nusabali

Tari Leko Disertai Ngibing

  • www.nusabali.com-tari-leko-disertai-ngibing

Komunitas Seni Padma Budharam, Kabupaten Tabanan mempersembahkan Kesenian Leko di Kalangan Angsoka Taman Budaya Bali, Jumat (30/6) mengisi Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIX.

DENPASAR, NusaBali
Uniknya, kesenian Leko hampir menyerupai Tari Legong. Pembina Komunitas Seni, I Nyoman Sumandi menjelaskan, dalam perkembangannya, Legong belum dikenal di kalangan masyarakat Bali pada tahun 1957. Awalnya tarian tersebut dikenal dengan sebutan Tari Leko. Tarian ini berkembang di beberapa wilayah yang ada di Bali. Namun, lama-kelamaan banyak yang mengubah namanya menjadi Legong atau Palegongan.

Akan tetapi ada perbedaan yang mendasar dalam kesenian Leko ini. Perbedaan itu terdapat pada ritma tetabuhan atau iringan yang sangat sederhana dan memiliki tempo yang lambat. Hal ini dikarenakan Leko merupakan kesenian klasik.

Uniknya, diujung pementasan kesenian klasik ini disertai dengan ngibing atau mengajak penonton untuk menari bersama. Selain itu, kesenian klasik ini identik dengan masyarakat yang masesangi atau berjanji. “Jadi di akhir pementasanlah biasanya sesangi itu dibayar dengan ikut menari bersama,” ungkapnya.

Dalam pementasan ini, sebagian besar yang dilibatkan adalah anak-anak. Hal ini dikaitkan dengan efek dari idealisme seorang penabuh klasik yang justru menyebabkan kesenian itu menjadi pasang surut. Menurutnya, jiwa asli Palegongan belum bisa melekat di jiwa penabuh masa kini. “Belajar dari kejadian itulah dilibatkannya anak-anak dalam mestarikan kesenian klasik ini. Hal ini dikarenakan jiwa anak muda masa kini cenderung mengarah di tabuh kekebyaran, sehingga jiwa Palegongan belum merasuk ke jiwa penabuh,” tandasnya. *in

Komentar