nusabali

Wow, Siswa SMKN 1 Denpasar Ujian CBT Tanpa Paket Data

Sistem Dikembangkan Para Guru, Perkecil Peluang Siswa Curang Saat Ujian

  • www.nusabali.com-wow-siswa-smkn-1-denpasar-ujian-cbt-tanpa-paket-data

DENPASAR, NusaBali.com – Lebih dari 2.000 siswa SMKN 1 Denpasar dari semua jenjang melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS) Ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023 berbasis komputer dengan smartphone tanpa paket data, Rabu (23/11/2022).

Computer-based test (CBT) yang dilakukan oleh siswa SMKN 1 Denpasar ini menggunakan perangkat smartphone yang dimiliki masing-masing siswa. Uniknya, meskipun dilakukan dengan sistem CBT yang identik dengan penggunaan akses internet, para siswa diwajibkan mengaktifkan mode pesawat.

Masing-masing smartphone siswa ini harus dikoneksikan dengan hotspot access point yang terpasang pada 30 ruangan ujian. Access point ini tidak memberikan internet, hanya menghubungkan smartphone siswa dengan server Learning Management System SMKN 1 Denpasar (LMS Skensa) yang digunakan sebagai platform ujian.

Menurut Waka Bidang Akademik SMKN 1 Denpasar, I Made Suwardana, 41, mekanisme ujian semacan ini didukung oleh pengembangan LMS berbasis Moodle. Moodle merupakan LMS sejenis Google Classroom namun bersifat open-source. Dikatakan sebagai open-source lantaran LMS ini dapat ‘diutak-atik’ kode programmnya oleh pihak yang memiliki kemampuan programming. Penyesuaian kode ini dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan siswa dan tenaga pendidik.

“LMS Skensa ini dikembangkan oleh para guru kreatif kami dari basis Moodle. Jadi karena semua siswa itu wajib menggunakan mode pesawat saat mengakses LMS maka ini dapat memperkecil peluang siswa untuk berbuat curang saat ujian berlangsung,” ungkap Suwardana ditemui di sela-sela pelaksaan UAS, Rabu (23/11/2022) siang.

Keunggulan ini tidak ditemukan pada LMS lain seperti Google Classroom dan kawan-kawan yang bersifat closed-source. Pengelolaan sistem pembelajaran semacam ini tidak bisa dipersonalisasi atau disesuaikan melainkan harus digunakan sebagaimana disediakan oleh developer.

“Google Classroom dan Moodle ini sama-sama gratis, bedanya Moodle ini bisa kami kembangkan kodenya sehingga ada ruang pembelajaran dan juga ruang ujian yang menarik di dalam satu LMS,” ujar Koordinator LMS Skensa I Komang Deny Supanji, 33, dijumpai pada kesempatan yang sama.

Foto: I Komang Deny Supanji, Koordinator LMS Skensa. -NGURAH RATNADI

Kata Deny Supanji yang terlibat dalam pengembangan sistem pembelajaran tersebut, awalnya LMS Skensa ini dikembangkan secara kolaboratif oleh beberapa guru dari kompetensi keahlian Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak, dan Teknik Komunikasi Jaringan. Sampai pada akhir tahun 2019, LMS ini diluncurkan dan dikenalkan kepada para guru dan siswa. Saat itu, server yang digunakan masih berupa komputer bekas Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak yang menggunakan LMS Skensa. Sedangkan kemampuan server tersebut hanya dapat menampung sekitar 600 siswa yang mengakses ujian secara bersamaan. Oleh karena itu, ujian yang seharusnya dapat dilakukan dalam kurun waktu seminggu dengan basis kertas, menjadi lebih molor karena harus disesikan.

“Sekitar pertengahan tahun lalu (2021), kami didukung oleh sekolah dengan pengadaan server Intel Xeon Processor 24 core dengan RAM 64GB, dari 24 core tersebut saat ini dialokasikan 12 core dan 16 GB RAM untuk LMS Skensa. Oleh karena itu, ujian dapat dilakukan secara serempak, tidak lagi seperti dulu,” jelas Deny Supanji yang juga guru di bidang kompetensi keahlian Multimedia.

Pengembangan LMS Skensa berbasis Moodle oleh kolaborasi tiga kompetensi keahlian ini digunakan semakin intens ketika pandemi Covid-19. Meskipun belum digunakan oleh keseluruhan tenaga pendidik di SMKN 1 Denpasar pada saat pembelajaran dikarenakan keragaman generasi guru, LMS ini tetap dipakai sebagai platform ujian.

Dijelaskan Deny Supanji, LMS Skensa ini dilengkapi juga dengan fitur gamification dan konten interaktif H5P seperti membuat kuis berformat permainan. Selain itu, pembelajaran linguistik seperti listening juga dapat dilakukan di dalam LMS Skensa.

“LMS ini juga memiliki kemampuan manajemen bank soal. Di mana kalau misalnya sebuah bank soal berisikan 50 soal, maka dapat kita keluarkan sejumlah soal secara random kepada siswa. Sehingga tiap siswa akan mendapatkan soal yang berbeda-beda bukan hanya sekadar pengacakan nomor soal,” tutur Deny Supanji.

Foto: Dua siswi SMKN 1 Denpasar sedang mengerjakan soal UAS pada LMS Skensa. -IST

Meskipun demikian Deny Supanji mengakui bahwa proses mengatur dan memasukkan konten soal pada LMS Skensa ini memang lebih rumit dari LMS pada umumnya. Kerumitan ini biasanya dirasakan oleh tenaga pendidik dari generasi yang lebih senior dan yang sudah nyaman dengan Google Classroom.

“LMS yang dikembangkan oleh Bapak Deny Supanji dan kawan-kawan ini sangat luar biasa membantu kami para guru,” kata Dewa Made Diana Putra, 40, seorang guru Seni Budaya di SMKN 1 Denpasar.

Menurut Dewa Made, LMS Skensa ini sangat fleksibel apabila digunakan untuk pengalokasian waktu pengerjaan soal. Misalnya, ada pengaturan durasi pengerjaan dan pengaturan masa sampai kapan soal tersebut tersedia untuk dapat dikerjakan. Sampai saat ini, lulusan Sarjana Seni yang mengambil akta 4 ini sudah cukup fasih menggunakan LMS Skensa dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.

Sementara itu, seorang siswa kelas XII, I Made Adnya Sutha Wirya, 18, memuji usaha sekolah yang sudah mampu mengembangkan LMS Skensa yang mumpuni dari segi penggunaan dan tampilannya. Peraih medali perak pada ajang Lomba Kompetensi Siswa SMK Nasional tahun 2022 ini melihat keakuratan penampilan soal dan jawaban serta penghitungan skor yang dapat diterima secara langsung.

“LMS Skensa ini sangat bagus apabila dipakai sebagai media tambahan untuk pembelajaran luring juga ujian karena sistem hostpot access point (offline) tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan pada pembelajaran jarak jauh (online), siswa dapat curang,” tutur Adnya dihubungi NusaBali.com, Rabu sore.

Selain digunakan secara offline, LMS Skensa ini dapat diatur sedemikian rupa penggunaannya menjadi online. Pengaturan offline biasanya digunakan saat melakukan ujian sedangkan akses onlinenya digunakan untuk proses pembelajaran sehari-hari.

Suwardana selaku Waka Bidang Akademik Skensa menegaskan bahwa peran pengawas pada saat ujian tetap vital lantaran siswa zaman sekarang ada saja idenya untuk mengakali kekangan saat ujian. Oleh karena itu, banyak guru pun mendesak peningkatan level keamanan dan keketatan LMS Skensa pada saat ujian.

Sedangkan pada pembelajaran sehari-hari, LMS Skensa ini dimanfaatkan untuk menihilkan jam kosong apabila guru pengampu mata pelajaran tidak bisa mengajar. Meskipun demikian, keberadaan guru piket tetap harus ada untuk mengawasi pembelajaran mandiri melalui LMS Skensa tanpa guru pengampu. *rat

Komentar