nusabali

Desa Adat Buleleng Gelar Melasti Naik Pick Up

Diikuti Puluhan Sarad dan Kotak Ampilan

  • www.nusabali.com-desa-adat-buleleng-gelar-melasti-naik-pick-up

SINGARAJA, NusaBali
Desa Adat Buleleng yang menaungi 14 banjar adat, menggelar melasti serangkaian Nyepi.

Melasti dilangsungkan bertepatan dengan Purnama Kadasa pada Wraspati Paing Dukut Kamis (17/3) siang.  Untuk pertama kalinya melasti di Desa Adat Buleleng menggunakan mobil pick up, karena pembatasan prokes Covid-19.

Arak-arakan sarad dari Kahyangan Tiga dan juga dadya krama di 14 banjar adat, berjalan beriringan dari Pura Desa Adat Buleleng menuju Pura Segara di kawasan eks Pelabuhan Buleleng.

Kelian Desa Adat Buleleng Jro Nyoman Sutrisna mengatakan, sesuai awig, Desa Adat Buleleng menggelar melasti rangkaian Nyepi pada Purnama Kadasa. Adat tersebut mengacu pada lontar Sundarigama dan Sang Hyang Aji Swamandala.

Pelaksanaan melasti tahun ini pun berbeda dengan melasti tahun-tahun sebelumnya. Prajuru adat sepakat menggunakan mobil pick up untuk mengarak sarad dan kotak ampilan. Sebab masih dipengaruhi kondisi pandemi yang mengakibatkan pembatasan peserta upacara.

“Dari 14 banjar adat ada 64 mobil yang membawa sarad dan kotak ampilan. Tahun ini karena masih ada pembatasan jumlah peserta, kami sepakati pengarakan sarad pakai mobil. Di mobil kami hanya izinkan diiringi 5 orang, kemudian di belakangnya ada 10 sepeda motor. Jadi 1 sarad diiringi 15 orang,” jelas Sutrisna.  

Iring-iringan melasti yang bergerak dari Pura Desa Adat Buleleng menuju ke arah utara dan sampai di Pura Segara, dikawal personel Polres Buleleng, Dishub Buleleng hingga Babinsa dan Bhabinkamtibmas.

Barisan sarad diawali oleh sarad dari Pura Sapu Jagat Banjar Paketan, yang dipercaya desa adat Buleleng sebagai pembersih dan pengaman perjalanan Ida Bhatara di Kahyangan Tiga serta dadya-dadya krama.

Selanjutnya sarad yang diantarkan mobil pick up baru diturunkan ketika masuk di pintu gerbang eks Pelabuhan Buleleng. Masing-masing pengusung sarad akan melanjutkan dengan tahapan makobokan dengan masuk ke dalam air laut simbol membersihkan kaki Ida Bhatara. Setelah itu baru dilanjutkan dengan upacara masucian dan ritual lainnya di jeroan Pura Segara. *k23

Komentar