nusabali

Gempa Tejakula Akibat Patahan Sesar Aktif

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menerjunkan tim untuk meneliti penyebab terjadinya gempa di Tejakula, Buleleng. 

Warga Diimbau Tak Terpancing Isu Menyesatkan

MANGUPURA, NusaBali
Dari catatan BBMKG gempa beruntun itu terjadi selama tujuh kali dalam sehari memiliki magnitude berfariasi antara 2,4-3,7 dengan kedalaman bervariasi antara 3-12 kilometer. 

Staf Pusat Gempa BBMKG Wilayah III Denpasar Yogha Mahardikha Kuncoro Putra, memaparkan, analisa mekanisme pusat gempa menunjukkan bahwa gempa Tejakula memiliki pola patahan mendatar (strike slip fault). Hal ini berbeda dengan pola patahan yang dahulu dikenal sebagai generator utama pembangkit gempa di utara Pulau Bali yakni Back Arc Thrust Flores dimana memiliki pola patahan naik atau vertikal (thrust fault). 

Dijelaskannya, sebaran goncangangan gempa tersebut juga sangat lokal dimana setelah dikonfirmasi kepada warga setempat, getaran gempa itu hanya dirasakan di sekitar Desa Tejakula yakni Desa Subaya, Kutuh, Sukawana, Les, Penuktukan, Bondalem, Sembiran, Julan, dan Desa Madenan.

Adanya kesesuaian antara sebaran dirasakannya gempa, arah pola patahan, kedalaman pusat gempa yang dangkal dan kelurusan sumber mata air, diindikasikan bahwa penyebab gempa beruntun di Tejakula dan sekitarnya itu disebabkan oleh patahan atau sesar lokal yang aktif dan berpola swarm,  yaitu gempa bumi dengan frekuensi yang beruntun serta memiliki magnitudo yang relatif kecil. Sesar atau patahan (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi yg menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain.

“Ada empat hal yang menunjukkan adanya indikasi penyebab gempa sehingga diindikasi terjadi akibat sesar aktif itu yakni pola patahannya mendatar. Kalau back arc thrust polanya mestinya naik, adanya jejak sesar, keterangan warga terkait sebaran dirasakannya gempa itu sangat lokal, kedalaman gempanya juga sangat dangkal 3-12 km,” tutur Yogha.

Menurutnya gempa jenis ini termasuk gempa tektonik. Gempa tektonik akibat sesar ini berbeda dengan gempa akibat subduksi. Gempa subduksi terjadi akibat gesekan antara lempengan. Sedangkan sesar kejadiannya di dalam lempeng itu sendiri. Ada bagian yang patah sehingga membentuk sesar. Namun demikian hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Sampai 18 Mei 2017 masih terjadi gempa dengan kekuatan kecil yaitu M=2,9 tepatnya pada pukul 20:31:15 Wita. 

“Dari hasil survei sementara ini kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu dari pihak yang tidak bertanggungjawab. BMKG melakukan pengamatan gempa bumi tektonik secara kontinyu dan akan memberikan informasi setiap saat kejadian gempa bumi kepada masyarakat. Dilihat dari kondisinya, kemungkinan gempa ini akan terjadi namun magnitudonya kecil,” ujarnya.  *cr64

Komentar