nusabali

Rampung, Meru Tumpang Tiga Pura Uluwatu Dipelaspas

Persembahyangan di Utama Mandala Dibatasi 50 Orang

  • www.nusabali.com-rampung-meru-tumpang-tiga-pura-uluwatu-dipelaspas
  • www.nusabali.com-rampung-meru-tumpang-tiga-pura-uluwatu-dipelaspas
  • www.nusabali.com-rampung-meru-tumpang-tiga-pura-uluwatu-dipelaspas
  • www.nusabali.com-rampung-meru-tumpang-tiga-pura-uluwatu-dipelaspas

MANGUPURA, NusaBali - Desa Adat Pecatu menggelar pemelaspasan Meru Tumpang Tiga Pura Luhur Uluwatu, Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung pada Sukra Kliwon Sungsang, Jumat (28/7).

Dengan selesainya prosesi tersebut, pamedek sudah bisa melakukan persembahyangan di Utama Mandala dengan kapasitas yang disesuaikan sebanyak 50 orang.

Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta mengatakan pemelaspasan Meru Tumpang Tiga Pura Luhur Uluwatu dilakukan setelah rampung diperbaiki pasca tersambar petir pada pada Anggara Pon Ukir, Selasa (8/11/2022) lalu. Saat itu juga bertepatan dengan rahina Purnama Kalima. Prosesi pemelaspasan dilakukan dengan tingkat tertinggi dan seluruh rangkaian upacara telah berjalan dengan lancar. 

Pemelaspasan ini digelar sebelum Pujawali yang jatuh pada Anggarakasih Medangsia pada 22 Agustus 2023 mendatang. "Palinggih Meru Tumpang Tiga telah dibersihkan dan disucikan kembali. Astungkara hari ini sudah terlaksana dengan baik dan lancar," ungkap Sumerta didampingi Panglingsir Puri Agung Jrokuta selaku Pangempon Pura Uluwatu Anak Agung Ngurah Jaka Pratidnya, Jumat sore.


Menurut Sumerta, setelah prosesi pemelaspasan ini seluruh pemedek sudah dapat melaksanakan persembahyangan di Utama Mandala. Sebelumnya atau saat dalam perbaikan, persembahyangan hanya dapat dilaksanakan di Madya Mandala. Meski sudah bisa melakukan persembahyangan di Utama Mandala, Sumerta mengatakan pada area itu memiliki kapasitas terbatas, yakni hanya 50 orang saja. 

"Untuk itu, para pamedek dimohon untuk menyesuaikan. Sekarang sudah kembali normal untuk melakukan persembahyangan di Utama Mandala, tapi itu juga harus disesuaikan dengan kapasitas," imbaunya.

Disinggung agar tidak terulang kejadian disambar petir, Sumerta mengaku sudah mengantisipasinya. Pihaknya sudah menambah penangkal petir tepat di sisi belakang Meru Tumpang Tiga. Meski demikian, karena kondisi alam yang tidak dapat diprediksi, maka pihaknya tetap berharap kejadian serupa tidak akan terulang kembali. 

"Sudah antisipasi dengan memasang penangkal petir. Tapi, yang namanya alam, kami tidak bisa mengetahuinya, kami hanya bisa berharap dan mempersiapkan yang terbaik. Kami berdoa saja tidak akan ada kejadian yang serupa atau lainnya yang berkategori menimbulkan bencana," harapnya.

Panglingsir Puri Agung Jrokuta selaku Pangempon Pura Uluwatu Anak Agung Ngurah Jaka Pratidnya mengatakan bersyukur karena gelaran melaspas tersebut berjalan dengan baik dan lancar. Hal itu tidak terlepas dari dukungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.


"Sewaktu kami terkena bencana tersambar petir, berangsur-angsur kami meminta ke Bhaghawanta Puri, parum di sini bersama bendesa adat, prajuru dan Pemda Badung dan akhirnya dapat paletan-paletan dan pahpahan kapan kami harus menebang pohon dan lainnya. Syukur pada hari ini sudah selesai semuanya dengan baik," ungkapnya di lokasi yang sama. Pria yang akrab disapa Turah Joko ini juga membeberkan, upacara melaspas ini dibarengi dengan mendem pedagingan serta pemelaspasan gong presisi yang diberikan oleh Kapolri melalui Kapolda Bali. Gong tersebut juga dipukul sebanyak tiga kali yang menandakan Meru Tumpang Tiga Pura Uluwatu. 

"Harapan kami mudah-mudahan dengan sudah dipelaspas Parahyangan Ida Betara dan ditandai dengan pemukulan gong, ke depan kami di Bali menjelang banyaknya perhelatan nasional supaya bisa memberikan rasa teduh dan wisatawan mancanegara tetap mendatangi Bali sebagai tujuan utama mereka," pungkasnya.

Untuk diketahui, Meru Tumpang Tiga yang merupakan palinggih utama Pura Uluwatu yang terletak di Desa Adat Pecatu, Kuta Selatan, Badung terbakar tepat saat Rahina Purnamaning Kalima pada Anggara Pon Ukir, Selasa (8/11) malam pukul 20.25 Wita. Bagian atap Meru yang terbuat dari ijuk hangus terbakar. 

Kejadian kebakaran diduga akibat tersambar petir. Kondisi cuaca di kawasan Pecatu saat itu memang sedang mengalami hujan lebat dan angin kencang yang disertai kilatan petir. 

Bahkan, sesaat sebelum terbakarnya Meru Tumpang Tiga itu, warga di Pecatu mendengar suara petir yang menggelegar pada pukul 18.00 Wita. Setelah suara petir itu dibarengi dengan aliran listrik padam pada pukul 19.00 Wita. Nah, setelah kejadian itu diinformasikan oleh warga yang kebetulan berada sekitar lokasi kejadian bahwa terjadi kebakaran di area Pura. 7 dar, ol3

Komentar