nusabali

Sebagain Besar Ogoh-ogoh di Desa Adat Jimbaran Dibakar saat Ngembak Gni

  • www.nusabali.com-sebagain-besar-ogoh-ogoh-di-desa-adat-jimbaran-dibakar-saat-ngembak-gni

MANGUPURA, NusaBali
Ogoh-ogoh setelah diarak keliling desa saat hari Pengerupukan atau satu hari sebelum Hari Raya Nyepi, biasanya langsung dibakar pada hari itu juga.

Namun, berbeda dengan wilayah lain pada umumnya, sebagaian besar Sekaa Teruna (ST) di Desa Adat Jimbaran memilih memajang kembali ogoh-ogohnya setelah diarak pada Selasa (21/3) malam. Selanjutnya ogoh-ogoh dibakar pada Hari Ngembak Gni atau sehari setelah Nyepi, Kamis (23/3).

Bendesa Adat Jimbaran I Gusti Made Rai Dirga, mengatakan sebagian besar banjar yang ada di Desa Adat Jimbaran, apalagi dekat dengan Pantai Segara akan membakarnya pada Hari Ngembak Gni atau satu hari setelah Hari Raya Nyepi. Namun, katanya, kebijakan tersebut dikembalikan lagi kepada para yowana, apakah ingin membakarnya pada saat setelah diarak atau pada saat Hari Ngembak Gni.

Menurutnya, membakar ogoh-ogoh juga merupakan simbol memusnahkan sifat-sifat buruk manusia seperti nafsu, dengki, dan serakah, sehingga hal negatif tidak akan membawa pengaruh buruk untuk kemudian hari. Sebab, ogoh-ogoh melambangkan segala macam kejahatan dan dosa yang ada di dunia. Selain itu, ogoh-ogoh memiliki makna sebagai perwujudan dari sesuatu yang tidak terlihat, seperti Butha Kala atau roh jahat. “Jadi, itu tergantung dari masing-masing yowana. Namun tirta pralina tetap diberikan setelah selesai pengerupukan atau setelah pengarakan ogoh-ogoh,” katanya.

Lebih lanjut dijelaskan, jika jarak banjar jauh dari Pantai Segara, maka para yowana pun akan membakarnya di Setra (kuburan) yang berdekatan dengan daerah banjar masing-masing, sehingga tidak mempersulit para Yowana dalam proses pembakaran ogoh-ogoh. “Adapula yang ogoh-ogohnya dibeli pihak hotel, maka tidak dibakar,” ucapnya.

Bahan-bahan sisa bakaran ogoh-ogoh yang masih berserakan di pinggir pantai pun, kata Dirga, segera dibersihankan oleh petugas kebersihan. Selanjutnya dibawa ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). *ol3

Komentar