nusabali

‘Gebug Ende’, Tradisi Unik Mohon Hujan Dipertunjukkan di Seraya Culture Festival 2023

  • www.nusabali.com-gebug-ende-tradisi-unik-mohon-hujan-dipertunjukkan-di-seraya-culture-festival-2023

AMLAPURA, NusaBali.com - Tradisi Gebug Ende, permainan tradisional yang biasa dilakukan oleh kaum laki-laki di Desa Seraya, Kabupaten Karangasem, kembali digelar dalam rangkaian Seraya Culture Festival 2023. Pertunjukan ini berlangsung selama tiga hari, mulai dari Jumat (6/10/2023) hingga Minggu (8/10/2023).

Bendesa Adat Seraya, I Made Salin, mengatakan bahwa tradisi Gebug Ende bertujuan untuk memohon hujan. Tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun-temurun dan menjadi suatu kebiasaan masyarakat Desa Seraya ketika musim kemarau.


"Kami lakukan tradisi ini di wilayah Desa Seraya selama belum turun hujan dan sebelum masyarakat kami menanam jagung. Kalau pun sudah menanam jagung dan layu, maka akan kami lakukan kembali tradisi ini. Selain meminta hujan, kami juga ingin tradisi ini tidak punah," kata Made Salin saat ditemui di Lapangan Ki Kopang, Desa Seraya, Kebupaten Karangasem, Jumat (6/10/2023) sore.

Tradisi Gebug Ende termasuk Gebug Sakral, sehingga sebelum pementasan di gelaran Seraya Culture Festival 2023, masyarakat sebelumnya melakukan tradisi itu di Bale Agung Desa selama tiga hari secara berturut-turut sejak Selasa (3/10/2023) sampai Kamis (5/10/2023).

Tradisi Gebug Sakral itu harus dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam satu tempat, karena menggunakan konsep Trimurti. Sehingga tradisi itu dianggap selesai ketika seluruh kegiatan dilaksanakan selama tiga hari dan tidak boleh kurang. "Ada atau tidak adanya festival ini akan tetap kami lakukan," ungkapnya.

Selama pertunjukan Tradisi Gebug Ende yang dilangsungkan di Lapangan Ki Kopang, Desa Seraya, Kebupaten Karangasem, masyarakat yang didominasi oleh pria terlihat sangat antusias. Lantaran, mereka memenuhi lapangan untuk menonton secara langsung tradisi itu. Tak sedikit pula dari mereka mengabadikan momen dan mencoba mengikuti Tradisi Gebug Ende.

"Masyarakat sangat antusias, karena ini kegiatan yang spektakuler dan kami juga mengundang warga kami yang berada di Singaraja dan di wilayah Abang," ungkap Made Salin.

Made Salin juga mengungkapkan, jika peserta dari Gebug Ende tidak hanya dari warga Desa Seraya saja. Namun, masyarakat dari luar desa pun juga dipersilakan. Asalkan, mereka memiliki keinginan dan berani untuk mencoba. "Peserta boleh dari luar desa sepanjang peserta berani dan bisa, diperbolehkan," tegasnya.

Gebug Ende berasal dari kata Gebug dan Ende. Gebug berarti memukul dan Ende berati alat yang digunakan untuk menangkis (tameng). Tradisi Gebug Ende memiliki beberapa keunikan, yaitu, permainan ini hanya boleh dilakukan oleh kaum laki-laki, baik anak-anak hingga dewasa.

Permainan ini menggunakan alat pemukul yang terbuat dari kayu dan alat penangkis yang terbuat dari anyaman bambu. Permainan ini dilakukan secara berkelompok, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Tujuan dari permainan ini adalah untuk menjatuhkan lawan dengan pukulan atau tendangan.

Tradisi Gebug Ende memiliki potensi untuk menjadi daya tarik wisata di Kabupaten Karangasem. Tradisi ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Desa Seraya. Dengan adanya festival, tradisi ini dapat dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.

“Tradisi Gebug Ende agar dapat terus dilestarikan dan dikembangkan. Dengan demikian, tradisi ini dapat menjadi warisan budaya yang akan terus dijaga oleh generasi mendatang,” tuntas Bendesa Adat Seraya, I Made Salin. *ris


Komentar