nusabali

Dinas Kesehatan Se-Bali Antisipasi Hepatitis Akut

  • www.nusabali.com-dinas-kesehatan-se-bali-antisipasi-hepatitis-akut

DENPASAR, NusaBali
Dinas Kesehatan Provinsi Bali bergerak cepat mengantisipasi adanya penyakit hepatitis misterius yang telah menyerang ratusan orang di dunia, termasuk tiga anak-anak meninggal dunia di Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali pun berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Bali untuk mengantisipasi agar penyakit akut tersebut tidak sampai menyebar di Pulau Dewata.  Kadis Kesehatan Provinsi Bali, Dr dr Nyoman Gede Anom MKes, menyatakan sejauh ini belum ada laporan terkait penyakit hepatitis misterius itu di Bali. Meski demikian, masyarakat diminta awas terhadap gejala penyakit yang telah menyebar di Eropa, Amerika Serikat, dan belahan Asia tersebut.

Menurut Gede Anom, gejala penyakit hepatitis ini akut, di mana kulit dan mata tiba-tiba menguning. “Kalau sudah begitu, harus segera dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit," ujar Gede Anom saat dikonfirmasi NusaBali di Denpasar, Rabu (4/5).

Gede Anom menuturkan, penyakit hepatitis misterius sampai saat ini memang belum diketahui jelas penyebabnya. Disebutkan, penyakit misterius ini tidak dapat dideteksi dengan tes penyakit hepatitis A, B, C, D, ataupun E. Namun, gejala awal yang terlihat menyerupai penyakit hepatitis pada umumnya, seperti kulit dan mata menguning.

Sejauh ini, kata Gede Anom, yang harus diwaspadai adalah penyakit hepatitis misterius ini cenderung menyerang anak di bawah usia 5 tahun. "Saya nanti juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, karena di sana terkait juga anak PAUD," terang birokrat asal Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini.

Untuk sementara, masyarakat diimbau tetap menerapkan gaya hidup bersih dan sehat. Kewaspadaan, kata Gede Anom, harus ditingkatkan, apalagi dengan sedang ramainya wisatawan datang ke Bali. "Puskesmas supaya terus menginformasikan kepada masyarakat untuk mewaspadai penyakit ini dan menerapkan pola hidup sehat," tegas mantan Dokter Ahli Muda RS Bali Mandara ini.

Sementara, adanya kasus hepatitis misterius yang membuat 3 orang anak di Jakarta meninggal dunia, membuat Dinas Kesehatan Gianyar meningkatkan kewaspadaan. Kadis Kesehatan Gianyar, dr Ida Komang Upeksa, mengatakan hingga saat ini masih nihil temuan kasus hepatitis misterius di daerahnya.

Meski demikian, kata Upeksa, sesuai dengan SE Kemenkes Nomor 02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022, pihaknya tetap melakukan langkah-langkah antisipasi. Di antaranya, dengan melakukan pemantauan kasus, serta lakukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat untuk berperilaku pola hidup bersih dan sehat.

Selain itu, Dinas Kesehatan Gianyar juga memerintahkan rumah sakit dan Puskesmas yang ada untuk meningkatkan kewaspadaan dini, KIE pada masyarakat, serta monev dan pelaporan. "Jadi, kita juga meminta masyarakat yang mengalami gejala hepatitis untuk melapor ke Faskes terdekat. Itu akan sangat membantu pemerintah dalam melakukan investigasi terhadap kasus ini," ujar Upeksa secara terpisah di Gianyar, Rabu kemarin.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan Surat Edaran terkait penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui muasalnya ini. Melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P), Kemenkes mengeluarkan SE) Nomor HK.02.02/C/2515/2022 yang dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus hepatitis tersebut.

Juru Bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyampaikan pihaknya telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir, setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia, serta belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022.

"Kami lakukan penguatan surveilans melalui lintas program dan lintas sektor, agar dapat segera dilakukan tindakan apabila ditemukan kasus sindrom jaundice akut maupun yang memiliki ciri-ciri seperti gejala hepatitis," terang Nadia dikutip dari laman resmi Kemenkes. *cr78,nvi

Komentar