nusabali

Yowana Mekar Sari Bikin Penjor Berbahan 1.500 Ketupat Sebagai Simbol Toleransi

Sisi Lain Lomba Penjor Yowana Desa Adat Memeriahkan HUT ke-818 Kabupaten Bangli

  • www.nusabali.com-yowana-mekar-sari-bikin-penjor-berbahan-1500-ketupat-sebagai-simbol-toleransi

Untuk pembuatan kulit ketupat menggunakan janur muda, ketupat kemudian diikat menjadi satu kelan (6 buah) hingga menghabiskan 250 kelan atau 1.500 buah ketupat.

BANGLI, NusaBali

Para Yowana atau Sekaa Teruna (ST) desa adat di Kabupaten Bangli dilibatkan langsung dalam Lomba Penjor memeriahkan HUT ke-818 Kabupaten Bangli. Mereka pun tampak antusias hingga ratusan penjor menghiasi jalur utama dan seputar alun-alun Kota Bangli, Kamis (5/4). Salah satu yang menjadi daya tarik, yakni peserta dari Yowana Mekar Sari Desa Adat Kayubihi, Kecamatan/Kabupaten Bangli. Yowana Mekar Sari membuat penjor dengan dihiasi 1.500 ketupat.

Menurut koordinator dari Yowana Mekar Sari, I Ketut Prapta Adi Wiguna dalam lomba kali ini pihaknya mengangkat tema toleransi budaya. Selain memeriahkan HUT Bangli awal bulan Mei adalah Hari Raya Idul Fitri. Maka itu dibuatlah penjor dengan hiasan ketupat. "Ketupat identik perayaan Hari Raya Idul Fitri," jelas Ketut Prapta Adi, Kamis kemarin. "Ini sebagai simbol saling menghargai antar umat beragama. Jadi dengan Penjor ini, kami ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepada Kabupaten Bangli, sekaligus selamat Hari Raya Idul Fitri bagi umat Muslim," jelasnya. Dia melanjutkan, untuk pembuatan kulit ketupat menggunakan janur yang masih muda. Ketupat kemudian diikat menjadi satu kelan (6 buah ketupat). Penjor dengan tinggi 13 meter ini menghabiskan 250 kelan ketupat atau 1.500 buah ketupat.

Ketut Adi menyebutkan proses pembuatan Penjor ‘ketupat’ ini dilakukan selama 5 malam sejak 30 April lalu. Seluruh Yowana di Desa Adat Kayubihi dilibatkan dalam proses pembuatan penjor ini. Pembuatan ketupat dibagi per anggota Yowana di tempek Desa Adat Kayubihi. Sedangkan proses pemasangan ketupat dilakukan sejak 2 Mei lalu. Yowana Mekar Sari membuat penjor dengan bahan-bahan yang memang tersedia di wilayahnya. "Bahan-bahan kami peroleh di tegalan milik desa adat. Selain ramah lingkungan, biaya pembuatan penjor lebih ringan," sebutnya.

Sedangkan proses pembuatan dilakukan saat malam hari, mengingat Yowana memiliki kegiatan di siang hari. Selama pengerjaan tergolong lancar namun diperlukan lokasi yang teduh agar janur tidak cepat layu. "Kami kerjakan di gudang, jadi tidak terpapar panas secara langsung. Untuk janur kami semprotkan minuman soda agar bisa lebih tahan lama," kata Ketut Adi.

Disampaikan pula di wilayah Desa Adat Kayubihi setiap Hari Raya Galungan dan Kuningan membuat penjor dengan bahan alami. Tidak ada menggunakan bahan yang mengandung bahan kimia. Di sisi lain, dengan diadakan lomba ini para Yowana bisa ikut berpartisipasi dan memeriahkan HUT Bangli. Diharapkan ke depan akan berlanjut kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak muda.

"Kegiatan ini tentu bagus, tapi harapan kami ketika ada lomba agar penyampaian lebih awal," sambungnya. Terpisah, Ketua Seksi Dokumentasi dan Publikasi HUT ke-818 Kabupaten Bangli, I Wayan Dirgayusa mengatakan kegiatan serangkaian HUT Bangli adalah lomba penjor. Lomba ini diikuti para pemuda dengan harapan mampu membangkitkan kreativitas. Penjor sudah mulai dipasang sejak Rabu (4/5) dan penilaian akan berlangsung pada Jumat (6/5) hari ini. "Penjor dipasang di seputaran alun-alun dan Jalan Brigjen Ngurah Rai. Tercatat ada sekitar 156 peserta yang terlibat," ungkapnya.

Sementara itu penjor dibuat dengan berbagai bahan baik janur, ental hingga daun pisang kering (kraras). Karena ini dilombakan, maka tentu akan ada hadiah untuk juara 1, 2 dan 3. Hadiahnya berupa uang tunai, piagam dan piala. Sedangkan untuk juri berasal dari tokoh seni ada dua orang dan satu orang dari Dinas Lingkungan Hidup. Untuk diketahui, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangli rutin menggelar lomba Penjor dalam setiap perayaan HUT Bangli, tapi diperuntukkan bagi desa dan instansi. Tahun ini lomba Penjor ini khusus melibatkan para generasi muda (Yowana) di masing-masing desa adat. *esa

Komentar