nusabali

Biaya Fogging, Rp 2 Juta untuk Area 100 Meter

  • www.nusabali.com-biaya-fogging-rp-2-juta-untuk-area-100-meter

Selain biayanya yang tinggi, fogging untuk memberantas nyamuk juga tidak baik untuk kesehatan. Salah satu masalah yang muncul dari menghirup asap fogging adalah sesak napas.

DENPASAR, NusaBali

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Denpasar mengatakan bahwa fogging fokus untuk pemberantasan nyamuk demam berdarah dengue (DBD) ternyata tidak efektif. Selain tidak baik untuk kesehatan, fogging juga menghabiskan anggaran yang tinggi.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr Anak Agung Ngurah Gede Dharmayuda, Minggu (26/3), mengatakan fogging hanya bisa membunuh nyamuk dewasa dan tidak bisa membunuh jentik nyamuk.

Karena tidak lama setelah fogging, akan ada nyamuk baru yang bisa saja menyebarkan DBD. Sehingga Dinas Kesehatan Kota Denpasar meminta masyarakat ikut aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan rumah masing-masing.

Menurut dia, selama ini fogging juga menghabiskan biaya cukup tinggi. Dalam sekali fogging untuk areal 100 meter menghabiskan biaya Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. “Untuk satu kali fogging area 100 meter menghabiskan 2 liter (obat) dan itu bisa habis Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta. Dan satu desa bisa 500 fogging fokus, berarti anggarannya 500 kali Rp 2 juta. Itu baru satu desa, kalau semua desa serentak bisa dikalkulasi berapa biayanya,” kata Dharmayuda.

Dia menambahkan, selain biayanya yang tinggi, juga tidak baik untuk kesehatan. Salah satu masalah yang muncul dari menghirup asap fogging adalah sesak napas. Namun menurutnya masyarakat merasa lebih aman jika wilayahnya sudah difogging. Padahal menurutnya itu hanya menyembuhkan secara psikologis, sementara nyamuk akan kembali muncul.

“Sekarang fogging, seminggu lagu hujan, dua minggu lagi matahari terik dan jika masyarakat tidak melakukan PSN, sama saja akan ada nyamuk lagi,” tandas Dharmayuda.

“Kalau ada cara yang lebih murah dan efektif yakni dengan PSN, lebih baik gunakan cara itu. Nyamuk bisa berkembang di mana saja asal ada air tergenang baik di dalam maupun luar ruangan,” imbuhnya.

Selain itu, saat ini Pemkot Denpasar juga bekerjasama dengan World Mosquito Program dari Australia mengembangkan bakteri Wolbachia. Caranya, dengan menginfeksi nyamuk penyebab DBD dengan bakteri ini, akan bisa menekan kasus.

“Jangka waktu untuk melihat perkembangan nyamuk Wolbachia ini 5 tahun. Di Klaten, Jawa Tengah, selama 5 tahun bisa menekan DBD hingga 77 persen,” ungkap Dharmayuda.

Untuk di Kota Denpasar akan dimulai pada November 2023 mendatang. Diharapkan di 2024 bisa menekan kasus 20 persen. Selanjutnya, tahun berikutnya menekan kasus 50 persen, dan hingga 75 sampai 80 persen. “Kami harap lima tahun ke depan bisa menekan 75 sampai 80 persen. Kalau masih ada kasus 5 sampai 10 persen, itu masih bisa ditoleransi,” tandasnya. *mis

Komentar