nusabali

Bekas Kandang Sapi Dijadikan Tempat Peristirahatan

  • www.nusabali.com-bekas-kandang-sapi-dijadikan-tempat-peristirahatan

Saat jumlah kunjungan yang mau menginap banyak, terkadang Zanzan memanfaatkan rumah penduduk untuk disewakan.

Ketut Susana, Perintis Desa Wisata Sudaji di Kecamatan Sawan, Buleleng


Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng dulu pernah menyandang nama sebagai desa penghasil beras Bali kwalitas satu. Belakangan nama itu tenggelam seiring perubahan pola tanam dan jenis benih padi yang ditanam. Setelah masa keemasan penghasil beras Bali redup, Desa Sudaji muncul sebagai penghasil bibit unggul seperti Durian Kane, rambutan dan jenis bibit lainnya. Hanya saja, keunggulan ini tak bertahan lama.  

Di tengah pasang surutnya pertanian, Desa Sudaji mulai bangkit dengan konsep desa wisata. Konsep ini menonjolkan semua potensi yang ada, baik bidang pertanian, kehidupan masyarakat, spiritual hingga potensi alam. Salah satu tokoh perintis sekaligus penggerak bangkitnya konsep desa wisata di Desa Sudaji adalah Ketut Susana, 46.

Pria yang akrab dipanggil Zanzan ini mulai merintis pengembangan Desa Sudaji sebagai desa wisata sejak tahun 2009. Ia pulang kampung karena merasa jenuh, 9 tahun bekerja di hotel tanpa tantangan baru. Zanzan memutuskan berdayakan potensi yang ada di Desa Sudaji. “Saya suka tantangan. Setelah tinggal di kampung saya juga sempat binggung, apa yang mesti dikerjakan,” ujarnya saat ditemui di kediamannya, Home Coummunity, Banjar Dinas Dukuh, Desa Sudaji, Sabtu (1/7).

Awal pulang dan menetap di kampung, Zanzan hanya membuat tempat meditasi berbentuk segi sembilan yang diyakini sebagai simbul Nawa Sanga (sembilan Dewa, Red). Setelah tempat meditasi terwujud, muncul keraguannya merintis desa wisata. Beruntung saat itu ia masih bekerja di hotel kawasan Ubud, Gianyar, sehingga perjalananya merintis Desa Sudaji sebagai desa wisata dilalui dengan kenyakinan yang kuat. “Sebanarnya dari dua potensi yang ada, saya punya keyakinan di bidang pertanian dan pembibitan menjadi magnet wisatawan berkunjung ke Desa Sudaji,” ungkap pria kelahiran 9 Juni 1970.

Dalam pemasaran, Zanzan memanfaatkan relasinya selama bekerja di beberapa hotel untuk datang ke Desa Sudaji. Setelah berjalan beberapa bulan, jumlah relasi yang berkunjung semakin banyak, terutama yang ikut meditasi. Dari perkembangan itulah, Zanzan semakin yakin keinginannya merintis desa wisata segera terwujud. “Marketing saya itu adalah mereka (toris, Red) yang datang ke sini. Karena mereka akan berceritra banyak di negaranya mengenai Desa Sudaji,” ujar suami Putu Shelly Eka Parwati ini.

Ia pun memanfaatkan bekas kadang sapi milik orangtuannya untuk dibuat tempat peristirahatan. Akhirnya berdirilah dua kamar dari bahan bambu yang dijadikan tempat tidur bagi tamu-tamunya. Dari sinilah cikal bakal tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Desa Sudaji semakin ramai. Sampai saat ini Zanzan sudah punya 9 kamar yang mulai disewakan bagi tamunya yang ingin menginap. Terkadang karena jumlah tamu yang berkunjung cukup banyak, Zanzan memanfaatkan rumah penduduk untuk disewakan. “Intinya kamar itu bersih, ada toiletnya. Saya libatkan warga sekitar yang punya kamar tidur lebih untuk disewakan, karena tamu yang datang itu adalah tamu grup,” ungkap bapak 3 putra ini.

Desa Sudaji sebagai desa wisata semakin dikenal. Selain menawarkan kehidupan orang-orang di desa, wisata di Desa Sudaji juga menawarkan panorama alam pertanian yang cukup luas. Zanzan dalam pengembangan itu juga membuka jalur trekking menuju objek wisata Air Terjun Sekumpul yang berjarak hampir 1 kilometer. Inilah yang kini menjadi daya tarik dari wisata desa di Desa Sudaji, di samping adat dan budaya ketika pelaksanaan upacara keagamaan di beberapa pura di Desa Sudaji. *

Komentar