nusabali

Mau Jadi Negara Maju, RI Butuh Investasi Hilirisasi Rp 8.615 T

  • www.nusabali.com-mau-jadi-negara-maju-ri-butuh-investasi-hilirisasi-rp-8615-t

JAKARTA, NusaBali - Indonesia membutuhkan investasi di bidang hilirisasi US$ 545,3 miliar atau Rp 8.615,7 triliun (kurs Rp 15.800). Hal itu dibutuhkan untuk mewujudkan cita-cita menjadi negara maju atau mencapai Indonesia Emas 2045.

Demikian kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Investasi di bidang hilirisasi akan diarahkan ke 21 komoditas dan 8 sektor.

“Untuk Indonesia menjadi negara maju dan Indonesia Emas 2045, kita membutuhkan investasi hilirisasi pada 21 komoditas, 8 sektor sebesar US$ 545,3 miliar,” kata Bahlil di kantornya, Jakarta Selatan, Jumat (20/10) seperti dilansir detikcom.

Sebanyak 21 komoditas masuk dalam Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis 2023-2035 yakni batu bara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi, perak emas, aspal buton, minyak bumi, gas alam. Ada pula kelapa sawit, kelapa, karet, biofuel, kayu getah pinus, udang, ikan, kepiting, rumput laut, dan garam.

Sementara itu, sektornya antara lain mineral dan batu bara, minyak bumi dan gas alam, perkebunan, kelautan, perikanan, kehutanan, hingga ekosistem kendaraan listrik. “Ini baru kemudian bisa pendapatan per kapita kita di atas US$ 10.000, sekarang masih di bawah US$ 5.000, sekitar US$ 4.700-4.800,” tutur Bahlil.

Oleh karena itu, Bahlil terus mendorong penciptaan lapangan kerja yang berkualitas, hingga gaji cukup yang dibarengi dengan keterampilan (skill) bagus. “Dan harus lewat industri, tidak bisa pakai buruh kasar terus,” tambahnya menegaskan.

Berdasarkan data Kementerian Investasi/Kepala BKPM, realisasi investasi di bidang hilirisasi periode Januari-September 2023 mencapai Rp 266 triliun. Rinciannya di sektor mineral untuk smelter nikel Rp 97 triliun, tembaga Rp 47,6 triliun, dan bauksit Rp 7,1 triliun.

Lalu di sektor pertanian CPO/oleochemical Rp 39,5 triliun, kehutanan sektor pulp & paper Rp 34,8 triliun, minyak dan gas petrochemical Rp 31,6 triliun, serta ekosistem kendaraan listrik Rp 8,4 triliun. 7

Komentar