nusabali

225 Titik Bencana, Kerugian Rp 20 Miliar

  • www.nusabali.com-225-titik-bencana-kerugian-rp-20-miliar
  • www.nusabali.com-225-titik-bencana-kerugian-rp-20-miliar

Pendataan titik bencana di Kabupaten Tabanan terus bertambah sejak didata pertamakali pada Jumat (7/7) lalu.

TABANAN, NusaBali
Lokasi terdampak bencana bertambah di Tabanan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tabanan mencatat secara keseluruhan bencana mencapai 225 titik. Dari total tersebut kerugian ditaksir mencapai Rp 20 miliar. 

Ratusan titik bencana ini menyebar di 10 kecamatan. Pencatatan bencana memang dilakukan bertahap. Mulanya pada Jumat (7/7) tercatat 31, kemudian Sabtu (8/7) tercatat 60 titik, dan Minggu (9/7) tercatat 225.

Plt Kepala Pelaksana BPBD Tabanan I Nyoman Sri Nadha Giri menegaskan 225 titik bencana sebagian besar sudah tertangani. Yang belum tertangani tersebut yang memerlukan alat berat. "Penanganan kita berkolaborasi dengan masyarakat," ujarnya, Senin (10/7). 

Disebutkan dari 225 titik bencana ini kerusakan terparah tersebar dan lebih banyak di infrastruktur. Seperti jalan putus penghubung Desa Belatungan-Desa Munduktemu di Kecamatan Pupuan. Kemudian Bale Gong di Pura Muncak Sari Desa Sangketan hilang tergerus longsor. 

Ada pula saluran irigasi Jebol di Desa Buruan, Kecamatan Penebel. Lalu Gedung BUMDes dan Desa Adat di Desa Karyasari, Kecamatan Pupuan yang hilang tergerus longsor. "Kerusakan yang paling parah memang di infrastruktur," katanya. 

Dia menegaskan mengenai dengan anggaran perbaikan dari ratusan bencana ini dipastikan menggunakan dana APBD. Hanya saja penanganannya berkolaborasi sesuai dengan jenis bencana. "Misalnya begini kalau infrastruktur itu ranah perbaikan di PU langsung. Dan dari PU sendiri sudah mendata," terangnya.

Dan untuk sekarang ini, tambah Sri Nadha Giri, eksekusi dari perbaikan bencana tersebut masih menunggu pendataan ulang dari BPBD Tabanan. Pendataan ulang dilakukan untuk mengetahui kerugian secara terukur. 

Di sisi lain untuk penanganan bencana BPBD Tabanan tidak mempunyai alat berat. Dalam penanganannya ini alat berat didapat dengan cara menyewa. Anggaran penyewaan disediakan memang dari anggaran daerah. "Per jam kalau sewa alat berat mencapai Rp 350.000. Kita belum bisa beli, kalau beli biaya perawatan juga mahal. Jadi selama ini kita terus menyewa alat berat," jelas Sri Nadha Giri. 7des

Komentar