nusabali

Buntut Adu Jotos Kader Golkar Klungkung, DPD I Golkar Bali Upayakan Mediasi

  • www.nusabali.com-buntut-adu-jotos-kader-golkar-klungkung-dpd-i-golkar-bali-upayakan-mediasi

DENPASAR, NusaBali - Perkelahian antara Sekretaris DPD II Golkar Klungkung Dewa Gede Dwi Mahayana Putra Nida alias Dewa Wiwin dengan sesama kader Golkar Klungkung Nyoman Wiriyanto diambil alih DPD I Golkar Bali dengan upaya mediasi secara internal.

Ketua Bidang Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) DPD I Golkar Bali, Dewa Made Suamba Negara dalam keterangan pers kepada awak media di Kantor DPD I Golkar Bali, Jalan Surapati Nomor 9, Denpasar, Rabu (12/7) mengatakan atas kejadian perkelahian sesama kader Golkar di Kantor DPD II Golkar Klungkung pada, Senin (10/7) lalu itu, DPD I Golkar Bali berinisiatif secara cepat mengupayakan memanggil kedua belah pihak untuk dipertemukan, Rabu kemarin.

Namun dalam upaya media tersebut, Dewa Wiwin tidak hadir. Yang hadir hanya Wiriyanto dan Ketua DPD II Golkar Klungkung Luh Komang Ari Ayu Ningrum.

"Begitu kejadian pada Senin, besok harinya kami undang kedua belah pihak untuk hadir ke DPD I Golkar Bali. Namun, salah satu pihak tidak hadir, sehingga tidak etis dilanjutkan karena satu pihak tidak hadir. Akhirnya kita undang hari ini (kemarin, red) yang hadir yang terlibat kejadian langsung Pak Wiriyanto dan saksi-saksi lainnya termasuk Ketua DPD II Golkar Klungkung," beber Suamba Negara.

Suamba Negara menyebutkan sebenarnya sudah melayangkan panggilan terhadap Dewa Wiwin, Rabu kemarin melalui WA (WhatsApp). "Pesan WA dibaca tapi belum dijawab. Karena Wiwin tidak hadir, pertemuan mediasi yang direncanakan ini akan diatur ulang. Kita menunggu kedua belah pihak bisa hadir," ujar mantan Sekretaris DPD I Golkar Bali ini. Suamba Negara mengatakan DPD I Golkar Bali bertanggungjawab mempertemukan dan menyelesaikan persoalan kedua kader Golkar Klungkung ini. Namun semuanya masih tingkat mediasi, karena kasusnya sederhana dan bisa diselesaikan dengan kekeluargaan.

Sementara Dewa Wiwin secara terpisah dikonfirmasi NusaBali melalui keterangan tertulis mengatakan dirinya telah menerima pesan WhatsApp dari DPD I Golkar Bali terkait undangan mediasi. "Terhadap tawaran mediasi dari DPD I Golkar Bali, saya berharap DPD I Golkar Bali menunjukkan empati terhadap kondisi kesehatan saya terlebih dahulu sebelum mengajukan tawaran mediasi," ujar Dewa Wiwin.

"Mengingat sikap DPD I Golkar Bali dalam hal ini, saya dengan tegas menolak penyelesaian kasus ini secara internal (kekeluargaan, red). Saya berpendapat bahwa proses yang objektif dan adil harus diutamakan," ujar Dewa Wiwin. Dewa Wiwin mengatakan akan melanjutkan langkah-langkah hukum terhadap kasus ini. "Saya yakin bahwa langkah hukum adalah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini secara adil dan transparan," tegasnya.

Dewa Wiwin sendiri masih menjalani perawatan di RSUD Klungkung, Rabu kemarin. Dia dalam masa pemulihan pasca operasi akibat mengalami luka pada hidung. Dewa Wiwin terlibat adu jotos dengan sesama kader Golkar yang juga bakal calon anggota legislatif (Bacaleg) dari Dapil Kecamatan Banjarangkan, di Kantor Sekretariat DPD II Golkar Klungkung, Senin (10/7) sore. Akibatnya keduanya mengalami luka-luka.

Dewa Wiwin yang merupakan putra kedua dari Dewa Made Widiasa Nida, tokoh Golkar asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung ini kena pukul pada bagian wajah hingga hidungnya terluka. Sedangkan lawannya dikabarkan mengalami luka gigit pada tangan kirinya. Kedua belah pihak kemudian dipanggil oleh DPD Golkar Bali terkait permasalahan tersebut Rabu kemarin.

Dewa Nida mengatakan sangat prihatin dengan insiden pemukulan tersebut dan mengutuk segala bentuk kekerasan fisik. "Saya mendukung proses hukum yang objektif dan adil," ujar Dewa Nida.

Namun, saat ini anaknya (Dewa Wiwin) sedang dalam masa pemulihan pasca operasi. "Sehingga kami memilih untuk tidak menghadiri pemanggilan tersebut. Fokus utama kami adalah kesembuhan Dewa Wiwin. Terkait permintaan mediasi damai, kami akan mempertimbangkannya dengan seksama. Namun, penting bagi kami bahwa keadilan tetap menjadi prioritas utama dan tindakan kekerasan tidak diabaikan," ujar Dewa Nida.

Dia berharap kasus ini dapat diselesaikan dengan adil dan transparan, tanpa mengorbankan keadilan bagi korban. 7 nat, wan

Komentar