nusabali

Empat Seniman Lintas Generasi Pungkasi Pameran ‘Indonesia: The Land of Art’

Kun Adnyana Pamerkan Karya Lukis Dibalut Teknologi AI

  • www.nusabali.com-empat-seniman-lintas-generasi-pungkasi-pameran-indonesia-the-land-of-art

MANGUPURA, NusaBali.com – Sebanyak empat seniman lukis lintas generasi melengkapi barisan dari pameran ‘Indonesia: The Land of Art’ di The Apurva Kempinski Bali, Kamis (12/10/2023) malam.

Pameran yang terbagi menjadi tiga sesi sejak bulan Agustus itu, dipungkasi oleh Kun Adnyana, Sutjipto Adi, Lugas Syllabus, dan Made Arya Palguna. Karya mereka diperlihatkan kepada publik di Lobi Pendopo The Apurva Kempinski Bali hingga 3 November 2023 mendatang.

“Ini rentetan acara Powerfull Indonesia Festival yang kami mulai sejak bulan Agustus lalu, kami bekerjasama dengan powerfull people yang sudah yang membawa nama Indonesia dari sisi partnership, musik, atau pun dari sisi art,” terang Director of Marketing The Apurva Kempinski Bali, Melody Siagian saat ditemui di lokasi acara pada Kamis (12/10/2023) sore.

Meski pameran itu berlokasi di hotel bintang lima, Melody menerangkan pameran ini dapat diakses oleh siapa pun secara gratis. Lanjut dia, tidak ada ketentuan minimum spend atau minimum belanja ketika pengunjung datang untuk melihat pameran ‘Indonesia: The Land of Art’ di Lobi Pendopo.

“Siapa pun yang ingin melihat tinggal datang ke The Apurva Kempinski Bali, tidak ada tiket atau minimum spend bisa datang menikmati. Bulan ke tiga ini ada empat seniman yang hadir sehingga kita harus bangga dengan tradisi, budaya, dan talenta yang mereka miliki,”’ tambahnya menegaskan.



Turut menggandeng Kita Art Friends dalam gelaran tersebut, Abdes Prestaka selaku art director mengakui jika selama pameran itu berlangsung karya dari setiap seniman yang ikut sudah terlibat transaksi. 

Ia menerangkan tujuan utama dari pameran tersebut tidak hanya sekadar adanya transaksi semata. Namun ia menegaskan jika tujuan utama dari pameran tersebut adalah memperkenalkan seni atau seniman Indonesia.

“Kami ingin memperlihatkan seniman dari berbagai macam genre dan label budaya. Sebab mereka (seniman) menghadirkan karya yang tidak hanya berupa tradisi tetapi juga kontemporer yang mungkin jarang dilihat oleh tamu terutama tamu dari luar negeri,” ungkapnya.

Pameran sesi terakhir ini  dikemas cukup berbeda. Seperti halnya seni lukis karya seniman Kun Adnyana yang dikolaborasikan dengan teknologi digital. Ia memperlihatkan kepada media bagaimana karya tersebut ketika di-scan akan memunculkan karya seni yang dapat bergerak. Kolaborasi itu terang dia adalah bentuk nyata dari merespons adanya teknologi AI saat ini.

“Salah satunya karya Kun Adnyana kami gunakan teknologi AI jadi lukisannya bergerak. Ke depan tidak mesti semua seniman harus bisa AI atau animasi. Tetapi bisa kolaborasi dengan teknologi yang ada. Itu menunjukkan bahwa dia tidak berhenti di zamannya saja,” ungkapnya.

Kun Adnyana sendiri menerangkan jika ia membawa sebanyak tujuh karya lukisannya di pameran ‘Indonesia: The Land of Art’. Seni lukis karya Kun Adnyana itu memamerkan ciri khasnya pada gambar tinta yang digabungkan dengan warna akrilik. 

Kun Adnyana juga menilai, pameran tersebut dibangun atas konsep kuratorial yang kuat. Masih menurut dia, suatu karya seni, lahir dan diapresiasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk bebas.

“Bali memiliki peluang untuk tumbuhnya seniman muda berbasis talenta. Jadi karya seni yang bisa menawarkan mimpi dan cita-cita yang bebas untuk memberi kepuasan bahwa cita-cita kita terwakili di sana. Begitu sudah sungguh-sungguh hari ini, itulah masa depan. Jadi masa depan adalah apa yang kita sediakan kini,” ungkap seniman yang juga Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar yang memiliki nama dan titel Prof Dr I Wayan Adnyana ini. *ris

Komentar