 penumpang, internasional kedatangan 16.590 penumpang, dan internasional keberangkatan 19.402 penumpang," pungkasnya.

Terpisah Kepala Pelaksana BPBD Bali, I Made Rentin menyampaikan informasi terbaru wilayah-wilayah yang masuk kategori ‘Awas’ kekeringan meliputi Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Sawan, Kubutambahan (Kabupaten Buleleng), Kubu (Kabupaten Karangasem), Kuta, Kuta Utara, Kuta Selatan (Kabupaten Badung), Kota Denpasar, dan Nusa Penida (Kabupaten Klungkung).

Sementara itu Kecamatan Melaya, Mendoyo, Pekutatan (Kabupaten Jembrana), Seririt, Tejakula (Kabupaten Buleleng), Kintamani, Bangli (Kabupaten Bangli), Abang, Bebandem, Karangasem (Kabupaten Karangasem), dan Dawan (Kabupaten Klungkung) masuk kategori Siaga.

Sedangkan Kecamatan Negara, Jembrana (Kabupaten Jembrana), Penebel, Tabanan, Kerambitan (Kabupaten Tabanan), Sukasada, Banjar (Kabupaten Buleleng), dan Susut (Kabupaten Bangli) masuk kategori Waspada. "Waspadai potensi kekeringan dengan hemat penggunaan air bersih dan selalu update informasi cuaca dan iklim melalui kanal yang ada," imbau Rentin, Senin kemarin.

Rentin menyampaikan bahwa Bali saat ini mengalami status siaga darurat berdasarkan keputusan Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya.

Status Siaga darurat dimulai mulai 19 Oktober 2023 hingga 1 November 2023.

Dampak dari fenomena El Nino mengakibatkan kekeringan dan kebakaran di beberapa kabupaten, seperti kebakaran di beberapa TPA, yaitu TPA Suwung Denpasar, TPA Mandung Tabanan, dan TPA Temesi Gianyar, serta terjadinya kebakaran hutan dan lahan di lereng Gunung Agung, dan Gunung Batur.

"Untuk menanggulangi dampak kekeringan, BPBD telah berupaya untuk memberikan distribusi air bersih ke Dusun atau Banjar yang mengalami dampak signifikan kekeringan yaitu di Kabupaten Karangasem, Buleleng, dan Jembrana, serta penanganan karhutla di Bangli, Karangasem, dan Buleleng," jelasnya. 7 dar, des, cr78

Komentar