nusabali

Seniman Cilik Ari Dauh Pukau Penonton Saat Menari Topeng Monyer

Kunjungan Balasan Perayaan 30 Tahun Persahabatan Desa Mas, Ubud dengan Kota Misato, Jepang

  • www.nusabali.com-seniman-cilik-ari-dauh-pukau-penonton-saat-menari-topeng-monyer
  • www.nusabali.com-seniman-cilik-ari-dauh-pukau-penonton-saat-menari-topeng-monyer
  • www.nusabali.com-seniman-cilik-ari-dauh-pukau-penonton-saat-menari-topeng-monyer

Sebelumnya Pemerintah Desa Mas, Ubud merayakan 30 tahun hubungan kerja sama dengan kota Misato, Shimane, Jepang di Wantilan Pura Taman Pule, Desa Mas

GIANYAR, NusaBali
I Wayan Ari Dauh Nararya Putra senang sekali bisa menginjakkan kaki pertama kali di negeri Sakura, Jepang. Seniman Cilik berusia 12 tahun ini menjadi bagian dari kunjungan balasan perayaan 30 tahun persahabatan antara Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar dengan Kota Misato, Jepang. Ari Dauh berkesempatan menari topeng monyer. Bahkan topeng yang menemaninya sejak taman kanak-kanak ini dipersembahkan langsung kepada Walikota Misato Takashi Kado sebagai kenang-kenangan. Topeng monyer itu selanjutnya akan dipajang sebagai hiasan interior kantor Walikota Misato. 

Seniman cilik asal Banjar Tarukan, Desa Mas, Ubud ini membawa misi seni budaya Bali ke Jepang bersama Perbekel Mas I Wayan Gede Darmayuda dan sejumlah seniman lainnya. Ari Dauh secara khusus dikawal oleh ayahnya I Putu Agus Juniartawan yang juga Kepala Dusun (Kadus) Banjar Tarukan, Mas, Ubud. Kunjungan balasan ini berlangsung selama 10 hari sejak, Minggu (15/10) lalu.
 
"Ari Dauh senang sekali, dia pertama kali ke Jepang. Pertama kali rasakan suasana dan makanan khas Jepang. Katanya menu di Jepang unik, cara makannya juga unik," ujar Agus Juniartawan alias Putu Juni saat diwawancarai via WhatsApp, Rabu (18/10). Bocah kelas VII SMPN 1 Sukawati ini pun berangan-angan bisa menerapkan kebersihan dan kedisiplinan yang ia lihat di Jepang ketika kembali pulang ke Bali. 

Di sela misi pertukaran seni, Ari Dauh beserta rombongan juga tak ingin menyia-nyiakan kesempatan saat tinggal di Jepang. "Kita juga mengunjungi tempat pengolahan sampah yang ada di Jepang daerah Simane dan tempat wisata lainnya," terangnya. 

Dijelaskan Putu Juni, ada sebanyak 12 perwakilan Desa Mas yang ikut dalam pertukaran seni ini. Di antaranya ada pelukis yang mantan Perbekel Mas Dewa Sumartana, penari Barong Putu Dedik Sudiana dan Dalang Komang Hermana. 

Tim kesenian ini tidak saja mempertunjukkan pementasan tari Bali, namun juga memberikan pelatihan dan demonstrasi melukis hingga memahat patung kayu. "Ada juga sharing kegiatan seni budaya masing-masing," jelas Putu Juni. Pihaknya berharap persahabatan Desa Mas dengan Kota Misato dapat terus terjalin, sehingga membuka kesempatan bagi seniman maupun anak-anak setempat untuk merasakan suasana negara Jepang. 

"Mudah-mudahan bisa berkelanjutan untuk generasi penerus di Desa Mas," ujarnya. Sebagai orangtua, Putu Juni pun mengaku selalu mendukung anaknya bergelut di bidang seni budaya. Apalagi Ari Dauh sendiri memang tertarik dengan seni sejak balita. Seniman cilik kelahiran 18 April 2011 ini diketahui sudah aktif belajar menari sejak masuk Taman Kanak-kanak (TK). Darah seni cucu dari I Wayan Narta dan Ni Made Dresti ini mengalir dari keluarga dan lingkungan seni di Desa Mas. 

"Sejak TK anak ini sudah masuk sanggar seni Paripurna Bona di bawah bimbingan Bapak I Made Sidia," jelas suami dari Ni Made Sumariningsih ini. Perjalanan Ari Dauh pun semakin melesat setelah dilibatkan dalam berbagai kegiatan seni. Termasuk pernah menari pada konfederasi di BTDC Nusa Dua, Badung yang dihadiri Presiden RI Jokowi dan event dunia lainnya. Ari Dauh juga relatif sering menjajal panggung Pesta Kesenian Bali (PKB). "Waktu pembukaan Pasar Rakyat Gianyar dan dua kali Sertijab Kapolres, Ari Dauh terlibat sebagai penari Hanoman," jelas Putu Juni.

Kali ini Ari Dauh datang ke Jepang bersama Desa Mas menjadi delegasi dalam memperingati persahabatan Desa Mas dengan Misato Co Jepang dalam kegiatan 30 tahun persahabatan. "Kerja sama ini sudah terjalin lama, Agustus lalu Misato yang ke Mas. Kini giliran Desa Mas yang ke Jepang," terangnya. Seperti diketahui, sebelumnya pada Jumat (18/8), Pemerintah Desa Mas, Kecamatan Ubud merayakan 30 tahun hubungan kerja sama dengan kota Misato, Shimane, Jepang di Wantilan Pura Taman Pule.

Perbekel Mas Wayan Gede Darmayuda mengatakan hubungan kerja sama ini telah diterima secara estafet selama 30 tahun dari beberapa Perbekel sebelumnya. Kerja sama meliputi berbagai bidang seperti kebersihan lingkungan, pendidikan dan kesehatan. "Kami Pemdes, pertama kali diberikan bantuan truk pengangkut sampah guna menjaga Desa Mas tetap bersih, pernah dikasi bola anak SMP SD. Pernah juga 10 anak SMA sini diajak setahun di Jepang. Pertukaran seni dan budaya. Dari sana juga stay disini setahun. Waktu pandemi Covid kami dibantu dana, kami belikan beras untuk dibagikan ke masyarakat," bebernya.

Saat ini kerja sama semakin merambah ke sektor ketenagakerjaan. Ada banyak kesempatan magang bagi anak Desa Mas di Jepang. "Sudah ada yang kerja di pertanian dan kaigo semacam perawat panti jompo. Ke depan tentu masih dibutuhkan, mereka masih welcome," terang Darmayuda yang memperistri gadis Jepang, Yuki Toyosaki.

Mengenai cikal bakal persahabatan Misato dengan Desa Mas, terjadi secara alamiah. Seperti kunjungan turis pada umumnya yang terpincut dengan budaya Bali. "Mulanya orang Misato diantar guide, pertama kali datang ke Desa Mas mau membuat kano dari kayu. Setelah itu, ada pertukaran siswa. Anak Desa Mas sudah sering ke Jepang. Saya sudah dua kali dan bulan Oktober ini kami diundang untuk melakukan pementasan tari disana," jelasnya. 7 nvi

Komentar