nusabali

Stanakan Dewi Gangga, Pura Beji Batan Gatep Bisa Jadi Pilihan Melebur Desti

  • www.nusabali.com-stanakan-dewi-gangga-pura-beji-batan-gatep-bisa-jadi-pilihan-melebur-desti
  • www.nusabali.com-stanakan-dewi-gangga-pura-beji-batan-gatep-bisa-jadi-pilihan-melebur-desti
  • www.nusabali.com-stanakan-dewi-gangga-pura-beji-batan-gatep-bisa-jadi-pilihan-melebur-desti

MANGUPURA, NusaBali.com – Pura Beji Batan Gatep di Banjar Gegadon, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi bisa menjadi pilihan malukat mala dan desti lantaran digunakan sebagai pemujaan ajaran Siwaisme.

Di pura yang juga disebut secara sastra sebagai Pura Wataning Gatep ini berstana Dewi Gangga. Sebab, ditemukan gua air berdiameter 1 meter di bawah area yang sekarang didirikan padmasana.

Dilihat dari purana, Gangga merupakan sungai suci yang mengalir dari rambut Dewa Siwa. Dalam Tri Murti dan pada proses penciptaan hingga pralaya, Dewa Siwa bertugas sebagai pelebur, termasuk melebur kemalaan semesta.

I Made Raka Dharmawan, 55, calon pamangku Pura Beji Batan Gatep yang bakal menggantikan almarhum sang ayah menjelaskah bahwa di pura tersebut terdapat Lingga Siwa. Selain itu, di dalam areal pura juga tumbuh subur satu pohon bilwa yang tercatat dalam kisah Siwaratri Kalpa atau Lubdaka.

“Dewa Siwa itu menetralisir segala energi negatif, melebur kemalaan semesta,” tutur Raka ketika dijumpai pada Jumat (21/1/2023) sore di areal Pura Beji Batan Gatep.

Persembahyangan dan pemujaan untuk memohon kesembuhan kepada Dewa Siwa, kata pria lulusan Sastra Inggris ini, paling baik dilakukan pada purwaning tilem pada setiap bulan. Purwaning tilem ini jatuh pada satu hari sebelum tilem.

Pada hari-hari purwaning tilem tersebut, berlangsung prosesi pemujaan Siwa dengan ritual abhishekam di Pura Beji Batan Gatep yang memiliki lingga yoni di tengah kolam sumber air. Abhishekam ini dilakukan dengan memandikan lingga yoni dengan air susu dan madu.

Lelehan cairan abhishekam ini akan jatuh ke kolam yang sumber airnya berasal dari gua. Air yang sudah tercampur dengan lelehan ritual pemujaan Siwa ini akan mengalir ke pancuran panglukatan yang ditarik ke luar panyengker pura.

“Oleh karena itu, pamedek yang datang untuk membersihkan diri, pertama malukat dulu di pancuran yang ada di luar panyengker dari selatan sampai ke utara,” jelas calon pamangku berkacamata ini.

Pada saat membersihkan diri dengan pancuran yang airnya terberkati abhishekam, jangan lupa lantunkan matra pujian ‘Om Namah Shivaya’. Kemudian, pamedek masuk ke pura dan berdoa di hadapan Lingga Siwa dengan daun pohon bilwa.

Letakkan daun tersebut di atas lingga, kemudian buang semua keangkuhan dalam diri, egoisme, dan sifat keakuan. Sebab, seorang bhakta yang menghadap Siwa harus dengan diri yang sederhana. Harus dengan diri yang mengakui diri sebagai manusia biasa.

Dewa Siwa di mata para yogi adalah seorang petapa masyhur yang sederhana atau disebut pula sebagai adiyogi. Oleh karena itu, sifat-sifat keglamoran duniawi seperti kasta, status sosial, dan sifat-sifat mabuk atau Sapta Timira mesti dilepaskan dari diri.

Kata Raka, doa pertama yang harus diucapkan adalah permohonan pengampunan terhadap karma buruk yang sudah dilakukan. Kemudian, barulah doa pribadi atau permohonan kesembuhan dan peleburan mala dalam diri diutarakan.

“Yang terpenting dalam doa adalah keyakinan. Tanpa pamangku pun boleh datang ke sini, cukup dengan canang sari. Lakukan ritual sesuai keyakinan pribadi,” tegas calon pamangku penggemar musik metal ini.

Namun, apabila memerlukan pendamping pamangku baru diperlukan sarana seperti daksina pejati untuk dihaturkan ke pura. Kalau pun ada yang membawa guru spiritual sendiri pun dibolehkan. Akan tetapi, giat rukatan atau pengobatan tidak diizinkan di dalam areal pura melainkan di luar panyengker.

Untuk diketahui, Pura Beji Batan Gatep ini bukanlah pura beji biasa lantaran pernah disinggahi orang-orang penting dalam sejarah. Dua di antaranya adalah Shri Arya Selonding dan bekas raja kecil dari Jawa Timur yang menjadi Bhagawan Bhanu berkat petapaannya di tempat yang sekarang dikenal sebagai batas timur Banjar Gegadon.

Selain itu, pura ini juga dijaga oleh dua spirit yang betah dengan energi yang dipancarkan Pura Beji Batan Gatep yakni Ida Ratu Niang Sakti dan Ida Dukuh Sakti. Palinggih kedua penjaga ini mengapit padmasana pura.

Pura beji sendiri sudah tidak mengenal batasan agama, ras, daerah, dan negara. Sebab, berbagai kalangan dari dalam dan luar negeri singgah ke tempat ini untuk bermeditasi dan secara tidak langsung mendatangkan energi positif ke lingkungan pura. *rat

Komentar