nusabali

Viral! Setelah Pulih, Pariwisata Bali Dicap Diskriminatif

  • www.nusabali.com-viral-setelah-pulih-pariwisata-bali-dicap-diskriminatif

DENPASAR, NusaBali.com – Beredar gambar tangkapan layar obrolan WhatsApp pada media sosial Instagram yang menarasikan pelaku bisnis tertentu di Bali menomorsekiankan warga dan wisatawan lokal.

Berdasarkan penelusuran NusaBali.com, tangkapan layar tersebut berasal dari sebuah thread atau untaian cuitan pada media sosial Twitter. Thread tersebut dimulai oleh sebuah akun bernama Anton Muhajir dengan username @antonemus pada Minggu (16/10/2022) pada pukul 13.09 Wita.

Akun Anton Muhajir ini mengunggah tangkapan layar dari obrolan WhatsApp antara dirinya dengan pelaku bisnis bakery. Isi obrolan tersebut menunjukkan Anton hendak memesan beberapa jenis roti namun terkesan ditolak oleh staf dari pelaku bisnis bakery tersebut dengan alasan sudah tidak menerima pesanan secara pribadi untuk jenis roti yang diminta sejak bulan April 2022.

Kembali pulihnya pariwisata membuat warga lokal jd warga nomor 125. Mula jaan hidup di Bali,” tulis Anton menarasikan unggahan tangkapan layar obrolan WhatsApp tersebut.

Dalam obrolan WhatsApp tersebut Anton pun mengonfrontasi sang pelaku bisnis bakery dengan alasan bahwa ketika pandemi Covid-19 masih mempengaruhi jumlah wisatawan asing, dirinya dan warga lokal lain lah yang menjadi pelanggan mereka.

Diskriminatif itu namanya,” tulis Anton pada unggahan kedua yang tertaut pada unggahan pertama, Minggu pukul 14.45 Wita.

Dua unggahan dari akun Anton Muhajir ini pun dibalas dengan cuitan beragam dari warganet. Ada yang menambahkan tangkapan layar bernarasi pengalaman yang sama pernah dialami, kemudian terdapat pula balasan yang mencap Bali memang diskriminatif bagi wisatawan lokal, ada pula balasan yang mencoba meluruskan narasi tersebut.

Dari beberapa balasan berupa tangkapan layar yang ditautkan pada thread tersebut, rata-rata warganet mengalami narasi diskriminatif ketika ingin menyewa kendaraan di bisnis rental.

Sebagian besar akun yang mengunggah mengaku tidak terlayani dengan baik dengan alasan sudah tidak menyewakan kendaraan kepada orang lokal karena sempat mengalami kejadian buruk ketika disewa warga ataupun wisatawan lokal.

Namun ketika diberitahu bahwa yang akan menyewa adalah wisatawan asing dan mereka hanya sebagai perantara saja, baru kemudian penyewaan kendaraan tersebut diproses.

Selain masalah rental, beberapa akun pun mengaku pernah diperlakukan dengan tidak baik oleh restoran dan kafe yang pernah mereka kunjungi. Mereka membandingkan dengan wisatawan asing yang selalu diberikan pelayanan wahid, namun mereka diperlakukan sebaliknya.

Bali emang ga pantas buat wisata. Selain diskriminatif terhadap turis lokal, byk juga pungli dan minim penertiban di tempat wisata,” tulis akun KP Harshad dengan username @KinderMachine, Senin (17/10/2022) pukul 07.12 Wita.

Meskipun demikian tidak sedikit yang berusaha meluruskan dan mengingatkan agar tidak menggeneralisasi permasalahan.

Seperti akun Angga dengan username @anggaserviam yang menjelaskan kepada Anton bahwa kemungkinan bakery tersebut sebelumnya berpola business-to-business, namun karena pandemi bakery tersebut beralih ke pola business-to-customer agar dapat bertahan.

It’s short-term strategy due to the pandemic (ini strategi jangka pendek karena pandemi). Konsumen lokalnya dapet kebetulan aja pas itu,” jelas Angga, Senin (17/10/2022) pukul 07.13 Wita.

Tidak berselang lama sekitar pukul 10.41 Wita, Angga membagikan tangkapan layar Instagram story bisnis bakery tersebut yang menyatakan bahwa pesan untuk konsumen akan segera dilakukan kembali.

Sayangnya, untuk permasalahan rental kendaraan masih terdiskusikan dengan liar. Bahkan akun-akun lain pun menambah pengakuan mereka mengenai pengalaman buruk selama berlibur di Bali khususnya perihal perbedaan perlakuan antara wisatawan asing dan lokal.

Meskipun tidak dapat dipastikan kebenaran dari narasi yang akun-akun tersebut keluarkan. Situasi ini dapat dijadikan peringatan bahwa pariwisata Bali hendaknya tidak hanya sekadar pulih tetapi juga patut dievaluasi dan dibenahi agar kelakuan nakal segelintir orang tidak menjadi citra buruk bagi industri pariwisata Pulau Dewata secara keseluruhan. *rat

Komentar