nusabali

Karena Dua Jenazah dengan Nama yang Sama Tertukar

Heboh Salah Kubur Jenazah Pasien Covid-19 di Desa Adat Tengkulak Kaja

  • www.nusabali.com-karena-dua-jenazah-dengan-nama-yang-sama-tertukar

GIANYAR, NusaBali
Peristiwa heboh salah menguburkan jenazah pasien Covid-19 terjadi di Desa Adat Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati pada Wraspati Kliwon Klawu, Kamis (12/8) malam.

Masalahnya, dua jenazah pasien Covid-19 asal satu desa tertukar gara-gara namanya sama persis, yakni Ni Gusti Made Rai, sementara pihak keluarga tidak diizinkan membuka peti jenazah untuk memastikannya.

Yang membedakan dua jenazah pasien Covid-19 ini hanya alamat asal dan usia mereka. Satu jenazah atas nama Ni Gusti Made Rai, 65, asal Banjar Tengkulak Kaja Kauh, Desa Adat Tengkulak Kaja. Jenazah perempuan berusia 65 tahun ini rencananya akan dikremasi. Sedangkan jenazah satunya lagi, Ni Gusti Made Rai, 82, asal Banjar Tengkulak Kaja Kangin. Perempuan sepuh berusia 85 tahun ini langsung dikuburkan di setra.

Karena kurang teliti ini, jenazah yang semestinya dikremasi justru dikirim dari Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Denpasar ke Setra Dalem Tengkulak Kaja untuk dikuburkan, Kamis malam. Maka, terjadilah peristiwa salah kubur jenazah.

Bendesa Adat Tengkulak Kaja, I Made Selamet, mengaku sempat kebi-ngungan oleh kasus salah kubur jenazah ini. “Ya, semalam (Kamis) kami dikagetkan dengan adanya jenazah tertukar itu. Kami di desa adat sempat bingung. Akhirnya, setelah rembuk dengan prajuru adat dan keluarga keduabelah pihak, kedua jenazah disepakati sama-sama dikuburkan di setra. Jadi, yang kremasi dibatalkan," ungkap Made Selamet saat ditemui NusaBali di kediamannya, Desa Adat Tengkulak Kaja, Jumat (13/8).

Menurut Made Selamet, kehebohan terjadi karena jenazah yang semestinya dikremasi sudah telanjur dikubur di setra. Sesuai dresta adat setempat, kuburan tidak boleh (pantang) digali kembali.

"Kuburan hanya bisa di-endag-in (dibuka) ketika akan dilakukan upacara pengabenan. Kasus ini kan baru saja dikubur, diupacarai nyulubang. Tidak mungkin beberapa jam kemudian kita gali. Khawatirnya ada hal-hal yang terjadi di luar kendali. Maka, demi kebaikan bersama, akhirnya kedua jenazah dikubur di setra," jelas Made Selamet.

Made Selamet sendiri mengaku sempat shock oleh kejadian heboh ini. Sebab, prajuru adat khawatir jenazah tertukar dengan jenazah lain dari luar desa. "Yang kami khawatirkan kan ketika jenazah tertukar lintas kabupaten, pasti akan sulit. Nah, ini untungnya bisa kita handle, karena asal dua jenazah masih satu desa adat," papar Made Selamet.

Made Selamet mengatakan, kejadian ini sudah diterima oleh keluarga keduabelah pihak. Dua jenazah yang tertukar sudah dikubur berjejer di Setra Adat Tengkulak Kaja.

Menurut Made Selamet, memang ada dua krama di Desa Adat Tengkulak Kaja yang meninggal dunia akibat Covid-19 dan memiliki nama yang sama: Ni Gusti Made Rai. Yang lebih muda asal Banjar Tengkulak Kaja Kauh, meninggal Covid-19 dengan penyakit penyerta, Rabu (11/8) lalu. Jenazah perempuan berusia 65 tahun ini dititip di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah. Rencana semua, jenazah akan dikremasi di Krematorium Bebalang, Kelurahan Bebalang, Keca-matan Bangli, Rabu (18/8) mendatang.

Sedangkan yang lebih tua, asal Banjar Tengkulak Kaja Kangin, Desa Adat Tengkulak Kaja, meninggal dalam perawatan di RSUP Sanglah, Kamis, 12 Agustus 2021. Malam itu juga, jenazah perempuan sepuh usia 85 tahun ini disepakati keluarganya untuk langsung dikubur di setra melalui upacara nyulubin.

Nah, dalam proses administrasi pemulangan jenazah, kata Made Selamet, Ni Gusti Made Rai yang usianya lebih tua inilah diduga terjadi miskomunikasi. Justru yang dikirim ke setra adalah jenazah yang lebih muda. Padahal, semestinya jenazah yang lebih muda ini akan dikremasi.

Setiba di Setra Dalem Tengkulak, kata Made Selamet, jenazah langsung dikubur sesuai protokol kesehatan, tanpa dibuka dulu, Kamis petang sekitar pukul 18.00 Wita. Apesnya, ada label kecil di atas peti jenazah berisi informasi nama jenazah luput dari perhatian. "Karena memang kan tidak boleh dibuka, kami Satgas Gotong Royong percaya saja sama keluarga dan pihak rumah sakit," kenang Made Selamet.

Kehebohan terjadi berselang 2 jam usai penguburan jenazah dengan prosesi nyulubin di setra. Malam itu, Kamis sekitar pukul 20.00 Wita, ada telepon dari Bagian Forensik RSUP Sanglah yang mengatakan bahwa jenazah yang sudah telanjur dikubur tersebut ternyata tertukar.

Menurut Made Selamet, petugas kamar jenazah shift berikutnya menghubungi pihak keluarga, bahwa ternyata jenazah yang ditandatangani sudah diambil justru masih ada di kamar jenazah. Sedangkan jenazah yang semestinya ada di ruang jenazah, justru tidak ada.

Menyusul kehebohan itu, malam itu juga Made Selamet mengumpulkan prajuru adat, serta melapor ke Bhabinkamtibmas dan Babinsa untuk berembuk. Hingga disepakati untuk mengecek dan memastikan jenazah tertukar ini ke Bagian Forensik RSUP Sanglah.

"Kami berangkat ke RSUP Sanglah, mohon izin peti jenazah dibuka karena ada masalah. Saya pakai APD saat membuka peti dan ternyata memang benar jenazahnya tertukar," ungkap Perbekel Kemenuh, Dewa Nyoman Neka.

Setelah memastikan jenazah tertukar, maka dilakukan rembuk bersama Kamis malam pukul 23.00 Wita. Dalam situasi mencekam, Bendesa Made Selamet mengaku harus memaksa krama yang berencana kremasi jenazah agar bersedia jenazahnya dikubur saja. Dalam rembuk tersebut, Bendesa Made Selamet memohon kesadaran krama demi menjaga keselamatan desa.

"Kami motivasi keluarga secara sekala niskala. Mungkin saja prediksi kami, orangtua yang meninggal ini tidak mau dikremasi, sehingga terjadi masalah salah kubur. Mungkin beliau ingin dikubur," cerita Made Selamet. Setelah sama-sama mengerti, penguburan jenazah satunya lagi akhirnya dilakukan Jumat dinihari pukul 02.00 Wita.

Hanya saja, masalah lain kembali muncul, yakni pembatalan pelaksanaan kremasi. "Karena keluarga sudah telanjur bayar uang muka Rp 5 juta, apakah bisa dicancel? DP kembali atau bagaimana, ini masih kami bahas. Harapan kami, DP tersebut bisa dikembalikan, karena kejadian ini di luar kendali. Kalaupun tidak bisa, kami prajuru akan mengambil langkah-langkah," katanya.

Sementara itu, Kassubag Humas RSUP Sanglah, Dewa Ketut Kresna, menyesalkan kejadian dua jenazah pasien Covid-19 sampai tertukar hingga terjadi salah kubur. Menurut Dewa Kresna, sejatinya identifikasi terhadap kedua jenazah sudah dilakukan, yakni berdasarkan label jenazah yang ditempel di atas peti berisi nama, umur, jenis kelamin, dan alamat.

"Kami sangat menyesalkan atas kejadian tersebut. Kami ikut berempati kepada keluarga almarhum atas terjadinya peristiwa ini," ujar Dewa Kresna saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Denpasar, Jumat malam.

Dewa Kresna menyebutkan, kendati sudah dilakukan identifikasi, namun dalam masa pandemi Covid-19 ini ada beberapa keterbatasan terkait pelayanan jenazah di rumah sakit. Antara lain, pasien yang sudah terbungkus dalam peti saat pemulangan tidak dapat dilihat wajah dan gelang identitas yang ada di kaki jenazah.

Belajar dari kasus jenazah tertukar ini, menurut Dewa Kresna, RSUP Sanglah nantinya akan menambahkan beberapa identifikasi tambahan untuk mengantisipasi jangan sampau terulang kejadian serupa. "Akan ditambahkan beberapa identifikasi tambahan untuk memastikan kecermatan dan ketepatan dalam pemulangan jenazah. Di antaranya memasang foto pasien, foto KTP pasien, dan mencantumkan NIK pada peti jenazah," katanya. *nvi,ind

Komentar