nusabali

Kisah Turis Republik Ceko, Jana Holcova Bertemu Langsung Pelukis Gaya Batuan Ketut Sutirta

Kepincut Lukisan Tari Oleg Tamulilingan, Temui Pelukis Setelah Tanya di Medsos

  • www.nusabali.com-kisah-turis-republik-ceko-jana-holcova-bertemu-langsung-pelukis-gaya-batuan-ketut-sutirta

Aktivitas melukis gaya Batuan sudah dilakoni Ketut Sutirta sejak masa remaja, saat ini dia hanya melukis di waktu senggang setelah bekerja sebagai petani di sawah

GIANYAR, NusaBali
Seorang wisatawan mancanegara (Wisman) asal Republik Ceko, Jana Holcova semringah saat berhasil menemukan rumah pelukis I Ketut Sutirta, 65, di Banjar Dentiyis, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Rabu (23/8) sore. Jana mengaku kepincut dengan lukisan 'Tari Oleg Tamulilingan' goresan tangan Ketut Sutirta.

Jana mengungkapkan dirinya tertarik dengan gaya lukisan tradisional khas Desa Batuan yang berwarna hitam dan putih. Lukisan tersebut dia temukan pertama kali di Pasar Ubud. "Ada yang menjualnya, tapi hanya ada satu. Tidak ada lagi," ungkapnya. Turis yang lama tinggal di Ubud ini bermaksud mengkoleksi beberapa lukisan.

Setelah dirinya mengelilingi pasar seni, namun tak berhasil menemukan lukisan serupa. Menjawab rasa penasarannya, Jana akhirnya membuat postingan di media sosial untuk mencari pelukis aslinya. 

Jana menulis 'Good Morning Everybody, I am looking for this artist. Does anybody know him, please?' (selamat pagi semuanya, saya sedang mencari artis ini. Apakah ada yang mengenal dia, tolong?). 

Postingan itu dibuatnya pada, Selasa (22/8) dan langsung mendapat beragam tanggapan dari pengguna media sosial (medsos). Jana pun merasa sangat terbantu karena ada netizen yang mencantumkan akun medsos salah satu anak I Ketut Sutirta.

Foto: Postingan Jana Holcova di media sosial yang menanyakan alamat pelukis Ketut Sutirta. -IST

Tanpa pikir panjang, Jana langsung berkomunikasi lewat medsos hingga akhirnya mendapatkan titik lokasi rumah Ketut Sutirta. Di sana Jana memilih beberapa koleksi lukisan Ketut Sutirta yang lain. "Untuk saya koleksi, saya senang melihat lukisannya," ungkapnya. 

Jana mengaku akan datang kembali. Sementara itu, pelukis Ketut Sutirta mengaku tidak pernah menyangka ada turis yang sampai datang langsung ke rumahnya. "Ini pertama kali ada turis datang langsung ke rumah. Biasanya lukisan kecil saya dicari oleh pedagang untuk dijual di pasar seni," ujarnya.

Dijelaskannya, aktivitas melukis gaya Batuan sudah dilakoni sejak masa remaja. Namun saat ini, Sutirta yang petani ini mengatakan hanya melukis di waktu senggang. "Biasanya setelah pulang dari garap sawah, ada waktu saya melukis. Tidak setiap hari," ujar bapak 5 anak ini. 

Lukisan yang dibuatnya memang untuk dijual di Pasar Seni. Ukurannya kecil-kecil, tidak sampai 1 meter. Kalau pun ada yang berukuran besar, hanya untuk koleksi pribadinya. "Karena buat yang besar perlu waktu lama dan rumit, sayang kalau dijual," ujarnya.

Foto: Jana Holcova (kiri) dan pelukis I Ketut Sutirta (kanan) tunjukkan hasil karya lukis. -NOVI ANTARI

Untuk diketahui, lukisan merupakan salah satu kesenian yang berkembang di Desa Batuan sejak zaman kerajaan hingga kini. Kesenian itu pada awal mulanya ditujukan untuk kepentingan persembahan atau ngayah dalam kaitannya dengan berbagai ritual adat/agama. 

Seni lukis Batuan mulai dikenal secara luas pada tahun 1930-an ketika antropolog Margaret Mead dan Gregory Bateson melakukan penelitian dan meminta anak-anak Desa Batuan menggambarkan pengalamannya lewat lukisan.

Secara umum, lukisan Bali Batuan mengangkat tema-tema cerita rakyat (Tantri, Rajapala, Calonarang), kisah pewayangan (Mahabharata dan Ramayana), kehidupan sehari-hari, seremoni adat/agama. Lukisan Batuan menjadi unik dan menarik karena teknik dan proses pengerjaannya yang relatif lama. 

Teknik melukis yang dipakai melukis tradisi Bali gaya Batuan, seperti nyeket, ngorten, nyawi, nyigar, ngucek, manyunin. Teknik itulah yang menjadi penanda bahwa lukisan tersebut masih bercorak Batuan. *nvi

Komentar