nusabali

Pelatihan Waiters di UPTD BLK Terkendala Bahasa Inggris

  • www.nusabali.com-pelatihan-waiters-di-uptd-blk-terkendala-bahasa-inggris

AMLAPURA, NusaBali - Pelatihan jurusan waiters di UPTD BLK (Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja) Karangasem, selama ini masih terkendala oleh peserta belum menguasai bahasa Inggris.

Pihak BLK telah berupaya mencoba beberapa kali, namun tetap kesulitan untuk mendapatkan komunikasi ideal. Terutama dalam hal menyapa wisatawan yang hendak memesan paket makanan.

Hal itu terungkap saat 16 peserta mengikuti pelatihan jurusan waiters di bawah instruktur Ni Wayan Mini, di UPTD BLK Karangasem Jalan Ahmad Yani, Amlapura, Kamis (20/7).

Pelatihan tersebut selama 260 jam pelajaran atau 33 kali pertemuan. Pelatihan juga terkendala fasilitas yang belum optimal dan belum terpenuhi sesuai standar industri.

"Soal bahasa Inggris, kan tidak mesti menguasai secara penuh. Yang kami perlukan berupa perkenalan kepada wisatawan yang datang, menanyakan pesanan yang mereka pesan," katanya.

Jurusan waiters, kata Wayan Mini, menyangkut keterampilan termasuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Jika pesertanya terus mencoba, lama-lama akan menjadi tenaga terampil. Terlebih lagi, nantinya setelah tamat berlanjut kerja di restoran, pada akhirnya akan menguasai bidang tugasnya sehari-hari.

Sedangkan fasilitas latihan yang tersedia, kelasnya, belum sesuai standar industri, berbeda dengan lab yang tersedia di SMK jurusan perhotelan. Di UPTD BLK membuka jurusan waiter, menjahit, dan membuat roti kue. Bidang menjahit diikuti 16 orang angkatan ke-3, selama 260 jam pelajaran dengan 33 kali pertemuan.

Instruktur Handayani memaparkan, secara teknis peserta telah mampu menjahit yang ringan-ringan. "Awalnya dapat teori, kemudian praktik menjahit menggunakan kertas. Kali ini menggunakan kain, memotong dengan mengikuti pola," jelas Handayani.

Setiap angkatan bidang menjahit, kata Handayani, rata-rata menemui kendala. Sebab semua peserta baru memulai belajar dari awal. "Ini kan ketrampilan, mesti tiap hari mengambilnya agar benar-benar jadi tenaga terampil," jelas Handayani.

Perkembangan, selanjutnya kata Handayani, tergantung bakat peserta. Setelah lulus, agar mampu menjahit pakaian, serta mampu membuat inovasi pakaian model baru, sesuai perkembangan.

Peserta menjahit Rina Amelia, dari Banjar Kecicang Islam, Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem mengaku baru pertama belajar menjahit. "Saya baru belajar menjahit, berharap agar bisa membuka usaha sendiri," jelas Rina Amelia.

Berbeda dengan jurusan membuat roti kue, di bawah instruktur Sugiatna, hanya pertemuan 30 kali, langsung praktik. Kepala UPTD BLK I Komang Eli Kusuma mengatakan, ada 8 paket pelatihan, masing-masing paket pesertanya 16 orang, dengan durasi waktu berbeda-beda.

Kedelapan paket itu, menjahit, administrasi perkantoran, desain grafis, cookery (memasak), service sepeda motor, waiters, tata rias kecantikan dan roti kue.7k16

Komentar