nusabali

Rusak Parah, Sarkofagus di Museum Buleleng Dikonservasi

  • www.nusabali.com-rusak-parah-sarkofagus-di-museum-buleleng-dikonservasi

SINGARAJA, NusaBali
Empat sarkofagus (peti jenazah kuno terbuat dari batu) yang disimpan di Museum Buleleng dikonservasi, Rabu (27/4).

Upaya perbaikan dan pelestarian dilakukan setelah kondisi dua sarkofagus mengalami kerusakan parah. Secara fisik sarkofagus sudah tidak utuh dan pecah menjadi beberapa bagian selain juga mengalami pelapukan.  Konservasi benda peninggalan sejarah ini dibantu Tim Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali. Proses konservasi akan dilakukan hingga Kamis (5/5) mendatang. Pamong Budaya Ahli Muda BPCB Bali, I Gusti Ngurah Adnyana, mengatakan dari pengamatan langsung kondisi dua sarkofagus tersebut mengalami kerusakan parah. Satu sarkofagus patah menjadi empat bagian. Satu lainnya patah menjadi keping kecil. Sedangkan 2 lainnya kondisinya lebih baik.

“Kondisi benda cagar budaya sarkofagus ini mengalami kerusakan parah. Kalau patahan kami prediksi terjadi saat penggalian. Kemudian ada pelapukan juga sedikit, kemungkinan karena tempat penyimpanannya kurang sinar matahari sehingga lembab dan ada ditemukan sedikit lumut,” ucap Ngurah Adnyana.

Tim pun akhirnya memberikan sejumlah treatment dan konservasi yang dilakukan. Dimulai dari pembersihan kering dan basah belahan sarkofagus. Kemudian dilanjutkan dengan rekonstruksi pencocokan patahan, kemudian pengeboran untuk patahan besar, pengeleman dengan bubuk padas dan lem. Setelah dikeringkan 24 jam nanti baru akan dilanjutkan ke tahap kamuflase penyelarasan warna sambungan.

Ngurah Adnyana pun menyarankan ke depannya untuk pelestarian sarkofagus agar ditempatkan di penyimpanan yang kering dan mendapatkan sinar matahari. Hal tersebut untuk menghindari jasad renik bertumbuh pada sarkofagus.

Sementara itu Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Gede Angga Prasaja, mengatakan konservasi dilakukan setelah melihat kondisi sarkofagus di Museum Buleleng rusak parah. Padahal selama ini benda-benda koleksi yang ada di museum menjadi sarana edukasi siswa dan pengunjung museum.

“Kami akhirnya bersinergi dengan BPCB Bali, sebelumnya juga kami sempat konsultasi. Bagaimanapun juga cagar budaya ini wajib dijaga kelestariannya,” kata Angga Prasaja. Upaya konservasi langsung memang baru pertama kali dilakukan sejak sarkofagus yang ditemukan di sejumlah daerah di Buleleng dipindahkan ke museum.

Pemindahan sarkofagus pertama kali dilakukan pada tahun 2002 silam, pada dua buah sarkofagus yang ditemukan di Desa Selat, Kecamatan Sukasada. Kemudian berselang dua tahun kemudian pada 2004 sebuah sarkofagus yang ditemukan di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng dipindahkan ke museum. Terakhir koleksi sarkofagus di museum ditambah dari temuan sarkofagus di Desa Alasangker, Kecamatan/Kabupaten Buleleng pada tahun 2009. Sedangkan yang dikonservasi adalah temuan di Desa Alasangker dan Desa Gobleg.

“Setelah konservasi ini kami akan mengajukan anggaran untuk membuat tempat penyimpanan yang representatif sesuai arahan dari BPCB Bali. Untuk pemeliharaan dan pelestarian ke depan kami juga tetap bersinergi dengan BPCB karena di Disbud Buleleng kami belum ada tenaga teknis,” tegas Angga Prasaja. *k23

Komentar