nusabali

KESEHATAN : Makan Pedas dan Tak Berhenti

  • www.nusabali.com-kesehatan-makan-pedas-dan-tak-berhenti

Walau tanpa mencatat tanggal menstruasi, biasanya seorang wanita dengan mudah mengetahui kapan waktu haid akan datang.Indikatornya tidak bisa berhenti makan.

Untuk lebih detilnya, ketahui perubahan apa saja yang terjadi pada tubuh.


* Kortisol
Lebih terkenal dengan sebutan hormon stres, tubuh akan memproduksi lebih banyak kortisol untuk membantu tubuh bersiap menghadapi efek menstruasi. Peningkatan kortisol juga membuat seseorang lebih ingin makan makanan manis.

* Serotonin
Peningkatan kadar kortisol akan menyebabkan penurunan serotonin, si hormon bahagia. Karena serotonin berkurang di masa menstruasi, nafsu makan pun meningkat. Hal itu terjadi karena ada banyak makanan yang bisa menggantikan perasaan nyaman yang biasanya dikontrol oleh serotonin.
Konsumsi karbohidrat biasanya akan meningkatkan level serotonin. Makin banyak kita makan, perasaan akan semakin nyaman.

* Progesteron
Menjelang dan selama haid kadar hormon progesteron juga anjlok. Kondisi itu membuat gejala-gejala PMS muncul, salah satunya perasaan sedih. Ini adalah alasan lain mengapa tubuh menginginkan karbohidrat,  karena dapat meningkatkan level serotonin. Sekali lagi, makan bisa menjadi cara sementara mengembalikan mood.

* Magnesium
Apakah Anda jadi ingin ngemil cokelat saat akan haid? Ternyata itu merupakan respon normal tubuh karena turunnya kadar magnesium. Cokelat memang banyak mengandung magnesium.
Saat mens sudah terjadi, biasanya nafsu makan masih tinggi hingga beberapa hari, setelah itu hilang sama sekali. Jangan biarkan lemak menumpuk.
Menurunkan berat badan, kebanyakan orang berpegang pada teori kalori yang masuk harus lebih sedikit daripada kalori yang keluar. Padahal, proses pembakaran lemak tak sesederhana itu.
Proses pembakaran lemak melibatkan banyak hal, termasuk hormon. Beberapa hormon berkaitan dengan metabolisme, kemampuan tubuh untuk membakar lemak, dan pembentukan otot.
Dengan memahami cara kerja hormon-hormon tersebut, proses pembakaran lemak akan lebih efektif. Jadi, diet dan olahraga yang Anda lakukan tak sia-sia.


Berikut adalah delapan hormon yang terlibat dalam pembakaran lemak :


* Insulin
Hormon ini berperan sebagai pengontrol energi. Insulin yang menentukan apakah energi tersebut langsung dipakai atau disimpan sebagai lemak.
Jika kadar insulin terlalu tinggi, pembakaran lemak akan terganggu. Akibatnya simpanan lemak dalam tubuh akan terus bertambah.
Melonjaknya kadar insulin bisa disebabkan oleh asupan makanan yang berlebihan. Termasuk asupan karbohidrat di luar batas.
Jadi, mengurangi asupan karbohidrat atau menahan nafsu agar tidak makan berlebihan merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan kerja insulin.
Teori ini berlaku secara umum. Jika Anda memiliki masalah dengan insulin, seperti resistensi insulin, sebaiknya konsultasi dengan ahli medis sebelum program penurunan berat badan.
 
* Ghrelin
Mungkin Anda masih asing dengan namanya. Padahal, hormon ini yang bertanggungjawab atas rasa lapar. Ghrelin diproduksi di lambung. Kadarnya akan meningkat jika lambung kosong dan menurun jika lambung penuh atau jika sudah makan.
Secara umum, orang akan mengurangi porsi makan ketika berusaha menurunkan berat badan. Akibatnya, lambung tak selalu terisi dan ghrelin memberi reaksi rasa lapar. Ghrelin tak tahu dan tak peduli jika sedang dalam program penurunan berat badan. Hormon ini akan terus-menerus memberi rasa lapar jika lambung dalam keadaan kosong.
Adalah hal yang bagus jika bisa mengatasi rasa lapar dengan kekuatan pikiran. Jika tidak, coba untuk mengkonsumsi makanan yang perlu waktu lama untuk dicerna. Fungsinya untuk menahan rasa kenyang lebih lama. Misalnya dengan mengkonsumsi daging rendah lemak atau makanan berserat tinggi seperti sayuran. Jam tidur juga berpengaruh. Kurang tidur memicu produksi ghrelin. Itu sebabnya orang yang begadang sering merasa lapar di tengah malam.

* Leptin

Hormon ini bertugas mengirim sinyal ke otak jika tubuh sudah memiliki cukup lemak sehingga Anda tak perlu makan lagi.
Leptin diproduksi di sel lemak. Jadi, makin banyak lemak Anda, makin banyak leptin dalam tubuh Anda. Atas dasar itu, mungkin Anda akan berpikir kalau orang gemuk lebih gampang berhenti makan. Salah besar.
Seperti ditulis di awal, penurunan berat badan tak semudah teorinya. Seseorang dapat mengalami resistensi leptin dengan sangat mudah. Ini yang mengacaukan kerja leptin sebagai pengantar sinyal ke otak.
Resistensi leptin terjadi saat seseorang memiliki terlalu banyak lemak. Akibatnya otak berhenti berhubungan dengan leptin. Ketika ini terjadi, tubuh akan merasa lapar dan menuntut untuk segera mendapat asupan makanan.
Hal lain yang bisa mengganggu kerja leptin adalah jika seseorang kekurangan lemak. Kekurangan lemak artinya mengurangi produksi leptin yang berujung pada meningkatnya nafsu makan.
Kunci agar terhindar dari resistensi leptin adalah kontrol lemak tubuh. Jika sedang membatasi kalori, ada baiknya untuk memberi jeda satu atau dua kali dalam sebulan.
Jeda yang dimaksud adalah meningkatkan asupan kalori di atas takaran diet. Makanlah panganan yang mengandung banyak kalori, terutama karbohidrat, untuk menjaga fungsi leptin.

* Kortisol

Hormon ini ibarat pedang bermata dua. Kortisol dalam jumlah kecil bisa membantu pembakaran lemak. Sebaliknya, kortisol dalam jumlah besar justru mencegah pembakaran lemak.
Kortisol lebih dikenal sebagai hormon streshttp://health.kompas.com/tag/stres. Kortisol diproduksi jika seseorang mengalami tekanan atau stres. Termasuk ketika sedang diet, latihan fisik, kurang tidur, atau masalah pekerjaan.
Kadar kortisol yang terlalu tinggi mencegah pembakaran lemak, terutama di bagian perut. Kondisi ini bisa merusak jaringan otot.
Meningkatnya hormon kortisol biasanya diikuti dengan melonjaknya kadar hormon ghrelin. Yang artinya meningkatkan nafsu makan. Jadi, jangan heran jika Anda memiliki nafsu makan berlebih ketika mengalami stres.
Agar kadar kortisol tidak melonjak, ada baiknya Anda belajar mengelola stres. Lakukan hal yang membuat Anda rileks seperti membaca, meditasi, atau melakukan hobi.
Pastikan juga Anda cukup tidur, cukup olahraga, dan hindari minuman beralkohol.

* Tiroid
Hormon tiroid, terutama T3 dan T4, membantu mengatur metabolisme tubuh. Tiroid dipengaruhi oleh pola makan, tidur, dan olahraga seseorang. Dan yang tak boleh dilupakan, tingkat stres. Diet ketat dan membatasi kalori secara ketat akan mengurangi produksi tiroid. Akibatnya, metabolisme jadi lebih lambat.
Masih ingat cara mengelola hormon leptin? Cara yang sama dapat berlaku untuk mengelola hormon tiroid.

* Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone/GH)
GH termasuk salah satu hormon paling kuat dan berpengaruh dalam tubuh manusia. Tugas utamanya ada dua, membangun otot dan membakar lemak.
GH juga membantu regenerasi sel yang rusak. GH diproduksi saat tidur. Jadi jangan sampai kurang tidur, terutama di malam hari. Olahraga singkat tapi intens juga membantu produksi GH. Tak lupa, pengelolaan stres turut berpengaruh pada produksi GH. Kadar kortisol atau hormon stres yang tinggi akan mengganggu produksi GH

* Adrenalin

Cara kerja hormon ini mirip dengan GH dan testosteron. Ketika seseorang melakukan olahraga secara intens, kelenjar adrenal melepaskan adrenalin yang bertugas membakar lemak.
Jadi, rajinlah berolahraga secara intens agar hormon ini rutin diproduksi. Perlu diingat, kadar kortisol yang tinggi bisa menggangu kerja adrenalin. Jadi, Anda perlu mengelola stres untuk mendapat hasil optimal dari adrenalin.

* Testosteron
Meski dikenal sebagai hormonnya lelaki, testosteron punya peran yang signifikan bagi pria dan wanita.
Testosteron memengaruhi kenginan seksual, pertumbuhan otot, tulang, dan lemak tubuh. Untuk urusan lemak, hormon ini bertugas menghentikan produksi sel lemak dalam tubuh.
Teorinya, semakin banyak testosteron maka semakin sedikit lemak tubuh. Jadi, seseorang memiliki risiko besar mengalami obesitas jika kekurangan testosteron.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kadar testosteron. Cukup tidur dan olahraga teratur, pola makan yang benar merupakan saran yang biasa dianjurkan oleh ahli medis. Berhubungan seks turut menjaga kadar hormon ini. Tapi hal ini tak selalu bisa dilakukan. Apalagi jika belum memiliki pasangan resmi. *

Komentar