nusabali

Awal Diempon 7 KK, Ditandai Sabda dan Wahyu

Pembangunan Pura Luhur Medang Kamulan di Gresik

  • www.nusabali.com-awal-diempon-7-kk-ditandai-sabda-dan-wahyu

SEMARAPURA, NusaBali
Pura Penataran Luhur Medang Kamulan terletak di Dusun Buku, Desa Mondoluku, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Soma Pon Pahang, Senin (11/7) siang.

Pada awal pendirian, pura ini hanya diempon 7 KK. Sabda dan wahyu pun menyertai proses pembangunan pura ini.
Menurut Romo Sepuh Satya Bhuwana Medang Kamulan, cikal bakal Pura Medang Kamulan, yang berlokasi di pelosok desa terpencil, Desa Mondoluku, Gresik ini, bermula dari pura terdahulu bernama Setia Dharma Bhakti, dengan umat 7 KK. Kondisi pura tidak terawat dan cukup memprihatinkan. "Atas restu dan tuntunan Brahman, para Dewa dan leluhur, lahirlah Pura Penataran Medang Kamulan, yang ditandai dengan situs berbagai kesinambungan nama nama tempat atau pun wilayah," ujar Romo.

Pondasi yang sangat mendasar yaitu pura terdahulu Setia Dharma Bhakti, yang mana dengan kesetiaan dan bhakti melaksanakan suatu pengabdian sehingga dapat menegakkan dharma atau kebenaran. Walaupun sisa umat 7 KK, juga memiliki makna 7 yang berarti pitulung untuk mencapai suatu hakikat leluhur.

Jelas Romo, unsur bhakti adalah seluruh umat nusantara berbagai macam keyakinan dan agama sudah melaksanakan bhkatibya kepada leluhur melalui berbagai macam yadnya. Demikian pula unsur dharma adanya pencetus nama Pura Penataran Luhur Medang Kamulan oleh Romo Sepuh Satya Bhuwana Medang Kamulan, yang merupakan abdi dalem, pelayan dan penjaga dresta di Pura Medang Kamulan. "Sehingga dharma yang terlahir dengan konsep keleluhuran tanah Jawi bisa terjaga," kata Romo.

Terpenting lagi, lahirnya pura tersebut ditandai dengan sabda dan wahyu disertai dengan saksi alam, dengan meletusnya Gunung Merapi, 26 Oktober 2010.

Dengan diiringin sabtu "Nira ribuan tahun ten wenten genah ring mercapada tanah Jawi, nira mangkin melinggih ring Medang Kamulan tanah Jawi Mondoluku. Seiring dengan sabda tersebut pada saat bersamaan langit tiba-tiba gelap disertai gemuruh petir, bersautan tepat di atas pura, saat umat menggelar persembahyangan yang juga dihadiri jajaran PHDI Gresik.

Palinggih di Pura Medang Kamulan, yaitu Palinggih Tri Urip Hyang Wisnu Murti, dengan memiliki tiga pancoran. Masing-masing pancoran untuk tirta panglukatan, wangsuhpada, dan tirta pengobatan. Selanjutnya, Palinggih Mandala Nusantara, yaitu Ida Bhatara Dalem Hyang Gajah Mada, Rsi Wiswakarma, Dewi Andongsari, Kebo Iwa dan Hyang Merah Putih. "Palinggih Ida Bhatara Dalem Hyang Gajah Mada, mempunyai fungsi untuk membangkitkan spirit pemersatu nusantara dan merupakan simbol penata jagat untuk alam semesta, bahwa kita bersaudara agar selalu berjuang dan mengabdi untuk negeri ini," ujar Romo.

Palinggih Pepunden Kamulan Suci (Dewa Ganapati, Hyang Dewi Kilisuci, Kemulan Mondoluku dan Hyang Hayam Wuruk). Palinggih Tri Suci Manunggal Hyang Siwa, Palinggih Tri Maha Suci, Palinggih Dewi Saraswati, Padma Candi,  dan Palinggih Medang Kamulan. Untuk piodalan di Pura Penataran Luhur Medang Kemulan dilaksanakan setiap setahun sekali pada Purnama Kawulu. Sebelum piodalan dimulai, Romo Sepuh Satya Bhuwana Medang Kemulan matur piuning ke hadapan Ida Bhatara Dalem Medang Kamulan, dilanjutkan nancep karya dan diteruskan dengan matur piuning ke Hyang Ismoyo (Semar) selaku Dang Kahyangan Hawa. Setelah itu matur piuning atau karung sesaji ke Kanjeng Ratu Kidul di Pantai Ngeliyep, Malang Selatan. "Ini sebagai wujud bakti kita kepada orang tua tanah Jawa yaitu Ismaya sebagai bapak kita, sedangkan Ibu Kanjeng Ratu Kidul sebagai ibu kita. Sehingga anugerah bapak sebagai pengayom dan ibu sebagai pengasih selalu menyertai alam semesta ini," kata Romo.

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, menggelar persembahyangan di pura tersebut, Soma Pon Pahang, Senin (11/7) siang. Kedatangan rombongan Bupati Suwirta, berserta sejumlah OPD Pemkab Klungkung, disambut Romo Sepuh Satya Bhuwana Medang Kamulan, dan para pangempon pura. "Terimakasih atas sambutan hangat dan wejangan tentang kehidupan dan karma dari pangelingsir atau leluhur kita," ujar Suwirta. *wan

Komentar