nusabali

Bermakna Menetralisasi Pengaruh Jahat Makhluk Memedi

  • www.nusabali.com-bermakna-menetralisasi-pengaruh-jahat-makhluk-memedi

Selama empat hari lakukan penjagaan secara niskala di depan gerbang pekarangan rumah

“Kemasan berwujud memedi ini berisi jejahitan banten dan berhias buah boni. Tujuannya, untuk menetralisir sifat-sifat ripu (musuh) dalam diri umat manusia dan sekaligus menangkal kekuatan jahat memedi,” jelas Bendesa De Salah Sukata yang kemarin didampingi Pangrajeg Karya Usaba Mumu, I Gede Krisna Adi Widana.

Bendesa De Salah Sukata memaparkan, selama empat hari melakukan penjagaan secara niskala di depan gerbang pekarangan rumah, sejak Radite Kliwon Watugunung hingga puncak karya Usaba Mumu pada Buda Pon Watugunung, krama Desa Pakraman Bungaya wajib berupaya menahan hawa nafsu, mengendalikan diri, tidak emosi, dan tidak marah.

“Tujuannya, agar pengaruh jahat memedi tidak mudah masuk ke dalam diri manusia,” kata De Salah Sukata diamini Pangrajeg Karya, Gede Krisna Adi Widana. Menurut Krisna Adi Widana, selama melakukan prosesi penjagaan, krama adar memohon anugerah Ida Batara Gunung Agung, agar diberkati perlindungan dari segala pengaruh negatif.

Puncak Karya Usaba Mumu sendiri akan dilaksanakan pada Buda Kliwon Watugu-nung, Rabu petang mulai pukul 18.00 Wita. Saat ini, segenap krama Desa Pakraman Bungaya yang tersebar di 15 banjar adat mengiikuti upacara wewantenan di Pura Pemuhunan, dekat Pura Dalem.

Nah, sepulang dari Pura Pamuhunan, Rabu malam pukul 22.00 Wita, segenap krama Desa Pakraman Bungaya lanjut melaksanakan  ritual ngeseng di (membakar) di depan pintu gerbang pekarangan rumah masing-masing. Dalam ritual ngeseng ini, yang dibakar adalah seluruh kemasan banten yang sebelumnya dipersembahkan di depan pintu gerbang.

Sedangkan sarana api yang digunakan untuk membakar kemasan banten tersebut adalah prakpak, yakni api menggunakan kayu bakar berupa daun kepala kering yang diikat. Pembakaran dilakukan dengan cara mengibas-ngibaskan prapak.

Menurut Kresna Adi Widana, abu dari hasil pembakaran kemasan tersebut di depan pintu gerbang pekarangan rumah kemudian dikumpulkan dan direka kembali berbentuk orang-orangan. Selanjutnya, orang-orangan dari abu tersebut diprateka (diupacarai), dimandikan, kemudian diisi rambut, serta diisi kekuatan mantra-mantra, agar pengaruh memedi tidak lagi mendekat.

Tahap selanjutnya, orang-orangan dari abu yang telah diprateka tersebut kembali dihaturkan di tempat semula, yakni depan pintu gerbang pekarangan rumah, lengkap dengan banten tipat kelanan. Ini menandai berakhirnya upacara Usaba Mumu, pas tengah malam sekitar pukul 24.00 Wita. “Tujuan dari ritual ngeseng, hingga menggelar reka abu hasil pembakaran, tetap untuk menetralisir kekuatan negatif memedi,” papar Krisna Adi Widana. * k16

Komentar