nusabali

13 Hektare Hutan Lindung di Galungan Terbakar

  • www.nusabali.com-13-hektare-hutan-lindung-di-galungan-terbakar

Petugas berusaha menjinakkan api agar tidak merembet semakin luas dengan penyekatan manual.

SINGARAJA, NusaBali
Kebakaran hutan terjadi di kawasan Bukit Catu di wilayah Banjar Dinas Bingin, Desa Galungan, Kecamatan Sawan, Buleleng, Sabtu (21/10) malam. Titik api terpantau masih menyala hingga Minggu (22/10) siang.

Kepala Seksi Perencanaan, Pemanfaatan, Penggunaan, Perlindungan Hutan (P4H) dan KSDAE Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Bali Utara, Ida Bagus Kade Wira Negara mengatakan luas lahan yang terbakar sekitar 13,8 hektare. Ia memastikan kebakaran itu melanda hutan lindung dan bukan lahan produktif warga.

"Semua (kebakaran) ini di lahan hutan lindung yang lokasinya cukup jauh dari lahan warga. Jarak antara kebakaran dengan pemukiman terdekat warga sekitar 70 meter. Tidak sampai merembet karena sudah diantisipasi awal oleh warga," jelas Wira Negara.

Kata dia, pemadaman api dilakukan dengan melakukan teknik sekat bakar dan penyiraman dengan alat manual. Upaya ini masih berlangsung hingga Minggu siang bersama petugas BPBD Buleleng, aparat desa, dibantu ratusan warga setempat. Pihaknya menyebut kebakaran sudah bisa dikendalikan.

"Ada sembilan titik api baru yakni enam di Banjar Dinas Bingin dan tiga di Bukit Catu yang masih menyala. Namun sejauh ini sudah dikendalikan. Kami lakukan penyekatan dengan sekam. Kami juga padamkan api dengan penyiraman manual, karena lokasinya ini hutan lindung tidak bisa dilakukan pemadaman dengan mobil pemadam," imbuh dia.

Wira menyebutkan, kebakaran diduga disebabkan oleh gelombang panas yang terjadi akibat dampak dari fenomena El Nino. Gelombang panas itu diduga memicu munculnya api di areal semak-semak kering di hutan. Selain itu, api dengan gampang meluas karena adanya embusan angin.

"Faktor utama adanya fenomena El Nino, adnya gelombang panas. Namun tidak menutup kemungkinan ada penyebab lainnya. Masih kami dalami lagi penyebabnya, sekarang masih fokus untuk pemadaman api," ucapnya.

Dikonfirmasi terpisah, Perbekel Desa Galungan I Nyoman Suksema menjelaskan, pihaknya mendapat informasi dari warga kebakaran hutan tersebut terjadi sejak Sabtu pagi sekitar pukul 08.30 Wita. Namun saat itu yang terlihat hanya kepulan asap daei kejauhan. Api baru terlihat jelas pada malam hari.

Kebakaran tersebut sempat direkam oleh salah satu warga dan videonya diunggah di media sosial. Dalam video itu nampak kobaran api terlihat dari pemukiman warga. Lokasi kebakaran berada di lereng bukit.

Suksema menyebut, kebakaran hutan ini pun baru pertama kali terjadi di wilayah itu. Hal ini terjadi, karena musim kemarau panjang tanpa hujan yang terjadi saat ini. "Di lokasi ini baru pertama ini saja, yang sangat luas kebakarannya. Yang terbakar ranting saja yang ada di tebing. Lokasinya jauh dari pemukiman dan curam," kata dia.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Putu Ariadi Pribadi mengatakan, dampak kemarau panjang, bisa menyebabkan bencana alam kekeringan kebakaran hutan dan lahan. Dirinya pun meminta warga agar waspada dan siaga terhadap dampak kemarau panjang ini. "Bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, masih terjadi saat ini," ucapnya.

Seperti diketahui, saat ini Bali, termasuk Buleleng, menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan dan Kebakaran Hutan dan Lahan (KARHUTLA). Status siaga itu ditetapkan selama 14 hari, mulai dari 19 Oktober hingga 1 November 2023 mendatang. Masyarakat pun, diminta waspada terhadap bencana yang diakibatkan oleh kekeringan.

Catatan yang dihimpun dari BPBD, sepanjang awal hingga pertengahan Oktober 2023, terjadi enam kasus kebakaran lahan yang terjadi di lima desa yang berbeda yakni, di Desa Lokapaksa, Desa Sangsit dua kali, Desa Sembiran, Desa Banjar, dan Desa Banyupoh. 7mzk

Komentar