nusabali

Hari Hutan Sedunia, Siswa SD Tanam Pohon di Hutan Belajar

  • www.nusabali.com-hari-hutan-sedunia-siswa-sd-tanam-pohon-di-hutan-belajar

NEGARA, NusaBali
Dalam rangka memperingati Hari Hutan Sedunia, Yayasan Idep Selaras Alam menggelar penanaman pohon di areal Hutan Belajar kawasan hutan lindung Banjar Yeh Buah, Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Senin (21/3).

Selain melibatkan warga setempat, kegiatan penanaman pohon sambil menjelajah areal Hutan Belajar ini, juga dikuti puluhan anak-anak dari sejumlah SD di Jembrana. Hal itu pun dilakukan sebagai upaya edukasi tentang pentingnya fungsi hutan kepada generasi penerus bangsa.

Ada sebanyak 97 bibit pohon yang ditanam kemarin. Puluhan bibit pohon yang ditanam itu, di antaranya merupakan pohon endemik Bali yang merupakan hasil pembibitan di areal Hutan Belajar yang dikelola warga setempat melalui dukungan Yayasan Idep Selaras Bali. Turut serta terlibat dalam kegiatan penanaman pohon kemarin, anggota kelompok Bisnis Alternatif Sosial Ekologi Bali (BasaBali), Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Bali Barat Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Bali, hingga jajaran pemerintah desa setempat.

Para siswa tampak antusias mengikuti kegiatan di areal Hutan Belajar yang dijadikan tempat pembelajaran tentang fungsi hutan termasuk pengenalan tanaman endemik Bali ini. Sebelum memulai penanaman pohon, puluhan siswa perwakilan dari sejumlah SD di wilayah Kecamatan Negara dan Kecamatan Mendoyo itu, sempat disambut dengan berbagai macam permainan.

Siswa pun digiring ke lokasi penanaman yang sudah ditetapkan.  Sembari menanam, para siswa juga diberikan pemahaman tentang fungsi dan karakteristik dari bibit yang mereka tanam. Selain itu, untuk menumbuhkan rasa memiliki, setiap tanaman yang mereka tanam diberikan ‘tags’ atau label  sesuai dengan apa yang diinginkan siswa.

Salah satu warga setempat yang juga menjadi pengelola di Hutan Belajar, Desa Yehembang Kauh, Wayan Restu, 41, mengatakan, kegiatan penanaman pohon di Hutan Belajar ini, sudah mulai dilakukan sejak tahun 2020 lalu. Tepatnya setelah sempat terjadi bandang pada awal 2020 lalu.

Kala itu, air meluap dari sungai dan merusak beberapa ruas jalan. Air pun masuk ke rumah-rumah warga hingga menyebabkan beberapa rumah mengalami kerusakan. Tidak hanya itu, banjir kala itu pun memutus pipa-pipa saluran air swadaya masyarakat. Selama berhari-hari, beberapa masyarakat terisolasi dan sulit memperoleh air bersih.

"Kesulitan yang terjadi kala itu telah membuat kami (warga Desa Yehembang Kauh) menyadari pentingnya menjaga daerah bantaran sungai dan hutan. Jadi setelah banjir bandang itu, kami dari Destana (Desa Tangguh Bencana Yehembang Kauh) bersama Idep berunding agar bagiamana bencana serupa tidak terjadi kembali. Lalu kita melakukan penanaman di bantaran sungai," kata yang juga turut mengelola Hutan Belajar.

Seiring upaya reboisasi itu, warga pun secara aktif membudidayakan beberapa tanaman endemik di kawasan hutan setempat yang juga ditetapkan menjadi Hutan Belajar pada tahun 2021 lalu ini. Berbagai tanaman endemik itu pun dibudidayakan dan ditanam kembali di kawasan hutan setempat untuk menjaga kawasan hutan sekaligus wahana edukasi masyarakat.

Sementara Dewa Wira dadi Yayasan Idep Selaras Bali mengatakan, selama periode Juli 2020 hingga tahun 2021 lalu, total sudah ada sebanyak 3.176 pohon yang ditanam masyarakat bersama Yayasan Idep Selaras Bali di areal Hutan Belajar ini. Ribuan bibit pohon itu, terdiri dari beberapa jenis pohon. Mulai dari kwanitan, kemiri, keruing, pala, ancak, intaran, majegau, kelapa daksina, cempaka, akar wangi, durian, bambu kuning, bambu hitam, hingga bambu petung.

"Untuk tanaman endemik yang kami bibitkan di sini, kita cari dulu bijinya di dalam hutan. Kemudian kita semai, baru kita bibitkan bersama di sini. Beberapa tanaman endemik yang dipilih sebagian besar dapat membantu penyediaan cadangan air tanah di Bali,” ungkap Dewa Wira.

Selain pencegahan terhadap bencana, menurut Dewa Wira, ditetapkannya areal Hutan Belajar di kawasan hutan lindung seluas 4 hektare yang dikelola masyarakat sekitar ini, juga sebagai upaya pengenalan terhadap tanaman-tanaman endemik Bali. “Penanaman ini sangat penting sebagai sarana pengenalan, dan masyarakat bisa belajar di Hutan Belajar. Ketika mereka menanam, mereka jadi punya rasa memiliki dan mencintai tanaman itu," ucapnya.

Dewa Wira menambahkan, penanaman pohon kali ini juga memiliki fungsi budaya. Ada tujuh jenis bibit yang ditanam di sekitaran Hutan Belajar ini, dan enam di antaranya adalah tanaman yang kerap digunakan untuk upacara. Hutan Belajar ini pun dicanangkan menjadi taman bumi banten dengan harapan bisa memberikan manfaat lebih luas bagi alam maupun masyarakat. *ode

Komentar