nusabali

Bali Kembangkan e-BRT, Punya Jalur Khusus

Studi Kelayakan Dimulai, akan Terhubung dengan LRT

  • www.nusabali.com-bali-kembangkan-e-brt-punya-jalur-khusus

DENPASAR, NusaBali - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali akan mengembangkan layanan transportasi publik berbasis listrik, yakni Electric Bus Rapid Transit (e-BRT) di kawasan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita).

Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya melakukan penandatanganan kerja sama/kick off feasibility study (studi kelayakan) proyek tersebut, Rabu (18/10) di Gedung Wiswa Sabha, Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala, Denpasar. 

Hadir dalam kesempatan tersebut seluruh mitra kerja pendukung terdiri dari perwakilan Millenium Challenge Corporation (Amerika Serikat), perwakilan Pemerintah Australia, termasuk Kementerian Bappenas/BPN. Pj Gubernur Mahendra Jaya dalam kesempatan tersebut mengapresiasi bantuan dari Millenium Challenge Corporation (MCC) yang telah memberikan komitmen pendanaan hibah Compact II untuk dua rencana proyek di Bali, yaitu Proyek Electric Vehicle Bus Rapid Transit (EV BRT) dan Electric Vehicle (EV) Infrastructure, yang dimulai dengan pelaksanaan kick-off meeting e-BRT dan EVCP serta dukungan pendanaan dalam pelaksanaan studi kelayakan melalui Millenium Change Account Indonesia II (MCAI-II) dan Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT).

Mahendra Jaya berharap output dari kajian e-BRT dan EVCP dapat dilanjutkan dengan pilot project berupa hibah fisik armada bus listrik pada koridor rute terpilih, yang didukung pembangunan fasilitas pendukung. Antara lain halte, pedestrian, park and ride, fasilitas feeder, layanan first miles and last miles dan fasilitas lainnya serta pembangunan sebaran EV Charging Station di sejumlah lokasi di Bali. 

“Pengembangan pilot project EV Bus dan EV Charging ini juga diharapkan menjadi contoh pelayanan angkutan publik (EV Bus) yang ramah lingkungan dan dapat memicu peralihan dari penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan publik,” jelasnya. 

Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Provinsi Bali, IGW Samsi Gunarta mengungkapkan studi kelayakan mencakup desain infrastruktur awal pada dua koridor angkutan massal bus listrik prioritas. Dua koridor tersebut, yakni koridor Terminal Ubung-Central Parkir Kuta-Kamus Unud Jimbaran-Nusa Dua. Koridor lainnya yakni dari wilayah Batubulan-Sanur-Petitenget. 

"Penyediaan infrastrukturnya juga nanti termasuk halte dan pedestrian oriented,  desainnya harus dilakukan bersama-sama," jelas Samsi Gunarta dalam konferensi pers. Menurut Samsi di tengah rendahnya konsumsi transportasi publik di Bali, ia optimis perlahan moda transportasi umum akan menjadi pilihan utama masyarakat. Samsi mengatakan, penggunaan transportasi publik saat ini bukan lagi menjadi pilihan melainkan sebuah keharusan. Di sisi lain, dua transportasi publik di wilayah Sarbagita, Trans Sarbagita dan Trans Metro Dewata, cukup diminati masyarakat walaupun belum maksimal. 

Konferensi pers kick off feasibility study (studi kelayakan) proyek-BRT di Bali di Gedung Wiswa Sabha, Kantor  Gubernur  Bali, Niti Mandala, Denpasar, Rabu (18/10). -SURYADI

Ia mengingatkan potensi kemacetan akan terus membayangi di masa depan, karena pembuatan jalan-jalan semakin sulit dilakukan karena keterbatasan lahan. "Kita tidak selamanya bisa membangun jalan sehingga kita harus memikirkan bagaimana kita melakukan mobilitas tiba di tempat yang dituju tepat waktu dengan nyaman," tambahnya. 

Menurutnya, kenyamanan yang diberikan e-BRT nantinya lebih dari dua moda transportasi publik yang ada di Bali sekarang. Bus bertenaga listrik akan mendapat prioritas melaju di tengah kota dengan jalur khusus, sehingga jadwal keberangkatan dan ketibaan bus akan terukur. "BRT ini salah satu kelebihannya adalah itu sehingga diharapkan dia tidak terganggu oleh kemacetan," jelasnya. 

Ia menegaskan, pembangunan koridor e-BRT nantinya akan mencakup pembangunan pedestrian dan layanan transportasi feeder (pengumpan). Sehingga penumpang yang berhenti di stasiun dapat melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki maupun mengendarai sepeda (listrik). "Dilanjutkan dengan berjalan kaki atau sepeda (listrik). Jadi kita tidak bicara bus saja tapi termasuk komponen-komponen lain," tegasnya. 

Kereta cepat Light Rail Transit (LRT) yang kini sedang digencarkan pemerintah provinsi nantinya juga akan terhubung dengan angkutan cepat bus listrik (e-BRT) se-Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan (Sarbagita) yang baru dimulai pengembangannya. “Untuk integrasi kami sudah melihat titik-titiknya, yang jelas e-BRT dan LRT ini akan terhubung di Central Parkir Kuta,” kata Samsi.

Sedangkan Deputi Sarana Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Ervan Maksum mengatakan mengubah gaya hidup dari menggunakan transportasi pribadi menuju transportasi publik menjadi salah satu tantangan tersendiri. Pasalnya masyarakat telanjur nyaman menggunakan moda transportasi pribadi seperti sepeda motor dan mobil karena dapat mengantar hingga ke tempat tujuan. 

Penggunaan transportasi publik apalagi yang berbasis listrik seperti e-BRT, menurut Ervan, juga memiliki dampak positif untuk lingkungan. Berkurangnya kendaraan pribadi di jalanan otomatis akan mengurangi produksi emisi dari asap kendaraan bermotor yang jumlahnya mencapai lebih dari 4 juta di Bali. "Dengan itu target zero emision sudah selesai sebenarnya," sebutnya. 

Ia menegaskan pengembangan transportasi publik di wilayah perkotaan seperti Sarbagita tidak bisa dihindari. Menurutnya pada tahun 2045 nanti 70 persen penduduk akan tinggal di perkotaan, sehingga layanan transportasi massal mau tidak mau harus dikembangkan mulai sekarang jika tidak ingin terlambat dalam menghadapi permasalahan kemacetan hingga polusi udara. "Masyarakat modern kalau kita lihat di berbagai negara itu kebanyakan menggunakan transportasi publik. Masyarakat yang keren adalah menggunakan transportasi publik," ujarnya. 

Minister Counsellor Economic, Investment, and Infrastructure, Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Tim Stapleton, mengatakan Australia senang dapat mendukung Pemerintah Indonesia dalam memperkuat transportasi umum yang berkelanjutan di Bali. 

“Proyek ini juga sejalan dengan komitmen Pemerintah Provinsi Bali menuju emisi nol bersih pada tahun 2045,” ujarnya. Studi kelayakan proyek e-BRT diperkirakan membutuhkan waktu satu tahun. Setelahnya dibutuhkan waktu lima tahun lagi sebelum e-BRT benar-benar beroperasi. Proyek e-BRT merupakan bagian dari Rencana Mobilitas Perkotaan Berkelanjutan (SUMP) Sarbagita dan Rencana Aksi Regional Kendaraan Listrik Bali. Selain SUMP Sarbagita, Australia juga mendukung Rencana Mobilitas Ubud-Tegallalang-Payangan (Ulapan). Rencana Mobilitas Ulapan akan memberikan rencana induk dan penilaian pra-kelayakan untuk peningkatan mobilitas transportasi dan pejalan kaki di Ubud. 7 cr78

Komentar