nusabali

Matoa, Buah Eksotis Asal Papua yang Kelezatannya Bikin Penasaran

  • www.nusabali.com-matoa-buah-eksotis-asal-papua-yang-kelezatannya-bikin-penasaran

DENPASAR,NusaBali.com - Buah asal Papua yang dikenal dengan nama matoa belakangan ini sering ditawarkan di Denpasar. Selain pelapak pinggir jalan, penjualan yang dipromosikan di marketplace seperti Facebook juga marak.

Untuk penjualan secara offline,  buah yang dagingnya mirip-mirip dengan rambutan dan leci ini biasa dijual di  bilangan Jalan Marlboro/Teuku Umar Barat dan Jalan Raya Puputan, Niti Mandala, tepatnya di pengkolan seberang kantor wilayah BKKBN Provinsi Bali.

"Saya berjualan sejak tiga tahun lalu ditempat ini," ungkap Nilawati, pedagang matoa di tikungan Jalan raya Puputan, Jumat (21/10/2022).

Nilawati yang akrab disapa Buk Matoa menjelaskan banyak dari pembelinya datang karena penasaran dengan rasa dari buah yang kaya akan vitamin C ini.

"Rasanya seperti nano-nano tapi lebih kuat terasa manisnya. Kalau makan buah ini seperti memakan perpaduan antara buah kelengkeng, leci dan rambutan," jelas wanita paruh baya asal Semarang, Jawa Tengah, yang sudah lama menetap di Denpasar.

Terlepas dari rasa manisnya, Buk Matoa juga menerangkan, buah asli Papua ini kaya akan beragam manfaat untuk kesehatan, mulai menurunkan hipertensi, cocok untuk penderita lambung dan berkhasiat bagi kesehatan jantung.

"Karena khasiatnya itulah banyak pembeli yang datang, awalnya mereka penasaran tapi setelah tahu rasanya enak dan berkhasiat akhirnya banyak yang datang lagi," ujarnya.

Ia pun menjual matoa ini, dengan harga relatif terjangkau, dimana per bungkus isi setengah kilogram matoa dipasarkan mulai harga Rp 30 ribuan sementara sebungkus isi satu kilogram dilepasnya seharga Rp 50 ribu 

"Sehari bisa habis sampai 35 kilo matoa, alhamdulillah dari berjualan ini," tuturnya bersyukur.

Meskipun begitu, Buk Matoa tidak bisa setiap saat menjual buah manis pemilik daging tebal yang bagi sebagian orang mengatakan memiliki aroma seperti buah durian.

"Biasanya berjualan mulai bulan Agustus hingga sampai awal tahun saja, atau kurang lebih 6 sampai 7 bulan saja, karena musim panen tidak sepanjang tahun," tandasnya. 

Yang menarik, walaupun buah ini berasal dari Papua, namun untuk matoa yang dijual di Denpasar ternyata didatangkan dari perkebunan Jepara, Jawa Tengah. “Bibitnya yang langsung dari Papua,” terang Buk Matoa.

Dengan posisi berjualan yang menarik perhatian, pengendara pun tak jarang berhenti untuk menghampiri lapak buah Buk Matoa. Dengan rasa penasaran ia terus mencecar berbagai pertanyaan tentang rasa dan manfaat buah yang telah masuk daftar sebagai buah unggul yang patut dibudidayakan oleh Kementerian Pertanian RI tersebut.

"Iya saya penasaran sekali, karena setiap hari melintas, sering kadang kali sudah terlanjur tutup dagangnya kalau datang pada sore hari, kebetulan saat ini saya lihat masih buka, makanya saya langsung beli," ujar Wirawan, 41, yang akhirnya membeli 2 kilogram matoa sebagai tes rasa perdananya.

Selain beberapa pembeli warga lokal yang telah menjadi langganannya, kadangkala Buk Matoa mengatakan beberapa wisatawan yang kebetulan melintas di jalan, juga kerap kali mampir untuk mencicipi buah ini. "Rata-rata mereka semua penasaran dengan bentuk dan rasanya buah ini," pungkasnya.*aps

Komentar