nusabali

MUTIARA WEDA: Kepentingan Kita Pribadi

Asatyam apratistham te jagad āhur anisvaram, Aparasparasambhutam anyat kāmahaitukam. (Bhagavad-gita, XVI. 8)

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-kepentingan-kita-pribadi

Mereka mengatakan bahwa dunia ini tidak nyata, tanpa basis, tanpa penguasa, tidak terjadi dalam urutan sebab akibat yang teratur, disebabkan oleh keinginan, pendeknya.

BAHKAN, dalam penyataan Krishna sendiri tidak luput dari narasi untuk menegasi pendapat kelompok lain. Sepertinya, teks di atas diarahkan kepada para Lokayatin (Carvakin), di mana tradisi pemikiran ini memandang bahwa dunia ini tidak diciptakan oleh siapa-siapa, tidak ada Tuhan sebagai penyebab. Jika ini benar, Krishna mengomentari filsafat Carvaka, lalu apakah di zaman Krishna penganut ini telah eksis? Namun, teks di atas tidak an sich bicara demikian. Krishna menyebut, orang yang menyatakan bahwa dunia tidak memiliki pencipta, tanpa berdasar disebut Asura. Orang yang berkarakter Raksasa tidak mempercayai bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan. Apakah karakter asura itu salah satunya adalah penganut Carvaka? Jika Krishna menunjuk Carvaka, maka penganut ini telah ada dari zaman purba.

Demikian juga jika teks ini dibawa pada abad ke tujuh, ketika Adi Sankaracharya menyatakan bahwa brahmo satyam, jagat mithya – hanya Brahman yang nyata, alam semesta ini tidak nyata, maka teks di atas bisa juga diarahkan kepada para penganut tradisi Smartin—Advaita Vedanta. Bahkan tidak sedikit menyebut Adi Sankara sebagai seorang mayavadi. Mereka menyebut ajaran Adi Sankara tidak berdasar pada teks. Lalu, apakah kemudian Adi Sankaracharya adalah seorang asura? Adi Sankara sendiri menyatakan bahwa tidak ada yang namanya ciptaan (ajativada), semua ciptaan ini secara prinsip tidak real. Hanya Brahman satu-satunya entitas yang Real. 

Secara pasti kita tidak pernah tahu bahwa Krishna menunjuk kaum Carvaka atau kaum ‘mayavadi’. Yang jelas Krishna menunjuk bahwa itu adalah karakter asura. Kitalah belakangan yang menghubungkan hal itu, ketika ada salah satu ajaran yang menyatakan bahwa alam semesta ini tidak memiliki dasar. Kita menggeneralisir bahwa carvaka dan smarta adalah asura tanpa masuk ke dalam ajaran itu. Seperti misalnya, ketika Adi Sankaracharya menyatakan ‘dunia ini tidak nyata’, ‘tidak ada penciptaan’, kita mestinya tidak menggeneralisir bahwa beliau seorang asura. Kita tidak pernah memvalidasi kebenarannya mengapa beliau berkesimpulan demikian. 

Jika kita selidiki, kita akan melihat bahwa Adi Sankara tidak menyatakan bahwa dunia ini tidak diciptakan oleh Tuhan ketika menyebut ‘brahmo satyam jagat mithya’. Beliau menyatakan bahwa dari kebenaran tertinggi (paramartika satyam) tidak ada yang namanya ciptaan, sehingga dunia yang tampak ini maya. Tetapi dari kebenaran empiris, dari stand point kesadaran jagra (jaga) dunia ini nyata, dan diciptakan oleh Tuhan. Ciptaan ini menurut Adi Sankaracharya diciptakan oleh Tuhan (Ishvara). Siapa Ishvara? Brahman yang telah kena upadhi. Jadi, Ishvara adalah Brahman itu sendiri yang telah terkena aspek Tri Guna. Jadi, prinsip mayavadi yang dimaksudkan tidak mestinya menunjuk bahwa Sankaracharya adalah seorang atheis atau tidak percaya dengan Tuhan.

Demikian juga mengapa Carvaka menyatakan demikian, pasti ada pondasi yang tidak pernah diketahui dan ditelusuri sebelumnya. Kita hanya melihat permukaannya saja. Ketika kaum Lokayatin menyatakan semesta ini tidak diciptakan oleh siapa-siapa, dan kehidupan mereka hedon, lalu kita berkesimpulan bahwa mereka asura. Bahkan, sampai saat ini kita mempersepsikan carvaka itu demikian. Sebenarnya kita tidak tahu dan kita hanya menghubung-hubungkan saja. 

Lalu mengapa Krishna menyatakan seperti itu, sehingga kita mudah menyelewengkan pernyataan beliau untuk kepentingan kita? Satu hal yang pasti, Krishna pasti tidak bermaksud untuk itu. Kebetulan ada banyak orang yang memiliki perilaku tidak sesuai dengan jalur dharma di masa itu. Mereka-mereka yang menyimpang dari dharma, salah satu karakternya yang bisa disebutkan adalah tidak percaya kepada Tuhan. Pada saat itu, rata-rata orang yang arogan, orang yang menyimpang dari dharma tidak percaya pada Tuhan dan mereka menyebut alam semesta ini tidak ada yang menciptakan. Makanya, Krishna menyebut salah satu karakter asura adalah seperti itu. Lalu jika kemudian, jika kita mengambil salah satu karakter itu untuk menyerang pendapat orang dan kemudian menyimpulkan orang itu adalah asura berdasarkan satu karakter tersebut, tentu itu kepentingan kita pribadi. 7

I Gede Suwantana
Bali Vedanta Institute

Komentar